Mohon tunggu...
Suradin
Suradin Mohon Tunggu... Duta Besar - Penulis Dompu Selatan

Terus Menjadi Pembelajar

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Persiapan Ritual Ngasuh Gunung Masyarakat Adat Sajang Lombok Timur

13 Agustus 2020   06:49 Diperbarui: 16 Agustus 2020   04:11 539
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sebab pemangku adat yang ada di Sajang, di pandang memiliki kedudukan yang cukup diperhitungkan di mata meloqa-meloqa yang mendiami wilayah di kaki gunung Rinjani. 

Dok. Pribadi
Dok. Pribadi
Dok. Pribadi
Dok. Pribadi
Dok. Pribadi
Dok. Pribadi
Dok. Pribadi
Dok. Pribadi
Dok. Pribadi
Dok. Pribadi
Dok. Pribadi
Dok. Pribadi
Setelah beberapa saat duduk dan mendengarkan beberapa tetua adat bercerita di beranda rumah adat, saya pun meminta izin beranjak untuk memotret aktivitas masyarakat Sajang dalam mempersiapkan ritual adat. 

Dengan camera handphone di tangan, saya mendokumentasikan beberapa aktivitas masyarakat yang berpacu dengan waktu untuk memastikan bahwa persiapan untuk ritual ini akan sukses dilaksanakan. 

Satu hal yang luar biasa. Kekompakan. Saya menyaksikan bagaimana masyarakat setempat berbondong-bondong mengambil bagian untuk mengerjakan segala persiapan ritual. Ketika sore menyapa, semakin banyak masyarakat Sajang yang berdatangan. 

Terlihat puluhan ibu-ibu duduk di satu tenda yang beralaskan terpal sambil mengupas bawang, membersihkan tomat, serta memastikan semuanya ada. Sedangkan beberapa ibu yang lain, sedang berjibaku dengan kepulan asap karena sibuk memasak. 

Dok. Pribadi
Dok. Pribadi
Dok. Pribadi
Dok. Pribadi
Dok. Pribadi
Dok. Pribadi
Dok. Pribadi
Dok. Pribadi
Dok. Pribadi
Dok. Pribadi
Setelah merasa cukup dengan beberapa foto, saya pun memutuskan untuk mendekati salah seorang pria paruh bayah yang sedang sibuk menumbuk bawang, sambil mengecek hasil potretan. Saya mengajaknya berbincang. 

Tidak terlihat lelah diwajahnya, bahkan dia begitu bersemangat dengan persiapan ritual adat ini, karena menurutnya tidak semua generasi Sajang, bisa menyaksikan langsung bagaimana ritual Ngasuh gunung ini dilaksanakan. 

Dok. Pribadi
Dok. Pribadi
Dok. Pribadi
Dok. Pribadi
Dok. Pribadi
Dok. Pribadi
Dok. Pribadi
Dok. Pribadi
Dok. Pribadi
Dok. Pribadi
Dok. Pribadi
Dok. Pribadi
Sesaat kemudian saya kembali disuguhkan dengan kopi hitam. Dan salah seorang tetua adat membawakan tikar lalu menghamparkannya di atas tanah, dan mengajak saya menempatinya. 

Kami pun duduk sambil berbincang-bincang banyak hal, tidak saja mengenai persiapan ritual, tapi juga tentang bagaimana eksistensi adat Sajang ini di masa mendatang. 

Seperti biasa, saya memilih untuk mendengar, sambil sesekali mengajukan beberapa pertanyaan. Obrolannya begitu santai seperti layaknya keluarga besar yang sedang memperbincangkan sesuatu hal yang sangat penting. 

Dok. Pribadi
Dok. Pribadi
Berada di tengah-tengah masyarakat adat Sajang, saya merasa seperti berada di rumah sendiri. Mereka sangat ramah, baik, dan menghamparkan karpet persahabatan yang mungkin tidak akan didapatkan dalam masyarakat perkotaan yang individual.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun