Mohon tunggu...
Suprihadi SPd
Suprihadi SPd Mohon Tunggu... Penulis - Selalu ingin belajar banyak hal untuk dapat dijadikan tulisan yang bermanfaat.

Pendidikan SD hingga SMA di Kabupaten Klaten, Jawa Tengah. Kuliah D3 IKIP Negeri Yogyakarta (sekarang UNY) dilanjutkan ke Universitas Terbuka (S1). Bekerja sebagai guru SMA (1987-2004), Kepsek (2004-2017), Pengawas Sekolah jenjang SMP (2017- 2024), dan pensiun PNS sejak 1 Februari 2024.

Selanjutnya

Tutup

Diary Pilihan

Rencana Dapat Berubah dalam Sekejap

18 Juli 2023   20:22 Diperbarui: 18 Juli 2023   20:31 303
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Perjalanan keluar kantor (disdikpora)

Rencana Dapat Berubah dalam Sekejap

Hari Selasa (18/7/23) merupakan hari terakhir tahun 1444 H. Pada tengah hari, kami berempat meninggalkan kantor disdikpora untuk mencari makan. Beberapa pengawas dan penilik sudah meninggalkan kantor. Mereka memiliki agenda masing-masing. Tinggal kami berempat yang "tersisa" sehingga dapat satu mobil melakukan perjalanan ke warung makan di luar kantor.

Sebenarnya ada dua kantin yang berada tidak jauh dari ruang pengawas. Namun, kami ingin makan di luar. Rencana semula, kami akan makan bakso. Kebetulan jalan yang dilewati sang driver, Pak Imam Mudin, adalah jalan yang melewati kemenag kabupaten (kawasan Islamic Center). 

Setelah melewati kantor kemenag, ada warung Soto DPR (Di bawah Pohon Rindang). Pak Imam Mudin berseru, warung soto itu ternyata masih ada (buka). Isu yang beredar sebelumnya, warung tersebut sudah tutup. Saya pun mengusulkan untuk makan ke warung Soto DPR saja. Tidak ada yang menolak.

Penataan meja baru (dokpri)
Penataan meja baru (dokpri)
Mobil pun berputar balik menuju warung yang tampaknya habis direnovasi. Saat kami turun dari mobil, belum banyak pengunjung (pembeli) yang berada di dalam warung. Saya langsung mendekati gerobak Pak Lik. Pramusaji yang menemui kami pun segera saya beri tahu model penyajian soto yang saya inginkan.

"Nasi dpisahkan, ya. Lombok satu saja!"

Seperti biasa, alasan nasi dipisahkan dengan mangkok kuah soto adalah kemungkinan tidak sanggup menghabiskan nasi. Kemampuan saya untuk makan nasi memang menurun. Kemudian, saya juga tidak tahan makan pedas. Jadi, hanya satu cabai atau lombok yang saya pesan. Lombok itu akan digilas di dalam mangkok, baru kemudian racikan soto dimasukkan. Ada kol atau kubis, daun seledri, dan bawang goreng. Tidak ketinggalan ayam goreng yang disuwir.

Nasi dipisahkan dengan mangkok kuah (dokpri)
Nasi dipisahkan dengan mangkok kuah (dokpri)

Berhubung saya pesan paling awal, pramusaji mengantarkan paling awal pula. Ada satu mangkok kecil berisi nasi putih. Kemudian satu mangkok agak besar berisi kuah soto beserta racikan khas.  Duduk di depan saya, mbak Dwi yang dengan cekatan menuangkan kecap ke dalam mangkoknya. Saya tidak tahu berapa lombok yang digilas dalam mangkoknya.

Di atas meja ada lauk pelengkap berupa telur puyuh yang ditusuk seperti sate. Selain itu, ada pula hati dan ampela ayam yang ditusuk seperti sate pula. Ada dua tempat (stoples) yang di dalamnya berisi dua jenis lauk tersebut. Selain itu, ada gorengan dan kerupuk yang dapat dipilih untuk pelengkap makan soto.

Sate ampela dan hati ayam (dokpri)
Sate ampela dan hati ayam (dokpri)
Saya mengambil satu tusuk sate ampela dan hati ayam. Untuk nasi, saya tidak sanggup ambil banyak. Apalagi sudah ada tambahan lauk. Perut tidak sanggup menampung banyak karbohidrat. Belum lagi minuman jeruk hangat yang kami pesan harus dikonsumsi juga.

Di sela-sela menikmati soto yang hangat itu, kami mengobrol banyak hal. Mbak Dwi sempat menelepon rekan kerjanya, mbak Vivi yang izin kerja karena anaknya sedang terkena penyakit cacar.

Penataan meja yang baru (dokpri)
Penataan meja yang baru (dokpri)
Usai menikmati hidangan, saya mencari angin. Sambil menikmati suasana di luar warung, saya sempatkan untuk menjepret (memotret) suasana di dalam warung yang tanpa dinding tersebut. Saya leluasa mengambil gambar karena pengunjung belum banyak.

Saya pun ingin membuktikan bahwa warung soto itu benar-benar di bawah pohon rindang. Untuk itu, saya memotret warung dengan menampakkan bagian atas atap warung. Memang, ada sebuah pohon yang daunnya agak rimbun.

Ada daun rimbun di atas atap warung (dokpri)
Ada daun rimbun di atas atap warung (dokpri)
Dengan demikian, nama warung Soto DPR (Di Bawah Pohon Rindang) tidaklah salah. Memang ada pohon yang agak rindang yang menaungi atap warung tersebut.

Meskipun makanan di mangkok sudah habis, Pak Imam Mudin, Pak Tri Wahjoedi, dan mbak Dwi terlihat masih asyik mengobrol. Saya pun mengabadikan suasana seperti itu.

Usai makan masih asyik mengobrol (dokpri)
Usai makan masih asyik mengobrol (dokpri)
Memang begitulah asyiknya makan di luar. Kta dapat mengobrol dengan bebas. Beban kerja untuk sementara dapat dikesampingkan. Suasana yang berbeda juga dapat membuat pikiran tidak terbelenggu oleh tugas-tugas di kantor.

Rencana Berubah Itu Biasa

Dalam kehidupan sehari-hari, kita sering melakukan perubahan rencana atau agenda. Suatu saat kita akan ke pasar. Kemudian ada telepon bahwa ada saudara dekat yang dirawat di rumah sakit. Rencana ke pasar pun berubah jadi ke rumah sakit. Demikianlah satu contoh yang mungkin pernah kita alami.

Perubahan rencana harus diputuskan dengan matang agar aktivitas utama tidak terabaikan. Misalnya, kita perlu membeli segera beras untuk dimasak. Saat kita berangkat ke warung tiba-tiba diajak tetangga untuk pergi takziah (melayat). Kita pun dapat sedikit menunda keberangkatan ke tempat takziah. Kita utamakan dulu membeli beras karena akan segera dimasak. Kasihan keluarga yang perlu segera makan.

Bijak menyikapi perubahan agenda memang harus dilakukan. Jangan sampai urusan sosial didahulukan sementara urusan pribadi yang urgen terbengkalai.

Selamat menyambut tahun baru 1445 H. Semoga pada tahun baru kita semakin bersemangat dalam menjalani kehidupan.

Penajam Paser Utara, 18 Juli 2023

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun