Mohon tunggu...
Suratno Paramadina
Suratno Paramadina Mohon Tunggu... lainnya -

Suratno (b. 1977 in Cilacap, Central Java, Indonesia). A lecturer at Paramadina University and previously at STAI-NU Jakarta. Studied doctoral at Goethe-University Frankfurt. Former Head of Executive (Tanfidziyah) of NU branch of Germany

Selanjutnya

Tutup

Politik

Madzhab Frankfurt Undercover

17 Juni 2015   19:56 Diperbarui: 18 Juni 2015   05:09 343
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

MADZHAB FRANKFURT UNDERCOVER

Sejarah-Awal Pembentukan IFS (Institut Fur Sozialforschung) Frankfurt

Oleh Suratno

Dosen Universitas Paramadina Jakarta. Mengenyam pendidikan doktoral/S3 di Universitas-Frankfurt Jerman.

Pendahuluan

Tulisan ini merupakan pengembangan dari terjemahan saya atas booklet yang di tulis oleh Ludwig von Friedeburg berjudul Institut Fur Sozialforschung/IFS an der Johann Wolfgang Goethe-Universitat Frankfurt am Main. Booklet ini diterbitkan oleh IFS pada tahun 1999. Von Friedeburg sendiri adalah anggota dewan direktur IFS dari tahun 1966 sampai 1997.

Madzhab Frankfurt (Die Frankfurter Schule) adalah nama beken dari IFS (Institut Fur Sozial Forschung) yang ada di Universitas Frankfurt, atau lengkapnya Johann Wolfgang Goethe-Universitaet Frankfurt. Sejak awal berdiri IFS mencanangkan tujuan-tujuan teoritis dan praktis dari riset-riset ilmu sosial. IFS didirikan di Frankfurt am Main tahun 1923 dengan dana yang disediakan oleh keluarga Weil. Karena perbedaan haluan ideologi, tahun 1933 IFS di tutup oleh pemerintah Nasionalis-Sosialis.  IFS lalu pindah dan melanjutkan kerja-kerja risetnya di Amerika Serikat. Tahun 1950, ketika suasana Jerman sudah kondusif untuk kelangsungan IFS, Max Horkheimer & Theodor W Adorno kembali dari pengasingannya di Amerika Serikat dan mengaktifkan kembali IFS. Mereka berdua menjadi Co-Director IFS sampai tahun 1964 ketika Horkheimer memutuskan untuk pensiun. Theodor W Adorno lalu menjadi Managing-Director sampai dia meninggal di tahun 1969. Selanjutnya Adorno diganti oleh Rudolf Gunzert (1959-1981), Ludwig von Freideburg (1966-1997), Gerhard Brandt (1972-1983), Wilhel Schumm (1984-1997) dan Helmut Dubiel (1989-1997). Sejak tahun 1997 program riset yang dijalankan IFS diputuskan oleh sebuah komite yang disebut Majelis IFS. Anggota komite itu (sampai tahun 1999) antara lain Helmut Dubiel, Adalbert Evers, Ludwig von Friedeburg, Ute Gerhard, Axel Honneth dan Wilhelm Schumm.

Badan yang bertanggungjawab atas aktivitas IFS adalah Yayasan IFS. Yayasan ini telah bersertifikat dan diakui sebagai organisasi non-profit oleh Kementrian Interior Negara Bagian Hessen ditahun 1951. Pengurus Yayasan IFS terdiri dari Perwakilan Negara Bagian Hessen, Perwakilan Pemerintah Kota Frankfurt, Perwakilan Universitas Frankfurt, Anggota Majelis IFS dan karyawan IFS, serta Managing-Director dan anggota-anggotanya yang dipilih oleh Yayasan IFS. IFS dikelola oleh sebuah Majelis-Administratif yang terdiri dari 2 orang anggota komite terpilih, 2 karyawan terpilih dan Manajer Administratif yakni Gunter Pabst, serta Managing-Director yang sekarang yakni Ludwig von Freideburg.

Bermula Dari Universitas-Frankfurt

IFS tidak dibangun di universitas Jerman yang lainnya kecuali hanya di Universitas-Frankfurt am Main (atau yang setelah tahun 1932 dilengkapi namanya menjadi Johann Wolfgang Goethe-Universitaet Frankfurt untuk mengabadikan nama dan kontribusi Goethe, sastrawan besar Jerman yang memang lahir di kota Frankfurt). Universitas Frankfurt adalah sebuah universitas negeri, yang seperti lazimnya, pendirian Universitas Frankfurt di setujui tahun 1914 oleh otoritas yang berkuasa yakni Raja Prussia Wilhelm II. Akan tetapi, berbeda dengan universitas negeri lainnya, Universitas Frankfurt tidak disetujui pemerintah terkait pendanaan universitasnya. Alasannya adalah karena sebelumnya, mayoritas anggota parlemen (yang konservatif) tidak setuju dengan rencana pendirian universitas (dengan konsep liberal) di sebuah kota komersil seperti Frankfurt am Main dengan banyak pengusaha kayanya dan para banker. Anggota parlemen lebih setuju jika di Frankfurt di dirikan universitas-swasta karena Frankfurt merupakan kota bisnis yang sebelumnya dianeksasi oleh Prussia di tahun 1866. Selain itu, Frankfurt am Main juga dianggap sebagai kota yang punya kecenderungan ke  ideologi demokratik-Yahudi. Oleh karenanya, saat awal berdiri sama sekali tidak ada pendanaan dari pemerintah untuk Universitas Frankfurt. Konsekwensinya, satu-satunya solusi adalah mencari sponsor privat dari  orang-orang dan atau kelompok yang biasanya juga mendukung Pemerintah-Kota (Pemkot) Frankfurt. Solusi ini diharapkan akan menjadi metode pendanaan yang secara simultan bisa menjamin keberlangsungan Universitas Frankfurt dalam mempertahankan pandangan-pandangan liberalnya.

Pemkot Frankfurt dan pihak sponsor dari awal menegaskan bahwa mereka tidak setuju kalau ada Fakultas teologi di Universitas Frankfurt. Mereka lebih memilih untuk mendirikan fakultas-fakultas ilmu alam dan  Fakultas Ilmu Sosial dan Ekonomi. Melalui Fakultas Ilmu Sosial dan Ekonomi itu, Akademi Ilmu Sosial dan Ilmu Perdagangan yang sudah pernah ada periode sebelumnya akan di aktifkan kembali. Selain itu, gedung akademi yang sudah dibangun oleh Jugelstiftung pada tahun 1907 akan menjadi gedung pusat Universitas Frankfurt dan dibuka mulai bulan Oktober 1914. Dalam proses itu, Lord Mayor Frankfurt yakni Adickes sukses untuk makin merekatkan patronase di kota Frankfurt dengan kebijakan kulturalnya. Kesuksesan itu juga karena kerjasamanya dengan Wilhelm Merton, Direktur Perusahaan Metallgesselschaft yang sangat konsern dengan isu-isu sosial yang muncul dari “Grunderzeit”. Lord Mayor Adickes mendirikan Institut Kesejahteraan Publik yang mengembangkan riset tentang bagaimana sektor publik dan privat dapat berkontribusi pada penyelesaian masalah-masalah sosial dan ekonomi. Adickes mencoba mengkaitkan  pengembangan riset Institutnya tersebut dengan proyek universitas yang baru didirikan di Frankfurt.

Untuk menjamin keliberalan Universitas Frankfurt (meski awalnya didirikan sebagai universitas negeri) dan untuk mengkonter diskriminasi terhadap para ilmuwan Yahudi, pihak Pemkot Frankfurt dan para sponsor banyak mengadakan pertemuan melalui sebuah majelis  dan komitenya. Mereka ingin menginisiasi adanya kesetaraan semua denominasi dan elemen-elemen kota Frankfurt dengan tujuan agar  mereka menerima dimensi dan pandangan baru untuk di kembangkan di Prussia. Melalui Universitas Frankfurt, mereka ingin membangun kembali apa-apa yang sebelumnya telah gagal dilakukan oleh penguasa Prussia. Ketika akhirnya perang dan inflasi menggoyahkan pendanaan universitas Frankfurt, pihak Pemkot dan lalu Pemerintah Prussia juga ikut turun tangan membantu. Partai Sosial-Demokrat yang menjadi bagian dari pemerintah berhasil menangkal munculnya resistensi dan mereka lalu juga bergabung menjadi salah satu sponsor Universitas Frankfurt. Selain itu, semua sponsor bekerjasama dengan Partai Sosial-Demokrat mereka sepakat untuk membangun Akademi Pekerja sebagai tempat pendidikan bagi anggota-anggota Partai Sosial-Demokrat.

Di periode dimana ilmu kedokteran digabung dengan ilmu kimia yang lalu membuka banyak horison riset dibidang itu, Berlin Ministry of Culture mulai melihat bakat luar biasa dari seorang Paul Ehrlich yang mempunyai prospek sangat bagus di Universitas Berlin. Di tahun 1899 Institut Terapi Experimental didirikan di  Universitas Frankfurt dan Ehrlich diminta untuk mengelolanya. Untuk hal itu, pihak Pemkot Frankfurt berkontribusi dalam penyediaan tanah dan pembangunan gedung institut. Sementara itu, pemerintah negara bagian menanggung biaya operasionalnya. Untuk pembangunan gedung yang selanjutnya dan juga sejumlah biaya yang dibutuhkan Ehrlich utk riset terapi-nya, janda dari banker Yahudi, Georg Speyer, siap menjadi sponsornya. Bentuk partisipasi resmi dari pemerintah negara bagian, Pemkot dan sponsor-lokal akhirnya menjadi model bagi pendirian universitas-universitas di periode selanjutnya terkait pendanaan. Saat itu juga, Paul Ehrlich menerima penghargaan Nobel atas riset-riset yang dia kerjakan.  Ehrlich juga dikukuhkan menjadi professor dibidang terapi eksperimental  sesuai riset yang dia kembangkan.

Pakar Neurolog Ludwig Edinger, yang juga bekerja di Universitas Frankfurt sebagai praktisi umum dan spesialis neurologi, dia juga mendapat penghargaan Nobel. Edinger dianggap sukses menemukan kunci untuk memahami fungsi otak di dalam anatomi otak. Dia memberi banyak kuliah tentang pengalamannya di dalam lingkaran para dokter, dan serial kuliahnya kemudian dipublikasikan dalam sebuah buku yang memperoleh pengakuan internasional. Karena riset-risetnya, Edinger lalu ditunjuk sebagai kepala Institut Neurologi yang berada dibawah Senckenberg Stiftunh. Institut itu kemudian berinkorporasi ke dalam Universitas Frankfurt yang belum lama terbentuk. Institut itu menjadi satu dari tujuh Institut yang berinkorporasi dengan Universitas Frankfurt. Mereka melakukan itu karena ada jaminan keberlangsungan institut terkait pendanaannya dari para sponsor Universitas Frankfurt.

Pada tahun 1920-an, program-program (berideologi) liberal sebagai pijakan dasar Universitas Frankfurt lalu menarik hati para ilmuwan dari berbagai disiplin, khususnya terkait interdisipliner dan subyek-subyek baru, terutama sekali sosiologi. Tahun 1918, misalnya, dengan dana dari sebuah yayasan, Universitas Frankfurt mulai membuka jurusan Sosiologi. Selanjutnya di tahun 1919 Kementrian Kebudayaan (atas saran dari para sponsor dan bisnismen Karl Kotzenberg) menyerukan agar pihak universitas menunjuk ketua jurusan Sosiologi dari tokoh di luar kampus. Franz Oppenheimer, adalah satu dari beberapa tokoh terkemuka yang dikenal sebagai bagian dari lingkaran-awal Sosiologi-historis. Meski begitu tidak banyak yang tahu kalau dia sebenarnya seorang dokter yang datang dari keluarga baik-baik, terutama terkait sejarah ekonomi keluarganya.  Oppenheimer adalah seorang Yahudi yang punya pengalaman sukses luar biasa sebagai pengajar di Universitas Berlin. Dia lalu punya kesempatan menjadi professor-penuh, khususnya setelah dia menegaskan dirinya sebagai seorang sosialis. Padahal, dia sebenarnya seorang liberal yang radikal; yang memposisikan persaingan-bebas di atas segalanya. Oppenheimer ingin membebaskan kapitalisme dari semua larangan kepemilikan tanah dan mendukung monopoli serta berjuang bagi kebebasan di masyarakat dan kesetaraan manusia di mana semua orang memiliki akses secara bebas untuk memiliki tanah. Tidak ada ilmuwan lain saat itu kecuali murid-murid Oppenheimer, diantaranya Ludwig Erhard, yang memberi pengaruh sangat penting bagi pembangunan Republik Federal Jerman dalam reformasi keuangannya ditahun 1960-an.

Pembentukan IFS & Kontribusi Keluarga Weil

Tidak kalah pentingnya didalam pembahasan sosial-politik dan sangat berpengaruh saat itu di Jerman dan juga ditempat lainnya di dunia, adalah ditahun 1923 ketika di Universitas Frankfurt keluarga Weil mendirikan unit riset yang pertama tentang kajian Marxsisme melalui pendirian IFS (Institut Fur Sozialforschung), termasuk menunjuk ketuanya. Ide awal IFS berasal dari Felix Weil, seorang remaja kelahiran Buenos Aires, Argentina yang ayahnya (Herman Weil) adalah seorang bisnismen. Bisnis peradagangan jagung yang dikelola ayah Weil di Argentina berkembang sangat pesat. Karena alasan kesehatan, keluarga Weil sejak tahun 1912 pindah dari Buenos-Aires Argentina ke Frankfurt Jerman. Saat itu Felix Weil yang lahir pada tahun 1898 berusia 14 tahun. Dia lalu belajar di Gimnasium-Goethe di Frankfurt. Setelah lulus Gimnasium, Felix Weil lalu mulai kuliah politik-ekonomi di Universitas Frankfurt tahun 1919, tahun revolusi. Felix ‘muda’ memang sangat tertarik dengan marxisme dan sosialisme. Dia lalu mengerjakan riset doktoralnya di Universitas Tubingen. Tapi dia keluar dari universitas yang berada di negara bagian Wurttemberg itu karena agitasi revolusionernya. Tahun 1920 Weil mendapat gelar doktor bidang ilmu-politik dari Universitas Frankfurt dengan riset doktoralnya berjudul “Sosialisasi: Sebuah Upaya Dalam Fondasi Konseptual, Dengan Sebuah Kritik Pada Rencana Sosialisasi”. Bersama dengan Kurt Albert Gerlach, ekonom muda yang pada tahun 1922 ditunjuk menjadi ketua dari Universitas Aachen ke Universitas Frankfurt, dan Friedrich Pollock, teman saat Max Horkheimer muda, mereka semua mulai mengembangkan rencana pendirian IFS.

 

Pada tahun 1923, Felix Weil mensponsori acara bertajuk “Pekan Kajian-Marxis Yang Pertama/Erste Marxistische Arbeitswoche” sebuah konferensi yang diadakan di kota Ilmenau. Konferensi ini di hadiri oleh tokoh-tokoh seperti Georg Lukacs, Karl Korsch, Richard Sorge, Friedrich Pollock dan Karl August Wittfogel. Kesuksesan konferensi ini mengantarkan Weil dan Pollock untuk selanjutnya mendirikan IFS di tahun 1924.

Di awal berdirinya, riset-riset sosial yang menjadi proyek utama IFS terasa sangat bermakna dibanding ekpresi yang muncul dari implikasinya di saat sekarang. Saat itu, IFS fokus pada kajian saintifik dan juga intensi praktisnya yakni “pengetahuan dan penemuan kehidupan-sosial di dunia secara menyeluruh”. Selain itu, IFS sangat konsern dengan jaringan “interaksi antara fondasi ekonomi dan faktor-faktor politik-hukum yang diturunkan pada ramifikasi dari kehidupan intelektual di komunitas dan masyarakat” (Gesselschaft fur Sozialforschung 1952, 12). Sebagai director pertama IFS, Kurt Albert Gerlach mendeklarasikan memorandum inauguralnya  pada tahun 1922. Meski begitu, bukan hanya kerjasama interdisipliner saja  yang membuat IFS lalu makin berkembang tetapi juga ketertarikan riset utama mereka pada kajian Marxisme saintifik.

Biaya pembangunan gedung IFS berasal dari donasi Felix Weil. Uang itu merupakan warisan yang ditinggalkan ibunya (Rosa Weil). Sementara, biaya untuk menggaji para karyawan dan biaya operasional IFS secara umum berasal dari Herman Weil, ayah Felix. Pada tahun 1922 IFS memasukan ijin pendirian asosiasi. Gedung IFS yang berdiri setahun kemudian, letaknya bersebrangan dengan gedung Universitas Frankfurt yang tidak terlalu jauh yakni di Viktoria-Allee, atau yang sekarang dikenal sebagai Senckenberganlage. Gedung IFS didisain oleh seorang arsitek asal Frankfut yakni Franz Rockle dan secara keseluruhan tidak mengikuti gaya arsitektur Westend-Borjuis yang sedang trend pada saat itu.

Gaya arsitektur gedung IFS menyatukan fungsionalisme baru dengan mengikuti gaya Istana Florentina. Setelah membandingan gedung IFS dengan, misal, gedung IG-Farben yang dibangun oleh Hans Poelzig dengan mengikuti gaya fungsionalisme-baru dari kastil-kastil jaman Barok dipinggiran bagian utara perempatan-Westend di kota Frankfurt, maka Wolfgang Schivelbusch menyimpulkan bahwa memang antara gedung IFS dan gedung IG-Farben keduanya ditandai oleh gaya mereka sendiri yang tidak mengikuti dunia Borjuis abad 19 seperti bisa dilihat pada ekspresi arsitektur sebuah villa di kawasan Westend kota Frankfurt. Akan tetapi, gedung IFS menncerminkan adanya sebuah dunia baru dari monopoli kapitalisme yang menjadi satu hal penting untuk secara teoritis di amati dan di analisis. Sementara, gedung IG-Farben mencerminkan kontribusinya pada sense ekonomi secara nyata. Paralelisme-asing dari kedua gedung tersebut dan interior-interior yang terdapat didalamnya dianggap melampaui trend gaya arsitektur di Jerman periode tahun 1920-an” (Schivelbusch 1985, 13).

Setelah perang, pusat administrasi dari industri kimia di ambil alih menjadi pusat administrasi Amerika. IFS juga menempati sebuah gedung baru, karena gedung lamanya luluh lantak terkena bom. Begitu juga Universitas Frankfurt pindah ke gedung Poelzig.

Fase-Awal IFS

Ditahun 1924, direktur pertama IFS Kurt Albert Gerlach ternyata meninggal dunia secara tiba-tiba. Posisinya lalu diserahkan pada bapak kajian Austro-Marxism yakni Carl Grunberg. Saat itu Grunberg adalah profesor ilmu politik di Universitas Wina Austria. Dia memiliki banyak pengikut dari mulai Max Adler dan Otto Bauer sampai Karl Renner dan Rudolf Hilferding yang memiliki pengaruh besar pada politik Sosial-Demokratik di Austria.

Carl Grunberg menulis karya penting berjudul Arsip sejarah sosialisme dan gerakan buruh. Seperti juga Oppenheimer, Grunberg juga kurang percaya bahwa suatu tatanan-sosial baru sangat dibutuhkan dan memang memungkinkan. Akan tetapi berbeda dengan Oppenheimer, Grunberg percaya bahwa sosialisme akan menggantikan kapitalisme secara menyeluruh. Oleh karena itu dia melihat bahwa tugas utamanya di IFS adalah melakukan segala sesuatu untuk mempromosikan perkembangan sosialisme, meskipun tidak melalui keterlibatannya dalam kehidupan politik (sehari-hari) atau partai politik, tetapi melalui kerja-kerja saintifik menggunakan metode riset Marxis.

Di dukung oleh faktor atmosfer kota Frankfurt yang sangat kondusif, Universitas Frankfurt lalu berkembang dan makin maju dengan segala disiplin ilmu yang ada didalamnya. Sejak tahun 1920-an kota Frankfurt mengalami perkembangan intelektual, dan melalui Universitas Frankfurt yang belum lama berdiri, juga terkait kehidupan sosial dan budayanya seperti sering diberitakan dalam surat kabar Frankfurter-Zeitung dan di radio-radio Frankfurt. Atmosfer sosial dan budaya seperti itu masih ditopang lagi oleh karakter liberal-sosial kota Frankfurt. Bahkan karakter itu menjadi makin meyakinkan pada masa Republik Weimer dibawah Lord Mayor Ludwig Landmann, seorang Yahudi liberal sayap-kiri. Selain itu, potensi industri kota Frankfurt berangsur-angsur meningkat terutama karena inkorporasinya dengan komunitas lain, khususnya melalui perkebunan-kimia yang besar seperti yang ada di distrik Frankfurt-Hoechst. Modernisasi bergerak bersama reformasi sosial dan politik infrastruktur, seperti tercermin dalam apartemen Ernest May dalam karya “Neues Frankfurt (Frankfurt yang baru). Pihak otoritas kota Frankfurt secara terus-menerus aktif mendukung perkembangan demokrasi dan Republik Weimar melalui upaya-upaya relasi publik. Tidak ada kelompok warga yang secara langsung menentang sosial-demokrasi dapat berkembang di kota Frankfurt, apalagi kalau sudah menyangkut anti-semitik. Kelompok yang berpengaruh di kalangan kelas-menengah cenderung mendukung koalisi sosial-liberal, padahal pendidikan dan kebijakan kultural Frankfurt cenderung dekat dengan garis-politik republikan. Pemberian award Goethe-Prize kepada Sigmund Freud di tahun 1930 juga sangat tidak sejalan dengan pandangan tradisional sains serta sangat tidak terkait dengan prejudais nasionalisme Jerman. Institut Psikoanalisis di Frankfurt selama periode itu juga memulai riset-risetnya dan aktivitas pengajarannya di gedung IFS. Perwakilan Pemkot dan negara bagian di komite pemberi award tetap keukeuh dengan keputusan kontroversial mereka dan mengabaikan sedikit penolakan dari para filolog Goethe yang tidak menyetujui award untuk Freud. Menurut Alfred Doblin yang mewakili Akademi Seni Prussia, dengan memberi award pada Freud, kota modern seperti Frankfurt telah mempertunjukkan bahwa “Pemberian award ini diharapkan dapat meredakan situasi intelektual yang sangat sulit secara umum di Jerman (khususnya menyangkut warga Yahudi)”.

Dalam pada itu, ada juga perhatian dari dua tokoh Kementrian Kebudayaan Prussia yakni Carl Heinrich Becker dan Adolf Grimme yang sepenuhnya mendukung kota Frankfurt selama dibawah Republik Weimar. Perhatian mereka termanifestasi, misalnya, dalam penunjukkan penerus ketua jurusan sosiologi. Kandidat-kandidatnya lagi lagi berasal dari luar kampus/outsider dan dari mereka yang akan bisa memberi signifikansi lebih besar bagi diskursus ilmu sosial di Universitas Frankfurt dan bagi budaya intelektual di kota Frankfurt dibanding generasi pertamanya. Dukungan Karl Mannheim pada politik konstitusional Republikan dan peran pentingnya dalam sosiologi khususnya dalam pencerahan politik membuat petugas Kantor Pencatatan Organisasi serta Kementrian Kebudayaan menyetujui pencalonannya, meski awalnya ada resistensi karena posisinya sebagai pengikut profesor emeritus Oppenheimer. Dari Heidelberg pindah ke Frankfurt, Mannheim mengajak serta Norbert Elias, ilmuwan seusianya, seorang Yahudi seperti dirinya yang banyak terlibat dalam analisis-analisis komprehensif tentang masyarakat yang adil dan juga banyak berperan penting dalam aktivitas mengajar yang dilakukan Mannheim sebelumnya.

Pada tahun 1930 Carl Grunberg tiba-tiba menderita serangan jantung. Posisinya di IFS saat itu digantikan oleh Max Horkheimer.  Akan tetapi Horkheimer, profesor (privat) filsafat yakni Max Horkheimer, yang ditunjuk sebagai direktur baru IFS menggantikan Grunberg, tidak lama setelah itu juga ternyata jatuh sakit. Oleh karena itu, Horkheimer tidak dapat memenuhi harapan para sponsor untuk mengambil alih posisi direktur di IFS dan di Fakultas Ekonomi dan Ilmu Sosial. Para sponsor akhirnya memilih ekonom berpengaruh dan politisis Republikan yang aktif yakni Adolf Lowe dari Institut Ekonomi-Dunia di Kiel. Selanjutnya, dibuka posisi baru sebagai ketua jurusan di Fakultas Filsafat, yang mempertahankan fokus jurusannya dalam bidang Filsafat Sosial. Situasi ini membuat penunjukkan Horkheimer sebagai ketua jurusan Filsafat menjadi dimungkinkan. Sejak muda, Horkheimer adalah kawan Friedrich Pollock, yang bekerja di IFS sejak awal pendiriannya. Horkheimer mengerjakan proyek tentang teori masyarakat materialistik yang berbeda dari proyek yang sebelumnya dikerjakan IFS. Kerjasama antara para spesialis, sosiolog dan ekonom, sejarawan dan psikolog terus diarahkan pada refleksi-refleksi filosofis, dan mencoba mencari formulasi pertanyaan-pertanyaan dari kajian-kajian filsafat sosial atau dikenal dengan teori-kemasyarakatan. Semua itu bermula dari premis-premis awal yang oleh Horkheimer dia tuangkan dalam ”Jurnal Riset Sosial/Zeitschrifft Fur Sozialforschung” bersama-sama dengan Leo Lowenthal dan Friedrich Pollock, Erich Fromm, Henryk Grossmann dan Theodor Adorno.

Dalam hal riset-riset empiris, IFS memberikan penekanan pada outline teori dan pengalaman individu. Yang dilakukan Horkheimer adalah bahwa dia ingin “mengejar pertanyaan-pertanyaan besar filosofis dengan menggunakan metode saintifik yang terpercaya, lalu mereformulasi pertanyaan-pertanyaan itu melalui risetnya tentang subyek tertentu, membuat pernyataan tentang sesuatu secara jelas, berpikir tentang metode baru, dan juga tidak pernah lepas dari tujuan dasar IFS”. Dalam pidato pengukuhannya, Horkheimer merujuk pada sebuah contoh dari  studi awal yang dilakukan IFS tentang kelompok sosial yang sangat penting dan memiliki karakteristik tertentu dalam kajian teoritis-kemasyarakatan, yakni kelompok buruh dan pekerja “yang berkualitas (terdidik dan terampil)” di Jerman. Hasil penemuan studinya adalah bahwa di awal tahun 1930-an “pengaruh” dan “perubahan” yang cocok terjadi tidak hanya lewat pertimbangan-pertimbangan teoritis, tetapi juga karena keterhubungan kelompok buruh dan pekerja itu dengan praksis kemasyarakatan (Horkheimer 1931, 11). Kelompok buruh dan pekerja telah menunjukkan bahwa adalah ilusioner untuk memperbaiki banyak harapan dari basis yang lebih luas bagi perjuangan melawan dominasi kaum fasis. Oleh karenanya, kelompok buruh dan pekerja itu mengkonfirmasi premonisi Horkheimer tentang bencana-imminent dan memperkuat premonisi itu dalam upayanya untuk menyiapkan emigrasi IFS.

Pindah (Sementara) Ke Amerika

Tahun 1930-an, politik Jerman juga ditandai dengan makin meningkatnya pengaruh NAZI/Nationalis-Sozialistiche (Deutsche Arbeit Partei). Hal itu membuat director IFS Horkheimer pada bulan September 1930 menyiapkan langkah-langkah untuk memindahkan IFS ke luar dari Jerman. Rencananya Horkheimer akan mencoba mendirikan cabang IFS di Jenewa dan memindahkan dana milik IFS ke Belanda. Di tahun 1933, ditengah bangkitnya Adolf Hittler, IFS akhirnya benar-benar di pindahkan ke Jenewa. Akan tetapi setahun sesudahnya, yakni tahun 1934, Horkheimer akhirnya membawa IFS ke Universitas Columbia di New York, Amerika Serikat. Karena Universitas-Columbia ini juga di organisir oleh sebuah yayasan, itu artinya mereka tidak menyediakan dana untuk IFS. Jadi dana privat untuk kelangsungan IFS yang ada di Jerman harus dibawa ke luar Jerman (yakni ke Amerika) pada saat yang tepat; tidak hanya untuk menjamin kelangsungan IFS setelah eksplusinya, tetapi juga memudahkan kerjasama interdisipliner yang unik di antara anggota-anggota IFS di Amerika Serikat serta keberlanjutan publikasi “Jurnal Riset Sosial” yang mereka kelola, meski kemudian sedikit berubah nama menjadi ”Jurnal Riset Filsafat & Sosial”.

Studi-studi komprehensif IFS kemudian berlanjut di Amerika Serikat khususnya tentang otoritas dan keluarga, dan diatas itu semua khususnya tentang prejudice dan struktur kepribadian otoritarian. Studi-studi itu memang makin memperkuat pandangan-pandangan kritis IFS. Akan tetapi, kursus tentang sejarah selama periode itu, dan munculnya potensi destruktif dari perkembangan masyarakat industri membuat IFS harus merubah beberapa pandangan teoritisnya. Akhirnya, hal itulah yang lalu sampai pada pandangan hopeless virtual mereka yang tertuang dalam buku “Dialektika Pencerahan”.

Pada saat yang sama, di Frankfurt rejim Sosialis-Nasionalis berhasil mengusir hampir sepertiga dari staf pengajar Universitas Frankfurt karena alasan rasisme dan alasan politis termasuk terkait subyek studi yang mereka geluti. Ekspusli dan lalu annihilasi terhadap kaum Yahudi Jerman memiliki efek khusus, baik pada Universitas Frankfurt maupun pada kota Frankfurt sendiri. Ekspulsi dan annihilasi itu telah menghilangkan peran universitas dan kota itu sebagai kelompok penting yang mendukung budaya liberal-demokratik. Setelah rejim Sosialis-Nasionalis tumbang khususnya di zona bagian Barat Jerman, beberapa upaya dilakukan disana untuk menghambat orientasi dan struktur pra-perang, serta untuk memperkuat kontinuitas pembangunan kemasyarakatan. Di Frankfurt juga dilakukan upaya serupa meski dengan trend yang berbeda. Perkembangan itu mencerminkan sebuah deviasi dari cara-cara khusus ala Jerman. Kota Frankfurt yang rusak parah lalu dibangun kembali oleh koalisi demokratik radikal dimana Partai Sosial-Demokrat dibawah Walter Kolb sebagai Lord Mayor mengambil peran penting, meski juga bersama Partai CDU (Persatuan-Kristen-Demokrat) liberal sayap-kiri dengan Georg Klingler sebagai ketuanya. Selain itu Partai Free-Demokrat di Frankfurt juga tetap dalam koridor liberal sayap-kiri dan tidak seperti peran oposisi partai regional mereka vis-a-vis koalisi besar di Wiesbaden yang lebih bercorak demokratik-radikal.

Kota Frankfurt dan negara bagian Hessen yang saat itu masih baru, juga berjasa dalam mengembalikan lagi kejayaan sosiologi di Universitas Frankfurt. Konsern utama mereka adalah bahwa IFS harus kembali ke Frankfurt dan melanjutkan pekerjaannya di Jerman, tidak di Amerika lagi. Apalagi, mayoritas para sosiolog yang terusir dan perwakilan dari ilmu politik umumnya melihat adanya kans yang lebih baik jika mereka balik ke Jerman lagi dibanding ilmuwan dari bidang lain karena kenyataan adanya kekosongan yang sudah berlangsung lama dan adanya upaya-upaya untuk membangun pendidikan yang berbasis pada paham demokratik-liberal.

Kembali (Lagi) Ke Frankfurt

Upaya Pemkot Frankfurt dan negara bagian Hessen, yang didukung oleh Pemerintah Amerika, untuk mengajak para sosiolog yang terusir itu kembali ke Frankfurt, adalah sesuatu yang belum pernah dilakukan sebelumnya. Julius Kraft, misalnya, akhirnya mau mengajar lagi di Fakultas Ekonomi dan Ilmu Sosial. Sementara Gottfried Salomon bergabung kembali dengan Fakultas Filsafat. Horkheimer, Adorno dan Pollock yang kembali ke Frankfurt lebih awal, mereka melanjutkan kerja(sama)nya. Tahun 1950 dengan adanya dukungan dari Pemkot  Frankfurt dan negara bagian Hessen, IFS kembali dibangun sebagai sebuah yayasan-privat dengan menggunakan dana dari publik dan secara simultan menjadi bagian dari jurusan sosiologi di Fakultas Filsafat, Universitas Frankfurt.

Gedung IFS yang baru juga lalu didirikan. Posisi gedung itu berlawanan secara diagonal dengan gedung sebelumnya yang sudah hancur, yakni di pojok Senckenberganlage dan Dantestrasse. Gedung tersebut tadinya adalah sebuah villa milik konsul Kotzenberg yang juga sebelumnya hancur karena terkena bom. Dengan bantuan finansial dari McCloy, donasi dari Pemkot Frankfurt dan kontribusi dari “Gesselschaft For Sozialforschung”, akhirnya saat itu selain memiliki gedung yang baru, IFS juga bisa terdaftar kembali di asosiasi yang sebelumnya terhambat karena keberadaannya ditolah oleh rejim Sosialis-Nasionalis. Gedung IFS didisain oleh arsitek Frankfurt yakni Hermann Mackler. Gedung baru itu merefleksikan fungsionalisme yang paling modis di awal tahun 1950-an. Dinding bagian luarnya dilapisi kaca-Muschelkalk dari Timur Tengah. Sementaraitu, hall di pintu masuk, lantai dan anak tangga dilapisi dengan batu-Solnhofen. Untuk mengeksploitasi ketinggian penuh gedungnya dengan vila di sebelahnya, bangunan didisain mengikuti gaya periode pra-perang, dan sebuah struktur beranda dari kaca ditutup dengan gedung tiga lantai dan bukannya dari atap-pelana seperti lazimnya. Di samping ruang belajar untuk para saintis, ada juga ruang untuk kuliah, seminar dan perpustakaan serta ruang mesin-Hollerith untuk riset-riset empiris. Ruang ini sebenarnya sebelumnya sudah ada sejak IFS kembali ke Jerman yang letaknya digudang bawah tanah gedung lama IFS yang sudah hancur. Subyek utama riset IFS saat itu adalah hubungan antara ideologi Jerman dengan budaya demokrasi pada masyarakat pasca-perang. Dengan menggunakan diskusi kelompok dan metode investigasi yang dikembangkan IFS, pandangan dan karakteristik kelompok di populasi Jerman Barat tentang isu-isu politik dianalisis untuk menentukan ideologi seperti apa yang membentuk opini publik dan bagaimana hal itu dibentuk serta bagaimana hal itu lalu bisa menegaskan dirinya. Ketertarikan utama riset IFS adalah teori-kemasyarakatan tentang trend perkembangan dari kapitalisme-lanjut dan para konformisnya serta karakteristik kepribadian-otoritarian. Dengan laporan sementara tentang hasil riset sosial empiris yang dilakukan IFS, dimana IFS sebagai yayasan privat merupakan bagian dari Universitas Frankfurt dan juga terkait dengan jurusan sosiologi di Fakultas Filsafat, IFS lalu mendapat dukungan dari para staf yang lebih muda untuk mengkombinasikan pendidikan teoritis-kemasyarakatan bagi para mahasiswa dengan training-training empiris. Diskusi tentang kerja-kerja riset empiris dan latihan-latihan praksis tentang metode riset ilmu sosial lalu secara cepat menjadi bagian dari kurikulum IFS setelah kembali (lagi) ke Jerman. Oleh karena itu, sekali lagi, jurusan sosiologi di Universitas Frankfurt mulai menghadapi tantangan yang harus dipenuhinya yang berasal dari Fakultas Filsafat dan Fakultas Ilmu Sosial selama tahu 1920-an yakni bagaimana mengkombinasikan refleksi kemasyarakatan umum secara kritis dengan riset empiris yang sudah dilakukan sebelumnya dalam rangka memperoleh pengetahuan sosiologi lebih lanjut.

Dalam kesempatan pembukaan resmi IFS di gedung yang baru tanggal 14 Nopember 1951, Horkheimer menegaskan keinginannya untuk melanjutkan cita-cita IFS. Dia mengingatkan para hadirin tentang tujuan yang ingin dicapai dari kerja-kerja IFS. Dia mengulangi lagi bagian dari pidato pengukuhannya yang dia sampaikan 20 tahun sebelumnya saat menerima penunjukannya sebagai director. Horkheimer mengatakan bahwa tujuan IFS adalah untuk melakukan kajian-kajian yang berbasis isu-isu filosofis terkini, dimana para filosof, sosiolog, ekonom, sejarawan, psikolog harus bersatu dan bekerjasama dalam riset-riset interdisipliner. Lebih penting dari sekedar training profesional untuk para sosiolog, Horkheimer meyakini bahwa tugas utama IFS adalah “untuk membuat pendidikan ilmu sosial sebagai elemen didalam kajian akademik bagi mereka yang dimasa depan ingin aktif menjadi pengajar, politisi, jurnalis, dokter dan bahwa ahli hukum dan di bidang-bidang berpengaruh lainnya. IFS melihat bahwa ilmu sosial yang merupakan elemen humanisme terkini dalam perkembangannya juga harus terkait dengan pertanyaan-pertanyaan tentang masa depan manusia” (IFS 1952, 10). Fakta juga sudah membuktikan bahwa Horkheimer dan Adorno tidak hanya mempertimbangkan ilmu sosial dalam mengembangkan hal-hal itu dan lalu telah dapat di ambil manfaatnya oleh generasi baru para mahasiswa di Jerman yang telah dihancurkan oleh perang. Tetapi juga  harus diingat bahwa kans sukses untuk hal itu akan lebih besar daripada dikembangkan di Amerika Serikat. Ini merupakan alasan desisif mengapa mereka (harus) kembali ke Jerman. Motivasi-motivasi itu mendorong bagaimana pengajaran di Frankfurt makin diperkuat. Meski begitu kadang dibalik pengajaran ada intensitas-intensitas yang tidak lazim dan karenanya para profesor filsafat harus membuat banyak kursus-kursus dan seminar tentang sosiologi. Motivasi lebih lanjut lainnya adalah bahwa keberadaan IFS di Jerman akan menyediakan kesempatan yang meyakinkan bagi kerja-kerja teoritis bersama. Akan tetapi, Horkheimer ternyata hanya punya sedikit waktu untuk hal itu. Privileges yang dia dapatkan karena posisinya sebagai ketua jurusan di Filsafat dan sosiologi, pada tahun-tahun selanjutnya, banyak terkendala oleh tugas-tugasnya  sebagai dekan, rektor dan direktur IFS, dan juga posisinya sebagai profesor tamu di Amerika. Penerbitan IFS volume pertama yang berjudul “Kontribusi Frankfurt Pada Sosiologi”, juga bukan oleh dia (Horkheimer) melainkan untuk dia. Publikasi kommemoratif yang berjudul “Soziologica” untuk hari ulang tahunnya yang ke 60 berisi kontribusi-kontribusi Frankfurt yang sebelumnya dikumpulkan dalam sebuah publikasi jurnal yakni “Jurnal Ilmu Sosial”. Edisi Amsterdam untuk buku “Dialektika Pencerahan” juga tersedia di toko-toko buku. Horkheimer tidak memiliki karya lainnya yang di produksi selama dalam pengasingannya untuk dia publikasi lagi selama beberapa dekade. Ini berbeda dengan Adorno yang justru mempublikasikan beberapa buku; yakni bukunya berjudul “Filsafat Musik Modern” yang terbit di Jerman di tahun 1949. Di tahun 1951 Adorno juga menerbitkan bukunya yang berjudul “Refleksi Dari Kehidupan Yang Telah Hancur” dengan judul barunya “Minima Moralia”  yang merupakan kontinuasi dari beberapa fragmen-fragmen filsafatnya. Pollock juga menerbitkan buku berjudul “Eksperimen Grup” dan dia juga ikut menyumbangkan tulisannya di buku “Kontribusi Frankfurt Pada Sosiologi” melalui karya dia sebelumnya yang menilai implikasi-implikasi sosial dan ekonomi dari bukunya “Automasi”.

IFS & Kebangkitan Ilmu Sosial

Dalam dekade selanjutnya, kita melihat makin bangkitnya ilmu sosial di Frankfurt, dimana IFS mengembangkan dua area riset baru yakni sosiologi-industri dan sosiologi-pendidikan. Perjuangan sosial-politik selama tahun 1950-an, khususnya tentang undang-undang bagi aturan perdagangan dan ko-determinasi kaum buruh, telah menyediakan kesempatan bagi IFS untuk menyusun studi sosiologi-industri yang pertama tentang atmosfer kerja didalam industri batubara dan baja. Studi itu lalu dilanjutkan dengan studi-studi tentang fluktuasi didalam tambang batubara. Selanjutnya, bekerjasama dengan Burkart Lutz, IFS melakukan studi Eropa tentang batas-batas insentif gaji di dalam dunia industri yang makin-termesinkan secara cepat.

Di dalam bidang sosiologi-pendidikan, ketertarikan utama IFS yakni fokus pada koneksi antara universitas dan masyarakat. Kajian-kajian yang dilakukan IFS, oleh karenanya, selalu melibatkan para mahasiswa, dosen-dosen universitas, dan para non-akademisi; khususnya dari dunia industri dan perdagangan sejak awal tahun 1950-an. Studi paling penting dimana Jurgen Habermas terlibat adalah studi tentang relasi antara mahasiswa dan politik, yang lalu hasilnya diterbitkan dalam buku berjudul “Mahasiswa dan Politik”. Studi ini lalu dilanjutkan dengan sebuah kerja riset tentang efektivitas pendidikan-politik di dunia pendidikan.

Terkait meningkatnya jumah mahasiswa di Jerman yang mengikuti pendidikan-pendidikan teoritis dalam bidang sosiologi dan filsafat, seminar-seminar yang di adakan oleh Adorno dan Horkheimer juga turut ambil bagian dalam  hal tersebut. Di tahun 1960-an pengaruh Adorno makin meluas lebih dari sekedar pengaruh sains dan pengetahuan seni, akan tetapi menjadi pengetahuan tentang elemen-elemen budaya politik Eropa. Setelah beberapa publikasi dibidang filsafat, sosiologi dan teori musik, di tahun 1966 Adorno menerbitkan bukunya berjudul “Dialektika Negativa”. Di Amerika Serikat, muncul ketertarikan baru yang fokus pada Herbert Marcuse setelah ditahun 1964 dia menerbitkan bukunya tentang ideologi pada masyarakat-industri maju yang berjudul “Manusia Satu Dimensi”. Studi-studi yang dilakukan di Frankfurt dan Berlin tentang reformasi dan demokratisasi kampus-kampus juga memainkan peran penting dalam meningkatnya gerakan protes mahasiswa yang memang makin berkembang di Jerman. Menjawab kebutuhan para mahasiswa saat itu akhirnya mendorong penerbitan ulang buku “Dialektika Pencerahan”. Dalam suasana seperti itu Alfred Schmidt juga menerbitkan serial karya-karya penting Horkheimer sejak tahun 1930-an yang bukunya lalu diberi judul “Teori Kritis”. Selanjutnya, sejak makin membaiknya situasi ekonomi-politik di Jerman, ada dorongan kembali untuk ketertarikan pada problem-problem pembangunan masyarakat. “Kritische Theorie” kemudian makin menarik perhatian dunia luas dan selalu di identikkan dengan IFS. Terkadang, orang menyebut IFS dengan istilah Madzhab Frankfurt (Die Frankfurter Schule).

Setelah Horkheimer pensiun dari IFS ditahun 1960-an, Adorno lalu menggantikannya menjadi director IFS sampai meninggalnya secara tiba-tiba pada bulan Agustus 1969. Selanjutnya di tahun 1970-an, studi-studi tentang gerakan buruh yang dilakukan Gerhard Brandt membentuk fokus utama riset IFS, dan kajian sistem insentif-gaji diaktifkan kembali serta riset tentang perempuan juga dengan sendirinya menjadi bagian dari topik utama yakni studi gerakan buruh. Setelahnya lalu di ikut oleh studi-studi tentang determinan sosial dan ekonomi dalam kebijakan jam-kerja. Juga ada riset sosio-industrial tentang dampak penggunaan komputer dalam produksi dan riset tentang rasionalisasi industri selama dalam kepemimpinan Republik Weimar dibawah rejim Sosialisme-Nasionalis dan selama negara sosialisme GDR/Republik Demokratik Jerman & Hongaria.

Sejak tahun 1980-an, studi-studi sosiologi-politik menjadi topik penting bagi kerja-kerja riset IFS khususnya yang menyangkut budaya demokrasi di Eropa Barat dan Eropa Timur. Apalagi sejak runtuhnya komunisme, hal itu secara otomatis mendorong bangkitnya ekstrimis sayap-kanan dan demokrasi dalam imaji-diri para mahasiswa. Pada saat yang sama, studi-studi tentang modernisasi di kota Frankfurt juga mengeksplorasi perubahan relasi antara rasionalisasi-sosial dan akuisisi-subyektif dalam perubahan sosial.

Dengan adanya reformasi kampus di tahun 1973, muncul aturan baru tentang penggantian dewan director ( seperti yang sampai sekarang dijalankan oleh IFS) yakni melalui Majelis IFS. Aturan baru ini menekankan kesetaraan jumlah antara para direktur dan staf representatif. Di tahun 1997, posisi director diganti oleh sebuah komite para ilmuwan yang dipimpin oleh eksekutif-director, yang sejak 1975 dipegang oleh Ludwig von Friedeburg. Anggota-anggota komite yang lainnya yakni Helmut Dubiel, Adalbert Evers, Ute Gerhard, Axel Honneth dan William Schumm. Sejak saat itu, program riset IFS terbagi menjadi 3 bidang kajian utama yakni; (1) budaya demokrasi, (2) negara dan demokrasi sosial, dan (3) modernisasi kapitalistik dan masa depan dunia perburuhan.

Kajian pertama bertujuan untuk meriset tentang bahaya dan paradoks dalam pembangunan masyarakat negara-sipil sabagaimana terlihat dalam konflik berbasis-gender dalam demokrasi-liberal, dalam etno-sentris, bentuk-bentuk rasis dan seksis dari diskriminasi dan adanya oportuniti serta resiko inherent dalam pembangunan masyarakat-sipil transnasional. Kerja-kerja empiris dibidang kajian yang kedua adalah meriset masalah dan oportuniti yang muncul dalam integrasi-sosial ketika bentuk-bentuk tradisional dari negara-sosialis mulai terkikis, khususnya meriset eksklusi-sosial, aktor-aktor non-negara dalam sosial-politik, budaya-kesejahteraan dan relasi berbasis-gender, serta institusionalisasi penyedia-layanan sosial. Sementara itu, bidang kajian yang ketiga, riset utamanya adalah melihat bentuk-bentuk korporasi baru, marketing-internal di perusahan-perusahaan dan dialektika partisipasi (kerja). Bidang kajian ketiga juga meriset relasi-industrial dalam kapitalisme global.

 Daftar Karya IFS Sampai Tahun 1997  (urut berdasar tahun terbit)

Erich Fromm, 1928, Pekerja & Karyawan Malam Pada Era Reich Ketiga/Arbeiter und Angestellte am Vorabend des Dritten Reiches, Stuttgart (1980)

Max Horkhiemer, Erich Fromm, Herbert Marcuse dll, 1936, Studi Tentang Pemerintah & Keluarga/Studien uber Autoritat und Familie, Luneburg (1987)

Max Horkheimer, Samuel Flowerman (editor), 1949, Studi Tentang Prejudice/Studies in Prejudice, New York

Friedrich Pollock, 1955, Eksperimen Grup/Gruppenexperiment, Frankfurt

Friedrich Pollock, 1956, Automasi/Automation, Frankfurt

Werner Mangold, 1960, Proses dan Metode dalam Proseding Diskusi Grup/Gegenstand und Methode des Gruppendiskussionverfahrens, Frankfurt

Jurgen Habermas, Ludwig von Friedeburg, Christop Oehler, Friedrich Weltz, 1961, Mahasiswa & Politik/ Student und Politik, Neuwied

Ludwig von Friedeburg, 1963, Sosiologi Dunia-Kerja/Soziologie des Betriebklimas, Frankfurt

Manfred Teschner, 1968, Politik &  Masyarakat Dalam Pengajaran/Politik und Gesselschaft im Unterricht, Frankfurt

Joachim Bergmann, Otto Jacobi, Walther Muller-Jentsch, 1975, Serikat (Buruh) di Republik Jerman/Gewerkschaften in der Bundesrepublik, Frankfurt & Koeln

Rudi Schmiede, Edwin Schudlich, 1976, Pengembangan Performance-Related-Pay di Jerman/Die Entwicklung der Leistungentlohnung in Deutschland, Frankfurt

Gerhard Brandt, Bernard Kundig, Zissis Papadimitriou, Jutta Thomae, 1978, Komputer & Proses Kerja/Computer und Arbeitsprozess, Frankfurt & New York

Christel Eckart, Ursula Jaerisch, Helgard Kramer, 1979, Pekerjaan-Perempuan Dalam Keluarga & Pabrik/Frauenarbeit in Familie und Fabrik, Frankfurt & New York

Gerhard Brandt, Otto Jacobi, Walther Muller-Jentsch, 1982, Adaptasi Terhadap Krisis: Serikat Buruh di Tahun 1970-an/Anpassung in die Krise: Gewerschaften in den siebenziger Jahren, New York

Karin Benz-Overhage, Eva Brumlop, Thomas von Freyberg, Zissis Papadimitriou, 1982, Teknologi Baru & Formasi-Kerja Alternatif/Neue Technologien und alternative Arbeitsgestaltung, New York

Christoph Deutschman, 1985, Jalan Menuju Hari-Kerja-Normal/Der Weg zum Normalarbeitstag, Frankfurt & New York

Helgard Kramer, Christel Eckart, Ilka Riemann, Karin Walser, 1986, Batas-Batas Gaji Buruh Perempuan/Grenzen der Frauenlohnarbeit, Frankfurt & New York

Edwin Schudlich, 1987, Menolak Hari-Kerja-Normal/Die Abkehr vom Normalarbeitstag, Frankfurt & New York

Rainer Deppe, Dietrich Hoss, 1989, Politik Perburuhan Di Negara Sosialis, Dua Varian; DDR/Republik Demokratik Jerman & Hongaria/Arbeitspolitik im Staatssozialismus, Zwei Varianten: DDR und Ungarn, Frankfurt & New York

Ulrich Rodel, Gunter Frankenberg, Helmut Dubiel, 1989, Problem Demokrasi/Die Demokratische Frage, Frankfurt

Thomas von Freyberg, 1898, Rasionalisasi Industri Pada Era Republik Weimar/Industrielle Rationalisierung in der Weimarer Republik, Frankfurt & New York

Gerhard Brandt, 1990, Kerja, Teknik & Pengembangan Sosial-Kemasyarakatan/Arbeit, Technik und gesselschaftliche Entwicklung, Frankfurt

Tilla Siegel, Thomas von Freyberg, 1991, Rasionalisasi Industi dibawah Nasionalisme-Sosialis/Industrielle Rationalisierung unter dem Nationalsozialismus, Frankfurt & New York

Ludwig von Friedeburg, 1992, Reformasi Pendidikan di Jerman/Bildungsreform in Deutschland, Frankfurt

IFS/Institut Fur Sozialforschung (editor), 1994, Ekstrim-Kanan & Xenophobia/Rechtsextremismus und Fremdenfeindlichkeit, Frankfurt & New York

Peter Noller, Klaus Ronnenberger, Service-Purpose-City Yang Baru/Die neue Diensleistungsstadt, Frankfurt & New York

Alex Demirovic, Gerd Paul, 1996, Demokrasi Imaji-Diri & Tantangannya dari kelompok kanan/Demokratisches Selebsverstandnis und die Herausforderung von rechts, Frankfurt & New York

Thomas von Freyberg, 1996, Kemajuan Yang Terbelah. Menuju Modernisasi Kota, Studi Kasus Frankfurt am Main/Der gespaltene Fortschritt Zur  stadtischen Modernisierung am Beispiel Frankfurt am Main, Frankfurt & New York

Hans-Gerd Jaschke, 1997, Keamaan Publik Dalam Konflik Budaya/Offentliche Sicherheit im Kulturkonflikt, Frankfurt & New York

Gerd Bender, 1997, Upah Buruh, Antara Otonomi & Kompulsi/Keterpaksaan/Lohnarbeit zwischen Autonomie und Zwang, Frankfurt & New York

Wilfried Konrad, 1997, Politik Sebagai Pengembangan Teknologi/Politik als Technologieentwicklung, Frankfurt & New York

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun