Kasak-kusuk yang sempat aku dengar, pernikahan itu merupakan pernikahan yang kurang tepat. Seorang perjaka seharusnya menikah dengan seorang gadis, bukan dengan seorang janda. Ada juga tersiar gosip bahwa ibuku menikah dengan papa Gunarso karena berniat mengeruk kekayaannya.
Semua informasi negatif cepat berhembus. Namun, kami bertiga tidak mau menanggapi info yang memojokkan ibuku. Papa Gunarso sangat bijak. Ia tidak pernah mau membahas info-info negatif itu. Ia selalu membimbing untuk kemajuan studiku. Sebagai siswa SMA kelas XII aku banyak menerima masukan dari papaku.
Aku merasa papaku adalah guru di rumah. Selalu saja ada info menarik untuk kelanjutan studiku. Beberapa alternatif diberikan kepadaku. Papa Gunarso tidak pernah bertanya tentang cita-citaku mau jadi apa. Info-info terkait perguruan tinggi saja yang selalu disodorkan.
Ibuku begitu senang melihat aku dan papaku sering terlibat dalam diskusi. Ibu tidak banyak ikut campur. Sebagai ibu rumah tangga, ibu fokus pada penyediaan fasiltas yang dibutuhkan oleh kami bertiga. Untuk urusan perut, ibuku paling jago  memasak. Setiap masakan yang dibuatnya selalu mengundang selera.
Kami tidak pernah meminta untuk dimasakkan ini atau itu. Ibu sudah pintar mengatur menu masakan. Jika cuaca sedang panas, ibu pasti berusaha membuat jenis masakan yang cocok dimakan pada cuaca seperti itu. Demikian pula sebaliknya. Jika sedang turun hujan, ibu akan membuat masakan yang mengundang selera untuk menghangatkan badan.
Papa Gunarso jarang keluar rumah. Sebagai pemimpin perusahaan, papa mempercayakan urusan-urusan bersifat teknis kepada para manajer. Papa memantau perkembangan perusahaan melalui laman website, surat elektronik, grup WA, dan media sosial yang lain. Sebulan sekali papa baru menghadiri rapat rutin perusahaan.
Keakraban kami bertiga sempat dicurigai oleh para tetangga. Mereka sering menyindir, kok bisa-bisanya aku cepat sekali melupakan ayah kandungku. Aku dituduh sebagai anak yang tidak berbakti kepada ayah kandung. Baik ibu maupun papaku tidak mau terlibat dalam pembicaraan seperti itu. Kami lebih fokus mempersiapkan untuk hari-hari yang akan dihadapi.
Enam bulan sejak ibuku menikah, kesehatannya menurun drastis. Kepada papa, ibu meminta untuk diizinkan mencari seorang asisten rumah tangga khusus untuk diajari memasak sesuai selera keluarga.
Papa sangat setuju. Dengan asisten rumah tangga khusus untuk mengurusi penyediaan makanan di dapur, ibu dapat lebih banyak beristirahat. Selama ini papa hanya setuju mempunyai dua asisten rumah tangga yang berstatus suami istri. Tujuannya sangat jelas, jika salah satu pasangan sakit, pasangan yang lain dapat menggantikan tugas-tugasnya. Gaji mereka pun tetap. Tidak dipotong.
Mbak Lilis begitu nama asisten rumah tangga yang berhasil disetujui ibu untuk membantu memasak di dapur. Aku melihat ia sangat cekatan, teliti, dan sangat memperhatikan kebersihan.
Sepekan, dua pekan, Mbak Lilis masih sering membuat kesalahan dalam mengolah makanan. Terkadang agak asin. Di hari lain terasa hambar. Kami selalu berdiskusi soal rasa masakan. Mbak Lilis sangat terbuka menerima kritik.