Mohon tunggu...
Suprihadi SPd
Suprihadi SPd Mohon Tunggu... Penulis - Selalu ingin belajar banyak hal untuk dapat dijadikan tulisan yang bermanfaat.

Pendidikan SD hingga SMA di Kabupaten Klaten, Jawa Tengah. Kuliah D3 IKIP Negeri Yogyakarta (sekarang UNY) dilanjutkan ke Universitas Terbuka (S1). Bekerja sebagai guru SMA (1987-2004), Kepsek (2004-2017), Pengawas Sekolah jenjang SMP (2017- 2024), dan pensiun PNS sejak 1 Februari 2024.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Pengalaman Membuka Kursus Komputer Privat di Rumah

10 Juli 2024   20:49 Diperbarui: 10 Juli 2024   21:02 429
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Jumpa 30 Mei 2024 dengan mantan peserta kursus privat  komputer (dokpri)

Pengalaman Membuka Kursus Komputer Privat di Rumah

Keterampilan masyarakat mengoperasikan komputer pada tahun 1995-an belum seperti saat ini. Waktu itu masih sedikit orang yang cukup terampil mengoperasikan komputer. Ponsel juga belum merambah masyarakat luas. Kemampuan mengetik juga masih cukup rendah.

Peluang pun saya ambil. Saya membuka kursus komputer secara privat. Di tengah menjamurnya tempat kursus komputer waktu itu, saya tidak khawatir untuk bersaing. Sasaran saya adalah personal. Siapa seseorang yang mau belajar komputer secara intensif, siap saya layani.

Tarif yang saya tetapkan sebesar Rp 5.000 (lima ribu rupiah) untuk durasi selama satu jam. Apakah terlalu lama? Ternyata tidak! Waktu enam puluh menit berlalu begitu cepat.

Para pelajar yang mengikuti kursus di rumah saya rata-rata belum terampil mengetik. Untuk itu, proses kursus menjadi sangat lambat. Di satu sisi hal itu merupakan keuntungan bagi saya. Namun, pada sisi lain, saya merasa kasihan kepada pelajar yang mengikuti kursus. Berapa banyak uang harus dihabiskan hanya untuk terampil menggerakkan kursos dengan tetikus (mouse)? Pada saat tetikus dia pegang, kursos berlari-lari pada layar komputer. Saya merasa geli dan kasihan. Bagaimana mau mulai mengetik kalau kursos selalu bergerak? 

Membuat Buku Panduan

Informasi terkait komputer saat itu sangat booming. Berbagai buku panduan untuk menguasai Microsoft Word, Microsoft Excel, dan sejenisnya cukup menjamur.

Untuk memudahkan peserta kursus komputer di rumah saya, terpikirkanlah untuk membuat buku panduan sederhana. Saya upayakan tahap demi tahap dalam mengoperasikan komputer dapat dipahami oleh peserta kursus.

Bagaimana cara menyalakan komputer (waktu itu masih berupa komputer meja dengan CPU yang besar dan memakan tempat) merupakan pelajaran pertama dalam buku panduan itu. Kemudian bagaimana cara membuka halaman baru pada MS Word merupakan rangkaian pelajaran berikutnya.

Pelajaran dasar terkait pengetikan naskah menjadi materi kursus yang mengasyikkan. Sebuah kata dibuat menjadi miring semua hurufnya, dibuat tebal, dibuat bergaris bawah, merupakan pelajaran menyenangkan dan membutuhkan waktu tidak sebentar.

Peserta kursus akan tersenyum ceria ketika mampu mengubah tampilan kata di layar menjadi kata dengan huruf tebal, huruf miring, huruf bergaris bawah, hingga sampai menjadi kata dengan warna-warna tertentu.

Saat itu hal-hal dasar seperti itu sangat menyenangkan. Saya pun merasa tertantang untuk melengkapi buku panduan dengan informasi baru yang saya peroleh dari majalah komputer atau tabloid. Waktu itu tabloid sangat menjamur.

Pendidikan  Nonformal Perlu Dikibarkan

 Kegiatan membuka kursus komputer merupakan salah satu contoh kegiatan yang berkaitan dengan pendidikan nonformal. Anak-anak sekolah waktu itu belum mendapatkan pelajaran komputer dari sekolah formal mereka. Kalau pun ada pelajaran komputer, sifatnya baru pengenalan perangkat kerasnya. Bagian monitor mana, bagian tetikus mana, bagian CPU mana.Itu yang baru mereka pelajari waktu itu.

Untuk belajar mengoperasikan komputer baru tahap dasar pula, seperti langkah-langkah menyalakan komputer dan mematikan komputer. Untuk dapat mengoperasikan komputer dengan leluasa belum dapat dilakukan di sekolah formal karena keterbatasan jumlah komputer yang dimiliki sekolah dan jam pelajaran yang hanya sekali sepekan.

Guna meningkatkan keterampilan mengoperasikan komputer diperlukan lembaga nonformal yang mendukung untuk itu. Maka tidak heran, pada waktu itu banyak lembaga kursus komputer diserbu para pelajar, termasuk kursus privat yang saya dirikan.

Pada era sekarang apa yang perlu diselenggarakan oleh lembaga kursus untuk mendukung pelajaran formal di sekolah? Perubahan kurikulum sekolah formal telah mengubah situasi.

Para pelajar saat ini lebih suka mencari informasi melalui internet. Berbagai kebutuhan untuk mendukung tugas-tugas di sekolah dapat dicari melalui internet.

Nah, mengetahui hal itu, sudah sewajarnya para konten kreator bergerak. Hal apa saja yang sering dicari para pelajar, segera dibuat konten-nya. Pada tahap awal mungkin konten yang diunggah belum menghasilkan uang. Seiring dengan perjalanan waktu, dengan semakin banyak konten yang dibuat dan sangat dibutuhkan para pelajar, ada kemungkinan fulus diperoleh dari kunjungan para pelajar tersebut.

Segala jenis keterampilan, pengetahuan, trik, tips dan petunjuk terkait sesuatu dapat dibuat konten. Semakin variatif konten yang dibuat semakin besar peluang untuk dikunjungi orang dan akan menghasilkan uang.

Kita harus menyadari bahwa perubahan informasi begitu cepat. Kita harus mengikuti informasi terbaru terkait segala sesuatu. Jika kita tidak mau update informasi, kita akan dianggap kuper dan kudet.

Masyarakat Perlu Keterampilan Praktis

Bukan rahasia lagi, masyarakat kita saat ini tidak mau ribet. Mereka umumnya senang segala sesuatu dapat diperoleh secara cepat dan akurat. Sebagai konten kreator, kita perlu berusaha memenuhi selera mereka. Jangan membuat konten yang susah diikuti dan rumit dalam penjelasan atau narasinya.

Pendidikan formal yang diikuti oleh para pelajar tidak seluruhnya diminati oleh mereka. Jika ada tugas yang harus dikumpulkan, dipresentasikan, atau didokumentasikan, mereka akan mencari jawaban di internet. Jika kita mampu untuk menyediakan informasi atau jawaban atas tugas-tugas mereka, sudah dapat diprediksi konten yang kita buat akan diserbu oleh mereka.

Untuk itu para konten kreator perlu mengintip kurikulum sekolah formal. Perlu pula mengenal para guru yang mengajar di sekolah formal. Kita dapat bekerja sama untuk mendukung ketercapaian tujuan pembelajaran pendidikan formal. Dengan melakukan kerja sama yang saling menguntungkan, misi untuk mencerdaskan anak bangsa akan dapat tercapai.

Pendidikan Nonformal untuk Bekal Bekerja

Banyak pelajar yang sudah tidak kerasan duduk di bangku sekolah formal. Mereka ingin segera bekerja agar dapat menghasilkan uang. Sekolah formal dianggap menghalangi atau menghambat upaya untuk dapat segera bekerja. Peluang harus kita ambil. Para pelajar yang sudah ingin segera bekerja dapat ditanya, pekerjaan seperti apa yang diinginkan.

Jika ada yang menginginkan bekerja di bengkel, segera diarahkan untuk mengikuti kursus otomotif. Bisa juga pelajar tersebut diarahkan untuk magang ke bengkel yang bersedia menerimanya.

Kita tidak boleh menghambat cita-cita atau keinginan para pelajar yang sudah enggan duduk manis di bangku sekolah. Sebagai orang tua, tidak boleh memaksakan kehendak sang buah hati harus mengikuti pendidikan formal hingga sarjana, bahkan hingga doktor (S-3). Orang tua harus melihat kenyataan di masyarakat dan keinginan sang anak.

Jika sang anak ingin segera bekerja, ikuti apa kemauannya dan ingin bekerja pada bagian apa. Dengan dialog yang mencerahkan, sang anak pasti tidak keberatan untuk diarahkan mengikuti kursus terkait pekerjaan yang akan ditekuni.

Para guru di sekolah tidak bisa lagi memarahi siswa gara-gara tidak mengumpulkan tugas atau mengerjakan PR. Komunikasikan alasan siswa tidak mengerjakan tugas. Siapa tahu sang anak ingin segera bekerja. Nah, berilah arahan yang positif. Sang anak akan menurut jika keluh kesahnya didengarkan.

Demikian sedikit coretan terkait pendidikan nonformal. Semoga semakin banyak orang dewasa yang lebih memahami perubahan zaman sehingga tidak mudah menyalahkan atau memarahi para pelajar yang kurang bersemangat dalam menempuh pendidikan formal.**

Penajam Paser Utara, 1o Juli 2024   

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun