Mohon tunggu...
Suprihadi SPd
Suprihadi SPd Mohon Tunggu... Penulis - Selalu ingin belajar banyak hal untuk dapat dijadikan tulisan yang bermanfaat.

Pendidikan SD hingga SMA di Kabupaten Klaten, Jawa Tengah. Kuliah D3 IKIP Negeri Yogyakarta (sekarang UNY) dilanjutkan ke Universitas Terbuka (S1). Bekerja sebagai guru SMA (1987-2004), Kepsek (2004-2017), Pengawas Sekolah jenjang SMP (2017- 2024), dan pensiun PNS sejak 1 Februari 2024.

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Menunggu Orang Lain Berubah adalah Harapan yang Sia-Sia

7 Agustus 2024   06:06 Diperbarui: 7 Agustus 2024   06:14 161
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Diolah dengan Canva (dokpri)

Menunggu Orang Lain Berubah adalah Harapan yang Sia-Sia

Terkadang kita ingin berbuat sesuatu setelah ada orang lain yang melakukan lebih dahulu. Kita menunggu ada seseorang yang memulai, barulah kita mengikuti atau ikut-ikutan demi rasa aman. Jika ada pihak lain yang menanyakan, "Mengapa melakukan itu?" Dengan enteng kita akan menjawab, "Saya hanya ikut-ikut!"

Nah, mental tidak mau disalahkan dan "selalu" menunjuk hidung orang lain adalah fenomena yang harus dihindari. Dengan alasan demi menghindari "tuduhan" karena melakukan sesuatu, seseorang banyak yang tidak mau melakukan perubahan. Mereka hanya menunggu dan menunggu. Jika sesuatu yang dilakukan orang lain tampak menguntungkan, menyenangkan, dan "tidak ada masalah", orang-orang pun "berbondong-bondong" untuk mengikuti "jejak" orang yang demikian.

Fenomena Berulang

Pada era penyewaan kaset VCD booming tahun 80-an, di mana-mana kita dapat menjumpai lapak penyewaan kaset "bajakan" tersebut. Seolah-olah semua orang akan menggemari lagu-lagu atau film yang diputar menggunakan perangkat sederhana yang bisa didengarkan atau ditonton beramai-ramai sekeluarga atau satu komunitas.

Fenomena tersebut tidak berlangsung lama. Kemudian pada era penyewaan komputer untuk permainan game hadir, di mana-mana kita juga dapat menjumapi lapak tempat penyewaan komputer tersebut. Era internet sudah mulai menggejala saat itu. Hingga saat ini pun, penyewaan komputer untuk bermain game dan yang lain-lain masih ada. Sebagian besar sudah gulung tikar karena konsumen menurun.

Masyarakat yang ingin mencoba-coba bisnis dengan memanfaatkan gejala booming merambah dunia kuliner. Sebuah lapak mungil yang waktu zaman dulu hanya digunakan untuk para penjual rokok eceran, kini dimanfaatkan oleh pedagang minuman dengan berbagai variasi. Satu lapak berjualan, tidak lama kemudian muncul lapak lain sejenis.

Sebagian masih bertahan dan tidak sedikit yang gulung tikar. Lapak yang dibangun dengan biaya yang relatif murah itu (umumnya berukuran tidak sampai empat meter persegi) banyak yang mangkrak di tepi-tepi jalan atau di sudut-sudut perkampungan.

Jenis minuman baru dengan brand tertentu sering hadir. Model ukuran Jumbo sempat menggejala. Pada suatu wilayah hadir, wilayah lain tidak lama kemudian muncul. Masayarakat, khusuanya anak-anak dan remaja memang merupakan pangda pasar yang empuk.

Anak-anak sepulang sekolah sering mampir untuk membeli minuman dingin dengan pemanis buatan yang membuat ketagihan. Dengan adanya media sosial yang sangat mudah diakses, promosi minuman dingin dengan harga merakyat sangat gencar dilakukan.

Ciptakan Ide Baru

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun