Beberapa waktu lalu, saya merasa ada yang salah dengan rutinitas saya.
Setiap kali membuka ponsel, saya terjebak scroll media sosial tanpa henti.
Meski sepertinya menyenangkan, saya menyadari ada yang berubah—saya mulai sulit fokus, mudah bosan, dan bahkan merasa gelisah tanpa sebab yang jelas. Ketika ingin menyelesaikan pekerjaan atau sekadar membaca buku, pikiran saya terus saja ingin mencari hal-hal yang lebih instan dan menghibur.
Sampai suatu hari, saya membaca tentang dopamine detox—sebuah konsep untuk mereset otak dari kecanduan stimulasi yang berlebihan. Ini membuat saya ingin tahu lebih jauh, apakah banyak orang mengalami hal yang sama?
Dan bagaimana Islam memandang fenomena ini?
Apa Itu Dopamine?
Dopamine adalah zat kimia di otak yang berfungsi sebagai “reward system.” Ketika kamu mendapatkan hal-hal yang menyenangkan, seperti likes di Instagram, menonton video lucu, atau bahkan makan makanan manis, otakmu melepaskan dopamine yang membuatmu merasa puas dan senang. Namun, semakin sering kamu mendapatkan “hadiah instan” ini, otakmu mulai ketagihan untuk menerima lebih banyak dopamine.
Fenomena ini dikenal dengan istilah "dopamine overload" atau kelebihan dopamine. Akibatnya, kamu mungkin merasa sulit fokus pada hal-hal yang penting, seperti belajar, bekerja, atau bahkan beribadah. Semua hal sederhana menjadi tidak lagi memuaskan, karena otakmu terbiasa dengan rangsangan dopamine yang tinggi.
Pandangan Islam tentang Pengendalian Nafsu dan Kesederhanaan
Dalam Islam, kita diajarkan untuk menjalani hidup dengan kesederhanaan dan menghindari berlebihan. Allah SWT berfirman dalam Al-Quran: "Makan dan minumlah, tetapi jangan berlebihan. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang yang berlebihan." (QS. Al-A'raf: 31). Prinsip ini bisa kita terapkan dalam mengendalikan dopamine.