Ketiga, karakter yang ketiga ini merupakan tipe pribadi yang hanya datang mengkritik, menghujat dan bahkan menyalakan. Ia hadir membuat air berkeruh, tanpa perlu memandang pentingnya air jernih untuk bisa memetakan persoalan agar mendapatkan solusi bagi kepentingan bersama. Keberadaanya dianggap tidak dibutuhkan, bahkan, ketidak hadirannya dapat melegahkan bagi semua pihak.
Ia menguasai forum, membatah gagasan lawan, menolak masukan, baginya tidak ada yang benar, semua salah dan harus merasa bersalah. Idenya lah dianggap paling benar, dalam pandangannya tidak ada solusi yang paling baik, kalau bukan lahir dari pemikirannya.Â
Ia mampu menguraikan banyak konsep, teori, walaupun tidak ada satu judul buku pun yang pernah ia baca, ia hanya pernah mendengar dari seniornya, dari lawan-lawan diskusinya, lalu ketika mendapat kesempatan berbicara, ia tumpahkan semua tanpa tahu apakah itu relevan dengan topik yang sedangkan dibicarakan. Tidak terlalu penting apakah orang lain merespon atau tidak, baginya aktualisasi lebih penting dari segala-gala-Nya.
Keempat, tipe yang keempat ni merupakan sosok yang hampir mendekati kata sempurna. Ia tidak saja kuat dalam mengkonsep suatu kegiatan, tapi mampu merangkul yang lain, selain telaten, namun juga mampu dalam mengejawantahkan semua kesepakatan.Â
Kehadirannya seperti oase di gurun sahara. Ia menjadi embun penyejuk bagi kemaslahatan bersama. Ia rela berkorban, jangankan waktu, tenaga, bahkan uang belanjanya pun selalu menjadi solusi setiap dibutuhkan. Tipe seperti ini memiliki dedikasi, integritas yang cukup mumpuni bagi jalannya roda organisasi. Ketiadaanya dalam suatu kegiatan menjadi petaka bagi kelangsungan lembaga. Sosoknya akan selalu dirindukan, karena ia mampu membuka peta jalan bagaimana menjadi pribadi yang memiliki loyalitas bagi keberlangsungan lembaga. Tapi sosok seperti ini sangat langka, dan sukar untuk dicari padanannya. Ia tetap menjadi intan permata walaupun di kubangan sekalipun.
Kelima, tipe ini hanya peramai saja dalam kegiatan apapun, datang tanpa diundang pergi pun tanpa di antar. Ia tidak mengambil pusing dalam setiap kesulitan yang menimpa anggota lembaga, baginya ia hanya hadir untuk menambah ramai-Nya suatu kegiatan. Ia tidak mau pusing dengan  debat di dalam diskusi, tidak mau merasa terbebani terhadap kendala, serta hanya datang dan berlalu begitu saja tanpa pernah berpikir untuk mengambil bagian dari urusan-urusan lembaga.Â
Baginya, hidupnya untuk dirinya sendiri, bahkan  kadang kala ia menjadi benalu bagi pihak lain, ketika kehabisan bensin motor pulang dari kegiatan, maka ia sesegera mungkin menghubungi panitia kegiatan. Ia ingin diperhatikan, tapi tidak punya waktu memperhatikan kepentingan bersama. Ia datang disebuah kegiatan hanya untuk berfoto-foto, lalu dipajang di dinding Facebook-Nya, dan merasa bangga ketika mendapat like dan komentar dari pihak lain. Lalu dengan  semangat menjelaskan secara spontan dengan versinya sendiri, seolah dialah yang menjadi ujung tombak dalam kegiatan yang sedang ia jelaskan. Pada hal itu hasil imajinasinya sendiri, hanya karena ingin  mendapatkan pengakuan dari pihak lain.
Keenam, tipe yang terakhir ini merupakan sosok yang ingin selalu belajar. Ia menempatkan dirinya sebagai orang yang tidak tahu, sehingga dengan pandangannya yang demikian membuatnya terdorong untuk terus dekat dengan orang-orang hebat. Ia sering bertanya, dan ketika diskusi pun akan memberanikan diri untuk menyampaikan sesuatu, tanpa harus pusing apakah di setujui atau tidak.Â
Dia memandang semua orang sebagai guru, baginya semua orang punya pengalaman-pengalaman hebat, yang bisa menggugah siapapun. Sehingga ia akan menyempatkan banyak waktu untuk mendengarkan ketika orang lain berbicara kisah-kisah yang menginspirasi. Ia memilih diam, tapi serius mendengarkan.