Sebagian nama dukuh masih saya ingat. Pada beberapa lokasi yang kami lewati ada tulisan nama dukuh. Saya mencoba mengabadikan tulisan-tulisan itu. Untung, laju mobil tidak terlalu kencang sehingga sebagian tulisan sempat saya rekam.
Dukuh Satriyan (Triyan) juga kami lewati. Arah perjalanan kami menuju wilayah utara. Dengan demikian untuk memudahkan pengucapan, kami menyebut perjalanan ngalor (menuju arah lor. Dalam istilah Jawa, lor berarti utara).
Model tulisan nama wilayah ada yang berbeda. Saat memasuki Desa Demakijo, kami melihat model tulisan yang berbeda. Warna tulisan hijau.
desa yang kami kunjungi, yaitu Desa Blimbing. Banyak pepohonan di sekitar jalan yang kami lewati. Kami merasakan keteduhan memasuki desa tersebut.
Kami mengobrol selama perjalanan sehingga tiada terasa sudah memasuki
Tratak atau tenda sudah terpasang di depan rumah Sriyono-Harwahyuni. Beberapa warga desa setempat tampak sedang bekerja. Hajatan di desa itu memiliki tradisi yang unik. Ketika ada warga mempunyai hajatan semacam acara resepsi, ada panitia yang bekerja. Jumlah mereka bisa mencapai lebih seratus orang. Pembagian tugas pasti sudah dilakukan.
Saat kami datang, tuan dan nyonya rumah menyambut dengan senyum bahagia. Kami langsung dipersilakan menuju tempat yang sudah disediakan. Untuk laki-laki ditempatkan pada lokasi di teras. Untuk perempuan dibawa masuk ke rumah.
Kue-kue tradisional disajikan di atas meja yang memanjang. Kue lemper, salah satu ciri khas kudapan resepsi disajikan bersama kue-kue lain seperti wajik, dan sebagainya.
Baru beberapa menit kami duduk, minuman khas dengan gelas spesal dihidangkan. Mas Wawan ikut membantu menurunkan gelas dari baki khusus minuman berupa teh hangat manis. Setiap ada resepsi di daerah sekitar tenmpat tinggal ibu saya, model gelas dan jenis minuman yang disajikan seperti itu. Ukuran gelas agak jumbo. Warna gelas coklat bening.
Kami pun menikmati kue-kue sambil minum teh hangat. Meskipun keluarga yang kami datangi masih keluarga dekat (ibu pengantin perempuan adalah adik kandung saya), perlakuan sebagai tamu tetap dijalankan. Kami dianggap sebagai tamu seperti tamu pada umumnya.
Pada saat kami sedang menikmati hidangan, ada beberapa tamu wanita yang datang membawa bahan makanan. Kami tidak tahu jenis bahan yang dibawa. Umumnya berupa beras, telur, gula pasir, dan bahan-bahan keperluan dapur yang lain.
Para tamu wanita itu langsung masuk ke dalam rumah. Sementara itu pada sisi lain, di depan rumah, para panitia sibuk berbenah. Banyak hal yang harus disiapkan untuk melengkapi bagian bawah tenda seperti lampu penerangan, kipas angin, dan pernak-pernik yang lain.