Mohon tunggu...
Suprihadi SPd
Suprihadi SPd Mohon Tunggu... Penulis - Selalu ingin belajar banyak hal untuk dapat dijadikan tulisan yang bermanfaat.

Pendidikan SD hingga SMA di Kabupaten Klaten, Jawa Tengah. Kuliah D3 IKIP Negeri Yogyakarta (sekarang UNY) dilanjutkan ke Universitas Terbuka (S1). Bekerja sebagai guru SMA (1987-2004), Kepsek (2004-2017), Pengawas Sekolah jenjang SMP (2017- 2024), dan pensiun PNS sejak 1 Februari 2024.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Pengalaman Membuka Kursus Komputer Privat di Rumah

10 Juli 2024   20:49 Diperbarui: 10 Juli 2024   21:02 429
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Bukan rahasia lagi, masyarakat kita saat ini tidak mau ribet. Mereka umumnya senang segala sesuatu dapat diperoleh secara cepat dan akurat. Sebagai konten kreator, kita perlu berusaha memenuhi selera mereka. Jangan membuat konten yang susah diikuti dan rumit dalam penjelasan atau narasinya.

Pendidikan formal yang diikuti oleh para pelajar tidak seluruhnya diminati oleh mereka. Jika ada tugas yang harus dikumpulkan, dipresentasikan, atau didokumentasikan, mereka akan mencari jawaban di internet. Jika kita mampu untuk menyediakan informasi atau jawaban atas tugas-tugas mereka, sudah dapat diprediksi konten yang kita buat akan diserbu oleh mereka.

Untuk itu para konten kreator perlu mengintip kurikulum sekolah formal. Perlu pula mengenal para guru yang mengajar di sekolah formal. Kita dapat bekerja sama untuk mendukung ketercapaian tujuan pembelajaran pendidikan formal. Dengan melakukan kerja sama yang saling menguntungkan, misi untuk mencerdaskan anak bangsa akan dapat tercapai.

Pendidikan Nonformal untuk Bekal Bekerja

Banyak pelajar yang sudah tidak kerasan duduk di bangku sekolah formal. Mereka ingin segera bekerja agar dapat menghasilkan uang. Sekolah formal dianggap menghalangi atau menghambat upaya untuk dapat segera bekerja. Peluang harus kita ambil. Para pelajar yang sudah ingin segera bekerja dapat ditanya, pekerjaan seperti apa yang diinginkan.

Jika ada yang menginginkan bekerja di bengkel, segera diarahkan untuk mengikuti kursus otomotif. Bisa juga pelajar tersebut diarahkan untuk magang ke bengkel yang bersedia menerimanya.

Kita tidak boleh menghambat cita-cita atau keinginan para pelajar yang sudah enggan duduk manis di bangku sekolah. Sebagai orang tua, tidak boleh memaksakan kehendak sang buah hati harus mengikuti pendidikan formal hingga sarjana, bahkan hingga doktor (S-3). Orang tua harus melihat kenyataan di masyarakat dan keinginan sang anak.

Jika sang anak ingin segera bekerja, ikuti apa kemauannya dan ingin bekerja pada bagian apa. Dengan dialog yang mencerahkan, sang anak pasti tidak keberatan untuk diarahkan mengikuti kursus terkait pekerjaan yang akan ditekuni.

Para guru di sekolah tidak bisa lagi memarahi siswa gara-gara tidak mengumpulkan tugas atau mengerjakan PR. Komunikasikan alasan siswa tidak mengerjakan tugas. Siapa tahu sang anak ingin segera bekerja. Nah, berilah arahan yang positif. Sang anak akan menurut jika keluh kesahnya didengarkan.

Demikian sedikit coretan terkait pendidikan nonformal. Semoga semakin banyak orang dewasa yang lebih memahami perubahan zaman sehingga tidak mudah menyalahkan atau memarahi para pelajar yang kurang bersemangat dalam menempuh pendidikan formal.**

Penajam Paser Utara, 1o Juli 2024   

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun