Mohon tunggu...
Suradin
Suradin Mohon Tunggu... Duta Besar - Penulis Dompu Selatan

Terus Menjadi Pembelajar

Selanjutnya

Tutup

Trip Artikel Utama

Eksotika Buah Annonaceae dan Magnet bagi Penikmatnya

18 April 2020   15:23 Diperbarui: 18 April 2020   21:13 465
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pemandangan di atas Gunung Adu (Dokumentasi pribadi)

Ini bukan seberapa banyak buah lokan yang bisa kami ambil, tapi perjuangan untuk mendapatkannya yang memberikan banyak pelajaran. 

Buah lokan bisa saja kami beli di pasar hanya dengan lembaran rupiah, namun dengan mengambilnya sendiri di atas gunung, dengan segala daya perjuangan yang dilewati, memberikan arti dan maknanya tersendiri. Bahwa hidup memang sebuah perjuangan, dan hasil dari sebuah perjuangan di mana ada tetes keringat di dalamnya, itulah yang terpenting

Pemandangan di atas Gunung Adu (Dokumentasi pribadi)
Pemandangan di atas Gunung Adu (Dokumentasi pribadi)

Pemandangan dari atas gunung (Dokumentasi pribadi)
Pemandangan dari atas gunung (Dokumentasi pribadi)
Desa Marada Dari Atas Gunung Adu (Dokumentasi pribadi)
Desa Marada Dari Atas Gunung Adu (Dokumentasi pribadi)
Sesampainya di puncaknya gunung, kami memutuskan untuk istirahat sejenak. Di atas gunung pandangan kami menyapu semesta. 

Viewnya sangat indah, angin sepoi menyapu dedaunan menambah suasana terasa harmoni. Sungguh mempesona ciptaan ilahi, menghadirkan kekaguman yang tak henti dari kami yang menikmatinya.

Teluk Cempi serta kampung serasa kecil dari kejauhan. Bentangan sawah yang menghijau dengan petakan yang rapi menambah pesonanya semesta.

Lokan yang kami ambil kali ini cukup untuk dibagikan kepada orang-orang di kampung, selebihnya untuk di konsumsi sendiri. Tas yang kami bawa, sudah dipenuhi dengan buah lokan yang kami petik sejak tadi pagi, sedangkan beberapa buah lokan yang belum benar-benar masak, kami biarkan bersama pohonnya.

Dari kejauhan kami menyaksikan hujan cukup lebat menyirami padi dan jagung warga yang ditanam di lereng gunung sebelah. Karena khawatir kehujanan, kami memutuskan untuk segera turun, dengan melalui celah pohon yang terlihat seperti jalan. 

Kami bergegas dengan cepat karena rintik hujan mulai terasa membasahi punggung. Kami seperti berlari menuruni punggung gunung, sesekali kami kesasar, salah arah, kehilangan jalan pulang tapi syukur kami bukan Ayu Ting-ting yang salah alamat.

Dokumentasi pribadi
Dokumentasi pribadi
Walaupun jalan pulang terlihat mudah, namun kami harus benar-benar berhati-hati, karena salah berpijak, bisa saja kaki keseleo dan terjatuh. Potongan kayu dan bebatuan di sepanjang jalan, bisa menjadi batu sandungan yang membuat kami tersungkur.

Walaupun kami turun di jalan yang lain, namun sampai pula kami di rumah dengan selamat. Sesaat setelah sampai, hujan pun turun dengan derasnya membasahi tanah, menyuburkan tanaman, menghijaukan bumi. Semesta tersenyum, petani pun gembira ria.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Trip Selengkapnya
Lihat Trip Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun