Jarak terdekat yang saya yakini adalah sekitar satu kilometer dari stasiun Madiun. Namun, dalam aplikasi mobil online, lokasi itu tidak terdeteksi.
Beberapa saat kami merasa galau. Tentu saja kami tidak mau salah tujuan. Dalam informasi yang kami dapatkan dari mbah gugel, jarak yang harus ditempuh ada yang merujuk sekitar tujuh kilometer dan kurang lebih seperti itu.
"Coba  tanya Nisa!"
Demikian saya memutuskan agar tidak terlalu lama duduk-duduk di luar stasiun. Nisa adalah salah satu anak dari Mas Sawiyo. Kebetulan Nisa tinggal di Madiun. Mas Sawiyo adalah kakak kandung saya yang tinggal di Makasar.
Dengan gesit adik Tarti menelepon Nisa, keponakan kami.
Maksud kami adalah menanyakan titik lokasi yang tepat tentang nama daerah wisata yang ingin kami kunjungi. Namun, jawaban yang diberikan tidak kami duga.
"Tunggu saja, nanti kami jemput!"
Adik Tarti sudah menjelaskan bahwa kami datang ke Madiun itu bertiga. Kalau dijemput menggunakan sepeda motor tentu akan merepotkan. Di rumah Nisa yang saya ketahui, ada Ardi, anak ragil Mas Sawiyo. Kemudian ada dua anak Nisa yang masih kecil. Kalau hanya ada dua orang dewasa tentu harus mencari satu orang lagi untuk ikut menjemput. Tentu akan memakan waktu lama untuk itu.
"Tunggu sekitar jam sepuluh kami sampai!"
Demikian janji Nisa yang saya dengar dari ponsel adik Tarti.
Saya tidak yakin dalam waktu kurang dari dua puluh menit Nisa akan tiba di stasiun Madiun.