Sambil menikmati hidangan yang masih hangat tersebut, kami berbincang banyak hal. Satu topik yang dibicarakan terkait pelaksanaan upacara bendera tanggal  1 Oktober 2023.
Para kepala sekolah, baik jenjang SD maupun SMP diundang menghadiri upacara dengan pakaian PSL. Kemudian untuk pengawas sekolah  hanya didata sepuluh orang untuk hadir dan diminta mengenakan seragam Korpri.
Pada saat kami selesai makan, warung semakin ramai oleh pengunjung. Pak Imam Mudin berjalan menuju wastafel. Setelah mencuci tangan, Â saya lihat Pak Imam Mudin memegang saku celana belakang. Saya sudah tahu gelagat itu.
Cepat-cepat saya mengatakan bahwa saya yang akan bayar. Namun, Pak Imam Mudin bersikukuh untuk yang menjadi "bos". Waduh, saya jadi tidak enak. Sudah dua kali terakhir Pak Imam Mudin menraktir makan.
"Sudah, ini di wilayah saya. Saya yang bayar!" Demikian kata Pak Imam Mudin.
Saya pun kembali ke tempat duduk untuk menghabiskan minuman jeruk hangat yang tinggal beberapa teguk.Â
Sebelum meninggalkan warung, saya menyempatkan waktu untuk berswafoto di dekat sepeda motor yang saya parkir. Di dekat situ, mobil Pak Imam Mudin diparkir.
Kami pun berpisah. Pak Imam Mudin kembali ke rumahnya, di antara rumah Pak Abdullah (kepsek SMP 3 PPU) dan Pak Dian (adik ipar Pak Imam Mudin).
Saya segera melanjutkan perjalanan pulang ke Penajam. Jarak sekitar lima puluh kilometer harus saya tempuh untuk menggenapi angka seratus kilometer.