Enam pohon gayam (inocarpus edulis) ditanam di pelataran keraton, tiga di sisi barat dan tiga di sisi timur menuju kediaman sultan. Pohon tanjung (mimusops elengi) ditanam di empat sudut bangsal Pancaniti. Pohon jambu dersana (syzgium malaccense) dapat ditemui di Plataran Kamandungan Kidul, Plataran Kemagangan, Plataran Srimanganti, dan Plataran Kamandungan Lor.
Pohon kepel ditanam di beberapa sudut keraton. Enam pohon di sisi timur Sitihinggil dan enam pohon di sisi baratnya. Dua pohon di selatan bangsal Kemagangan, satu di utara halaman halaman Kamandungan Lor.
Daerah Istimewa Yogyakarta ini memiliki tanaman flora identitas kota, keberadaannya disahkan dalam SK Menteri Dalam Negeri No. 522.5/1458/SJ/1990 yakni pohon kepel. Dua tahun setelahnya keluar Surat Keputusan Gubernur DIY No. 385/KPTS/1992 tentang Penetapan Flora dan Fauna Daerah Provinsi DIY. Selang delapan belas tahun berikutnya, tepatnya tahun 2010 PT Pos Indonesia menerbitkan perangko bergambar pohon buah kepel disandingkan dengan burung perkutut sebagai flora dan fauna identitas Daerah Istimewa Yogyakarta.
Saat ini di pelataran keraton terdapat dua macam pohon kepel, yaitu pohon kepel (stelechocarpus burhanol) dan pohon kecindul (cynometra cauliflora). Pohon kepel ini terdapat di pelataran Srimanganti dan Kemandungan Lor. Jika diamati dengan saksama, pohon kepel ini memiliki batang yang lurus, daunnya rimbun, buahnya coklat menggantung pada pokok batangnya. Sedangkan pohon kecindul atau sering disebut kepel watu ditanam di pelataran Siti Hinggil Lor. Pohon dan daun kecindul seperti kepel, demikian pula dengan bunga dan buahnya tumbuh di batang pokoknya.
Menurut abdi dalem yang mendampingi berkeliling di lingkungan keraton, kepel berbunga setelah umur delapan tahun. Bunga akan muncul pada bulan September sampai Oktober. Setelah itu, buahnya dapat dipanen setelah enam bulan berbunga atau pada Maret sampai April.
Pohon kepel ini menurut Prof.Dr. Purnomo, M.S. belum termasuk spesies yang dilindungi berdsarkan PP No.7 Tahun 1999 tentang Pemanfaatan Tumbuhan dan Satwa. Hal itu ia sampaikan pada Seminar Tumbuhan Khas dan Langka Daerah Istimewa Yogyakarta pada Sabtu, 21 September 2019 di Auditorium Fakultas Biologi UGM. Menurut Guru Besar Ilmu Taksonomi Tumbuhan tersebut kepel juga belum terdaftar dalam IUCN Redlist.Â
Kepel ternyata juga belum dilindungi dalam Permen LHK No.106 Tahun 2018. Sebenernya banyak spesies tanaman di Daerah Istimewa Yogyakarta ini menjadi langka dan terancam punah karena mengalami tekanan populasi di habitat alamiahnya.
Untuk mencegah kepunahan pohon kepel ini, usaha konservasi pernah dilakukan pada tahun 2012 di Kebun Buah Mangunan, Kecamatan Dlingo, Kabupaten Bantul, DIY. Koleksi bibitnya diambil dari dua tempat wilayah pertumbuhan kepal, yaitu Kabupaten Magelang dan Kabupaten Karanganyar. Perlu diketahui tanaman kepel ini bisa tumbuh baik di tanah yang subur, mengandung humus, dan lembap. Habitat asilnya pohon kepel ini dijumpai pada ketinggian 150-300 mdpl. Dari uji coba konservasi yang dilakukan di Mangunan diketahui tanaman kepel yang berasal dari Karanganyar dapat tumbuh lebih baik daripada tanaman kepel dari Magelang. Dapat disimpulkan bahwa ternyata tanaman kepel ini mempunyai keragaman genetik yang tinggi.
Pohon kepel di pelataran Keraton Yogyakarta ini memuat makna yang mendalam. Buah kepel ini besarnya satu kepalan tangan orang dewasa. Ini melambangkan tekad dan kemauan yang kuat untuk berkarya. Kepel juga dapat dimaknai kempel atau kumpul, yang melambangkan persatuan.
Setelah puas berkeliling kompleks Keraton Yogyakarta saya pun melanjutkan gowes pagi ini. Ke selatan menyusuri Jalan Rotowijayan saya sempat berhenti sebentar di Ngejaman di dekat Masjid Rotowijayan, dibelakang jam kuno ditanam pohon salam (syzygium polyanthum) dengan tinggi kurang lebih dua puluh meter. Menyusuri Jalan Ngasem dan sampailan di Pasar Ngasem yang sampai sekarang masih mempertahankan keaslian bentuknya, termasuk vegetasi khasnya yakni puluhan pohon asam di sekiling pasar. Melewati Jalan Magangan Kulon, saya lanjutkan ke Jalan Ngadisuryan dan sampailah saya di Alun-alun Kidul.
Di alun-alun ini berbeda dengan Alun-alun Lor yang dikelilingi oleh satu jenis vegetasi, yakni pohon beringin. Vegetasi sekeliling Alun-alun Kidul lebih variatif terdapat pohon jambu dersana, pohon mangga pakel, pohon mangga kweni, pohon mangga cempora, pohon soka bunga merah, dan pohon gayam di sisi utara depan Siti Hinggil Kidul. Terdapat sepasang pohon beringin yang berada di tengah Alun-alun Kidul yang diberi nama Supit Urang, sedangkan sepasang pohon beringin di sisi luar alun-alun sisi selatan diberi nama Kiai Wok. Ada lagi satu beringin di sisi barat alun-alun di depan kandang gajah.