Sebab pemangku adat yang ada di Sajang, di pandang memiliki kedudukan yang cukup diperhitungkan di mata meloqa-meloqa yang mendiami wilayah di kaki gunung Rinjani.Â
Dengan camera handphone di tangan, saya mendokumentasikan beberapa aktivitas masyarakat yang berpacu dengan waktu untuk memastikan bahwa persiapan untuk ritual ini akan sukses dilaksanakan.Â
Satu hal yang luar biasa. Kekompakan. Saya menyaksikan bagaimana masyarakat setempat berbondong-bondong mengambil bagian untuk mengerjakan segala persiapan ritual. Ketika sore menyapa, semakin banyak masyarakat Sajang yang berdatangan.Â
Terlihat puluhan ibu-ibu duduk di satu tenda yang beralaskan terpal sambil mengupas bawang, membersihkan tomat, serta memastikan semuanya ada. Sedangkan beberapa ibu yang lain, sedang berjibaku dengan kepulan asap karena sibuk memasak.Â
Tidak terlihat lelah diwajahnya, bahkan dia begitu bersemangat dengan persiapan ritual adat ini, karena menurutnya tidak semua generasi Sajang, bisa menyaksikan langsung bagaimana ritual Ngasuh gunung ini dilaksanakan.Â
Kami pun duduk sambil berbincang-bincang banyak hal, tidak saja mengenai persiapan ritual, tapi juga tentang bagaimana eksistensi adat Sajang ini di masa mendatang.Â
Seperti biasa, saya memilih untuk mendengar, sambil sesekali mengajukan beberapa pertanyaan. Obrolannya begitu santai seperti layaknya keluarga besar yang sedang memperbincangkan sesuatu hal yang sangat penting.Â