Mohon tunggu...
Suprihadi SPd
Suprihadi SPd Mohon Tunggu... Penulis - Selalu ingin belajar banyak hal untuk dapat dijadikan tulisan yang bermanfaat.

Pendidikan SD hingga SMA di Kabupaten Klaten, Jawa Tengah. Kuliah D3 IKIP Negeri Yogyakarta (sekarang UNY) dilanjutkan ke Universitas Terbuka (S1). Bekerja sebagai guru SMA (1987-2004), Kepsek (2004-2017), Pengawas Sekolah jenjang SMP (2017- 2024), dan pensiun PNS sejak 1 Februari 2024.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Lemari Kaca Masa Depan

25 April 2024   08:29 Diperbarui: 25 April 2024   08:37 443
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Baru kali ini Hera mengalami musibah pingsan mendadak," tutur ayah dengan suara lirih, "Semoga tidak terjadi apa-apa."

Aku mondar-mandir di depan pintu ruang ICU. Rasa ingin tahu penyakit apa yang diderita adikku begitu kuat. Jika ada perawat yang keluar, bergegas aku dekati. Aku tanyai hasil pemeriksaan adikku. Mereka hanya menggelengkan kepala dan memintaku untuk menunggu.

Setelah sekitar dua jam kami menunggu, dokter yang memeriksa Hera keluar ruangan dan memberitahukan kondisi Hera kepada ayah. Aku mendengarkan dan mengamati gerak bibir dokter itu untuk merekam ucapannya dalam memori otakku.

Badanku terasa lemas tiada tenaga setelah dokter selesai memberikan keterangan. Sebaliknya ayah tampak tenang. Ia duduk kembali dan terdiam beberapa saat. Bayu kemudian berkata kepada ayahku, apakah ibuku perlu segera diberi tahu atau tidak.

Dengan suara pelan, aku berucap bahwa akulah yang akan memberitahukan kepada ibuku perihal kondisi Hera. Ayah menganggukkan kepala. Selanjutnya, Bayu minta izin akan ke kantin sebentar karena tadi belum sarapan. Demikian pula Ayu akan menemani Bayu ke kantin.

Tidak sampai lima belas menit mereka sudah muncul lagi. Ada empat kotak makanan yang mereka bawa.

"Kata  orang tua kami, jika menunggui orang sakit, kita harus menjaga kesehatan. Jangan sampai kita ikut sakit gara-gara terlambat makan," ucap Ayu sambil menyerahkan satu kotak makanan kepada ayah dan satu kotak kepadaku.

"Terima kasih," ucapku pelan.

===

Tiga hari setelah Hera berada di rumah sakit, kondisinya sudah lebih baik. Ia tersenyum ketika aku suapi makan bubur halus. Ibu yang duduk di dekat ranjang memperhatikan kami dengan terharu.

Ayah tidak berada di antara kami. Setelah mengetahui kondisi Hera mulai membaik, ayah pergi kerja. Aku dan ibu yang menjaga Hera di ruang rawat inap. Ibu sangat mengkhawatirkan kondisi Hera. Untuk itu, ibu rela berhenti bekerja demi menjaga Hera di rumah sakit. Kalau aku kebetulan pas ambil jatah cuti kerja.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun