Mohon tunggu...
Supriyadi
Supriyadi Mohon Tunggu... Penulis - Penulis

Penulis, Pendaki gunung, Relawan Small Action, Petani Hidroponik

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Cerita Tentang Bapak

20 September 2024   09:20 Diperbarui: 20 September 2024   09:28 81
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Ketika pertama kali tiba di rumah Bapak, jelas saya tidak kerasan. Saya kehilangan teman -- teman sepermainan. Kebiasaan di tempat baru ini sangat berbeda dengan kehidupan saya di kampung dulu. Disini setiap selesai maghrib, suasana malam menjadi sepi. Anak -- anak kecil tidak ada yang bermain, mereka semua pergi ke mushola untuk mengaji.

Bapak segera memasukkan saya ke Madrasah Ibtidaiyah, kata Bapak biar saya bisa belajar ilmu umum dan ilmu agama sekaligus kalau sekolah di madrasah. Tapi yang membuat saya 'ngambek' adalah saya harus kembali ke kelas satu lagi. Padahal saya sudah naik kelas dua di sekolah SD yang lama.

Di hari pertama masuk sekolah saya dihibur oleh bu guru wali kelas yang cantik dan sabar, " Nanti kalau kamu sudah bisa mengikuti pelajarannya, kamu bisa langsung naik ke kelas dua" begitu bujuknya. Saya hanya mengangguk. Dan ternyata saya baru tahu bahwa sekolah madrasah itu sulit karena saya harus belajar menulis arab. Di hari pertama saja saya tidak mampu menyelesaikan tugas menulis Bahasa Arab, sampai tidak istirahat. Saya berusaha keras untuk menyelesaikan tugas menulis huruf -- huruf arab yang asing tersebut dengan didampingi oleh bu guru yang sabar.

Bapak juga membawaku ke sebuah mushola di kampung sebelah. Disana Bapak menitipkan saya ke Pak Kyai Mustofa untuk belajar mengaji di mushola tersebut. Menurut Bapak, pak Kyai Mustofa itu orangnya sangat sabar, jadi saya tidak usah takut untuk belajar mengaji dengan beliau. Rupanya Bapak sudah mengatur semuanya untuk pendidikan saya.

Dan sekarang saya baru merasakan betapa berharganya bekal ilmu agama dan pengetahuan umum yang saya dapatkan. Semua itu berkat jasa Bapak yang telah mengajakku hijrah ke rumahnya dan memilihkan sekolah yang tepat dan juga guru mengaji yang sabar. Dan, sekarang hanya do'a dan surat Al fatehah yang bisa saya lantunkan untuk Bapak yang sekarang sudah berpulang menghadap Allah swt. Semoga engkau bahagia disamping Rabbmu Bapak tercinta.

 

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun