Mohon tunggu...
Suprihadi SPd
Suprihadi SPd Mohon Tunggu... Penulis - Selalu ingin belajar banyak hal untuk dapat dijadikan tulisan yang bermanfaat.

Pendidikan SD hingga SMA di Kabupaten Klaten, Jawa Tengah. Kuliah D3 IKIP Negeri Yogyakarta (sekarang UNY) dilanjutkan ke Universitas Terbuka (S1). Bekerja sebagai guru SMA (1987-2004), Kepsek (2004-2017), Pengawas Sekolah jenjang SMP (2017- 2024), dan pensiun PNS sejak 1 Februari 2024.

Selanjutnya

Tutup

Diary Pilihan

Persiapan Resepsi Pernikahan Keponakan

16 Januari 2023   08:18 Diperbarui: 16 Januari 2023   08:29 1173
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pintu gerbang dukuh (dokpri)
Pintu gerbang dukuh (dokpri)
Sebagian nama dukuh masih saya ingat. Pada beberapa lokasi yang kami lewati ada tulisan nama dukuh. Saya mencoba mengabadikan tulisan-tulisan itu. Untung, laju mobil tidak terlalu kencang sehingga sebagian tulisan sempat saya rekam.

Pintu Gerbang Dukuh Satriyan (dokpri)
Pintu Gerbang Dukuh Satriyan (dokpri)
Dukuh Satriyan (Triyan) juga kami lewati. Arah perjalanan kami menuju wilayah utara. Dengan demikian untuk memudahkan pengucapan, kami menyebut perjalanan ngalor (menuju arah lor. Dalam istilah Jawa, lor berarti utara).

Nama Desa Demakijo (dokpri)
Nama Desa Demakijo (dokpri)
Model tulisan nama wilayah ada yang berbeda. Saat memasuki Desa Demakijo, kami melihat model tulisan yang berbeda. Warna tulisan hijau.

Gerbang Desa Blimbing (dokpri)
Gerbang Desa Blimbing (dokpri)
Kami mengobrol selama perjalanan sehingga tiada terasa sudah memasuki desa yang kami kunjungi, yaitu Desa Blimbing. Banyak pepohonan di sekitar jalan yang kami lewati. Kami merasakan keteduhan memasuki desa tersebut.

Tratak atau Tenda sudah Terpasang (dokpri)
Tratak atau Tenda sudah Terpasang (dokpri)
Tratak atau tenda sudah terpasang di depan rumah Sriyono-Harwahyuni. Beberapa warga desa setempat tampak sedang bekerja. Hajatan di desa itu memiliki tradisi yang unik. Ketika ada warga mempunyai hajatan semacam acara resepsi, ada panitia yang bekerja. Jumlah mereka bisa mencapai lebih seratus orang. Pembagian tugas pasti sudah dilakukan.

Saat kami datang, tuan dan nyonya rumah menyambut dengan senyum bahagia. Kami langsung dipersilakan menuju tempat yang sudah disediakan. Untuk laki-laki ditempatkan pada lokasi di teras. Untuk perempuan dibawa masuk ke rumah.

Kue-kue khas resepsi (dokpri)
Kue-kue khas resepsi (dokpri)
Kue-kue tradisional disajikan di atas meja yang memanjang. Kue lemper, salah satu ciri khas kudapan resepsi disajikan bersama kue-kue lain seperti wajik, dan sebagainya.

Minuman dengan gelas khas (dokpri)
Minuman dengan gelas khas (dokpri)
Baru beberapa menit kami duduk, minuman khas dengan gelas spesal dihidangkan. Mas Wawan ikut membantu menurunkan gelas dari baki khusus minuman berupa teh hangat manis. Setiap ada resepsi di daerah sekitar tenmpat tinggal ibu saya, model gelas dan jenis minuman yang disajikan seperti itu. Ukuran gelas agak jumbo. Warna gelas coklat bening.

Kami pun menikmati kue-kue sambil minum teh hangat. Meskipun keluarga yang kami datangi masih keluarga dekat (ibu pengantin perempuan adalah adik kandung saya), perlakuan sebagai tamu tetap dijalankan. Kami dianggap sebagai tamu seperti tamu pada umumnya.

Tamu membawa bahan makanan (dokpri)
Tamu membawa bahan makanan (dokpri)
Pada saat kami sedang menikmati hidangan, ada beberapa tamu wanita yang datang membawa bahan makanan. Kami tidak tahu jenis bahan yang dibawa. Umumnya berupa beras, telur, gula pasir, dan bahan-bahan keperluan dapur yang lain.

Persiapan terus dilakukan (dokpri)
Persiapan terus dilakukan (dokpri)
Para tamu wanita itu langsung masuk ke dalam rumah. Sementara itu pada sisi lain, di depan rumah, para panitia sibuk berbenah. Banyak hal yang harus disiapkan untuk melengkapi bagian bawah tenda seperti lampu penerangan, kipas angin, dan pernak-pernik yang lain.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun