Mohon tunggu...
Suratno Paramadina
Suratno Paramadina Mohon Tunggu... lainnya -

Suratno (b. 1977 in Cilacap, Central Java, Indonesia). A lecturer at Paramadina University and previously at STAI-NU Jakarta. Studied doctoral at Goethe-University Frankfurt. Former Head of Executive (Tanfidziyah) of NU branch of Germany

Selanjutnya

Tutup

Politik

Madzhab Frankfurt Undercover

17 Juni 2015   19:56 Diperbarui: 18 Juni 2015   05:09 343
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Setelah perang, pusat administrasi dari industri kimia di ambil alih menjadi pusat administrasi Amerika. IFS juga menempati sebuah gedung baru, karena gedung lamanya luluh lantak terkena bom. Begitu juga Universitas Frankfurt pindah ke gedung Poelzig.

Fase-Awal IFS

Ditahun 1924, direktur pertama IFS Kurt Albert Gerlach ternyata meninggal dunia secara tiba-tiba. Posisinya lalu diserahkan pada bapak kajian Austro-Marxism yakni Carl Grunberg. Saat itu Grunberg adalah profesor ilmu politik di Universitas Wina Austria. Dia memiliki banyak pengikut dari mulai Max Adler dan Otto Bauer sampai Karl Renner dan Rudolf Hilferding yang memiliki pengaruh besar pada politik Sosial-Demokratik di Austria.

Carl Grunberg menulis karya penting berjudul Arsip sejarah sosialisme dan gerakan buruh. Seperti juga Oppenheimer, Grunberg juga kurang percaya bahwa suatu tatanan-sosial baru sangat dibutuhkan dan memang memungkinkan. Akan tetapi berbeda dengan Oppenheimer, Grunberg percaya bahwa sosialisme akan menggantikan kapitalisme secara menyeluruh. Oleh karena itu dia melihat bahwa tugas utamanya di IFS adalah melakukan segala sesuatu untuk mempromosikan perkembangan sosialisme, meskipun tidak melalui keterlibatannya dalam kehidupan politik (sehari-hari) atau partai politik, tetapi melalui kerja-kerja saintifik menggunakan metode riset Marxis.

Di dukung oleh faktor atmosfer kota Frankfurt yang sangat kondusif, Universitas Frankfurt lalu berkembang dan makin maju dengan segala disiplin ilmu yang ada didalamnya. Sejak tahun 1920-an kota Frankfurt mengalami perkembangan intelektual, dan melalui Universitas Frankfurt yang belum lama berdiri, juga terkait kehidupan sosial dan budayanya seperti sering diberitakan dalam surat kabar Frankfurter-Zeitung dan di radio-radio Frankfurt. Atmosfer sosial dan budaya seperti itu masih ditopang lagi oleh karakter liberal-sosial kota Frankfurt. Bahkan karakter itu menjadi makin meyakinkan pada masa Republik Weimer dibawah Lord Mayor Ludwig Landmann, seorang Yahudi liberal sayap-kiri. Selain itu, potensi industri kota Frankfurt berangsur-angsur meningkat terutama karena inkorporasinya dengan komunitas lain, khususnya melalui perkebunan-kimia yang besar seperti yang ada di distrik Frankfurt-Hoechst. Modernisasi bergerak bersama reformasi sosial dan politik infrastruktur, seperti tercermin dalam apartemen Ernest May dalam karya “Neues Frankfurt (Frankfurt yang baru). Pihak otoritas kota Frankfurt secara terus-menerus aktif mendukung perkembangan demokrasi dan Republik Weimar melalui upaya-upaya relasi publik. Tidak ada kelompok warga yang secara langsung menentang sosial-demokrasi dapat berkembang di kota Frankfurt, apalagi kalau sudah menyangkut anti-semitik. Kelompok yang berpengaruh di kalangan kelas-menengah cenderung mendukung koalisi sosial-liberal, padahal pendidikan dan kebijakan kultural Frankfurt cenderung dekat dengan garis-politik republikan. Pemberian award Goethe-Prize kepada Sigmund Freud di tahun 1930 juga sangat tidak sejalan dengan pandangan tradisional sains serta sangat tidak terkait dengan prejudais nasionalisme Jerman. Institut Psikoanalisis di Frankfurt selama periode itu juga memulai riset-risetnya dan aktivitas pengajarannya di gedung IFS. Perwakilan Pemkot dan negara bagian di komite pemberi award tetap keukeuh dengan keputusan kontroversial mereka dan mengabaikan sedikit penolakan dari para filolog Goethe yang tidak menyetujui award untuk Freud. Menurut Alfred Doblin yang mewakili Akademi Seni Prussia, dengan memberi award pada Freud, kota modern seperti Frankfurt telah mempertunjukkan bahwa “Pemberian award ini diharapkan dapat meredakan situasi intelektual yang sangat sulit secara umum di Jerman (khususnya menyangkut warga Yahudi)”.

Dalam pada itu, ada juga perhatian dari dua tokoh Kementrian Kebudayaan Prussia yakni Carl Heinrich Becker dan Adolf Grimme yang sepenuhnya mendukung kota Frankfurt selama dibawah Republik Weimar. Perhatian mereka termanifestasi, misalnya, dalam penunjukkan penerus ketua jurusan sosiologi. Kandidat-kandidatnya lagi lagi berasal dari luar kampus/outsider dan dari mereka yang akan bisa memberi signifikansi lebih besar bagi diskursus ilmu sosial di Universitas Frankfurt dan bagi budaya intelektual di kota Frankfurt dibanding generasi pertamanya. Dukungan Karl Mannheim pada politik konstitusional Republikan dan peran pentingnya dalam sosiologi khususnya dalam pencerahan politik membuat petugas Kantor Pencatatan Organisasi serta Kementrian Kebudayaan menyetujui pencalonannya, meski awalnya ada resistensi karena posisinya sebagai pengikut profesor emeritus Oppenheimer. Dari Heidelberg pindah ke Frankfurt, Mannheim mengajak serta Norbert Elias, ilmuwan seusianya, seorang Yahudi seperti dirinya yang banyak terlibat dalam analisis-analisis komprehensif tentang masyarakat yang adil dan juga banyak berperan penting dalam aktivitas mengajar yang dilakukan Mannheim sebelumnya.

Pada tahun 1930 Carl Grunberg tiba-tiba menderita serangan jantung. Posisinya di IFS saat itu digantikan oleh Max Horkheimer.  Akan tetapi Horkheimer, profesor (privat) filsafat yakni Max Horkheimer, yang ditunjuk sebagai direktur baru IFS menggantikan Grunberg, tidak lama setelah itu juga ternyata jatuh sakit. Oleh karena itu, Horkheimer tidak dapat memenuhi harapan para sponsor untuk mengambil alih posisi direktur di IFS dan di Fakultas Ekonomi dan Ilmu Sosial. Para sponsor akhirnya memilih ekonom berpengaruh dan politisis Republikan yang aktif yakni Adolf Lowe dari Institut Ekonomi-Dunia di Kiel. Selanjutnya, dibuka posisi baru sebagai ketua jurusan di Fakultas Filsafat, yang mempertahankan fokus jurusannya dalam bidang Filsafat Sosial. Situasi ini membuat penunjukkan Horkheimer sebagai ketua jurusan Filsafat menjadi dimungkinkan. Sejak muda, Horkheimer adalah kawan Friedrich Pollock, yang bekerja di IFS sejak awal pendiriannya. Horkheimer mengerjakan proyek tentang teori masyarakat materialistik yang berbeda dari proyek yang sebelumnya dikerjakan IFS. Kerjasama antara para spesialis, sosiolog dan ekonom, sejarawan dan psikolog terus diarahkan pada refleksi-refleksi filosofis, dan mencoba mencari formulasi pertanyaan-pertanyaan dari kajian-kajian filsafat sosial atau dikenal dengan teori-kemasyarakatan. Semua itu bermula dari premis-premis awal yang oleh Horkheimer dia tuangkan dalam ”Jurnal Riset Sosial/Zeitschrifft Fur Sozialforschung” bersama-sama dengan Leo Lowenthal dan Friedrich Pollock, Erich Fromm, Henryk Grossmann dan Theodor Adorno.

Dalam hal riset-riset empiris, IFS memberikan penekanan pada outline teori dan pengalaman individu. Yang dilakukan Horkheimer adalah bahwa dia ingin “mengejar pertanyaan-pertanyaan besar filosofis dengan menggunakan metode saintifik yang terpercaya, lalu mereformulasi pertanyaan-pertanyaan itu melalui risetnya tentang subyek tertentu, membuat pernyataan tentang sesuatu secara jelas, berpikir tentang metode baru, dan juga tidak pernah lepas dari tujuan dasar IFS”. Dalam pidato pengukuhannya, Horkheimer merujuk pada sebuah contoh dari  studi awal yang dilakukan IFS tentang kelompok sosial yang sangat penting dan memiliki karakteristik tertentu dalam kajian teoritis-kemasyarakatan, yakni kelompok buruh dan pekerja “yang berkualitas (terdidik dan terampil)” di Jerman. Hasil penemuan studinya adalah bahwa di awal tahun 1930-an “pengaruh” dan “perubahan” yang cocok terjadi tidak hanya lewat pertimbangan-pertimbangan teoritis, tetapi juga karena keterhubungan kelompok buruh dan pekerja itu dengan praksis kemasyarakatan (Horkheimer 1931, 11). Kelompok buruh dan pekerja telah menunjukkan bahwa adalah ilusioner untuk memperbaiki banyak harapan dari basis yang lebih luas bagi perjuangan melawan dominasi kaum fasis. Oleh karenanya, kelompok buruh dan pekerja itu mengkonfirmasi premonisi Horkheimer tentang bencana-imminent dan memperkuat premonisi itu dalam upayanya untuk menyiapkan emigrasi IFS.

Pindah (Sementara) Ke Amerika

Tahun 1930-an, politik Jerman juga ditandai dengan makin meningkatnya pengaruh NAZI/Nationalis-Sozialistiche (Deutsche Arbeit Partei). Hal itu membuat director IFS Horkheimer pada bulan September 1930 menyiapkan langkah-langkah untuk memindahkan IFS ke luar dari Jerman. Rencananya Horkheimer akan mencoba mendirikan cabang IFS di Jenewa dan memindahkan dana milik IFS ke Belanda. Di tahun 1933, ditengah bangkitnya Adolf Hittler, IFS akhirnya benar-benar di pindahkan ke Jenewa. Akan tetapi setahun sesudahnya, yakni tahun 1934, Horkheimer akhirnya membawa IFS ke Universitas Columbia di New York, Amerika Serikat. Karena Universitas-Columbia ini juga di organisir oleh sebuah yayasan, itu artinya mereka tidak menyediakan dana untuk IFS. Jadi dana privat untuk kelangsungan IFS yang ada di Jerman harus dibawa ke luar Jerman (yakni ke Amerika) pada saat yang tepat; tidak hanya untuk menjamin kelangsungan IFS setelah eksplusinya, tetapi juga memudahkan kerjasama interdisipliner yang unik di antara anggota-anggota IFS di Amerika Serikat serta keberlanjutan publikasi “Jurnal Riset Sosial” yang mereka kelola, meski kemudian sedikit berubah nama menjadi ”Jurnal Riset Filsafat & Sosial”.

Studi-studi komprehensif IFS kemudian berlanjut di Amerika Serikat khususnya tentang otoritas dan keluarga, dan diatas itu semua khususnya tentang prejudice dan struktur kepribadian otoritarian. Studi-studi itu memang makin memperkuat pandangan-pandangan kritis IFS. Akan tetapi, kursus tentang sejarah selama periode itu, dan munculnya potensi destruktif dari perkembangan masyarakat industri membuat IFS harus merubah beberapa pandangan teoritisnya. Akhirnya, hal itulah yang lalu sampai pada pandangan hopeless virtual mereka yang tertuang dalam buku “Dialektika Pencerahan”.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun