Saya berusaha menjepret siswa yang berjalan di hadapan kami. Umumnya mereka berjalan dengan tergesa-gesa sehingga banyak foto yang kabur. Dalam artikel ini saya pilih beberapa foto yang agak bagus dibandingkan foto lain.
Sebagian siswa ada yang bingung mau jalan ke arah mana. Ada sebagian siswa yang begitu menerima pengalungan medali kelululusan langsung berjalan menuruni tangga dan akan kembali ke tempat duduk. Padahal ada petugas di bawah dekat tangga turun panggung yang menyerahkan buku album kenangan (Year Book SMP Negeri 4 PPU 2022/2023).
Acara pengalungan medali kelulusan dan album kenang-kenangan berjalan lancar. Meskipun banyak siswa yang antre, mereka melakukan gerakan yang cepat. Mulai dari duduk, berjalan menuju panggung, naik tangga ke atas panggung, menerima pengalungan medali kelulusan, berjabat tangan dengan kepsek, wali kelas, kemudian berjalan turun tangga, menerima buku album kenang-kenangan, baru kembali ke tempat duduk.
Pada saat turun tangga harus berhati-hati. Khususnya untuk pelajar putri yang mengenakan kain kebaya. Jika salah langkah, bisa jatuh.
Umumnya untuk bawahan putri sudah dimodifikasi sehingga tidak membuat ribet. Pelajar putri dapat berjalan dengan langkah yang normal, tidak seperti pengatin dengan pakaian adat Jawa yang ribet.
Usai acara pengalungan medali tanda kelulusan, seremoni ditutup oleh pembawa acara yang mengenakan pakaian khas.
Begitu acara ditutup, sebagian tamu undangan berpamitan, termasuk pak polisi yang duduk di sebelah kiri saya. Â Saya pun segera mengambil kesempatan untuk berfoto bersama kepsek SMP 4 PPU dan beberapa tamu yang sudah cukup akrab dengan kami.
Ada tiga pengawas SMP dan tiga kepsek SMP yang berada dalam deret kursi tamu paling depan. Tetangga sekolah terdekat, SMP 13 PPU dan SMP 18 PPU. Bu Lili Suriani dan Pak Jumardin kami jepret bersama nyonya rumah, Bu Rosnah dan pengawas pembina SMP 4 PPU, Pak Prayitno.
Saya pun mengambil gambar dalam posisi yang lebih baik agar wajah kawan-kawan kepsek dan pengawas tampak lebih utuh. Kursi-kursi di belaknag yang semula penuh diduduki orang tua/wali siswa tampak mulai ditinggalkan. Para siswa asyik berfoto ria dengan rekan-rekannya.
Pada saat saya sedang duduk santai, setelah asyik jeprat-jepret, ada wali murid yang datang dan langsung duduk di samping saya. Seorang siswa memotret dengan kamera besar. Dalam hati saya membatin, siswa itu adalah anak dari wali murid yang duduk di samping saya. Saya pun yakin wali murid itu adalah mantan siswa SMA 1.
"Nama siapa?" tanpa sungkan saya bertanya kepada laki-laki berkumis dan berkaca mata itu.
Beri Komentar
Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!