Melaksanakan Rencana Ahad, 1 Januari 2023
jadwal yang sudah saya rencanakan untuk hari Ahad, 1 Januari 2023 adalah mengerjakan rutinitas pagi (mencuci pakaian pribadi secara manual, mandi, sarapan, mengetik artikel).
Rencana yang sudah disusun harus dilaksanakan. Sebelum pukul delapanKemudian, setelah pukul delapan hingga pukul sembilan adalah mengantarkan istri ke pasar untuk berbelanja. Jadwal saya hanya mengantarkan. Urusan pulang dari pasar, istri mempunyai jadwal sendiri. Biasanya ia akan naik ojek.
"Nanti Mas beli buah, ya!"
Begitu pesan istri setelah turun dari boncengan sepeda motor. Ada penjual buah di pinggir jalan dekat kios-kios pasar. Pedagang musiman itu menggunakan mobil pikap (pick up) untuk berjualan. Ada beberapa jenis buah yang dijual. Saya tertarik untuk membeli buah melon berwarna oranye dan buah mangga.
"Mangga apa ini, Pak?
"Harum manis!"
Saya termasuk orang yang tidak mau repot. Untuk memilih-milih dan mencium aroma buah mangga bukan kebiasaan saya.
"Tolong, Pak dipilihkan! Kata saya kepada penjual.
"Pilihkan yang manis?" tanya penjual.
"Pilihkan yang tidak busuk, Pak!"
Dalam hati saya membatin, mana bisa memilihkan buah yang manis atau tidak? Dalam kondisi masih ada kulitnya, buah jenis apa pun tidak dapat diketahui apakah rasanya manis atau asam. Memang, berdasarkan kebiasaan, buah dengan tekstur, warna, dan aroma tertentu dapat diprediksi terasa manis atau tidak. Namun, belum tentu seratus persen tepat prediksi tersebut.
"Empat puluh lima ribu!" kata penjual setelah saya tanyakan berapa total harga untuk dua jenis buah yang saya beli itu.
Sepeda motor segera saya arahkan menuju sisi lain di pinggir jalan. Penjual burjo (bubur kacang hijau) sedang melayani dua orang pembeli. Saat saya sampai di samping kanan sepeda motor sang penjual burjo, pembeli pertama sudah pergi dengan membawa pesanannya. Tinggallah satu pembeli di depan saya sedang dilayani.
"Satu saja, Pak Lik!" ucap saya setelah pembeli di depan saya selesai dilayani.
Ketika menunggu pesanan satu porsi burjo dibungkus, sudah ada pengantre di belakang saya. Untuk itu, saya pun segera meninggalkan lokasi itu. Dalam perjalanan menuju rumah, sudah terbayang dua agenda yang harus saya kerjakan.
Pertama, saya singgah di SPBU (pom bensin). Untung, pengantre tidak banyak. Hanya ada dua orang yang antre di depan saya. Udara terasa begitu panas. Tahun baru kali ini cuaca di kabupaten kami terasa sangat berbeda dengan tahun-tahun sebelumnya.
Satu lembar uang kertas dua puluh ribuan saya sodorkan kepada petugas SPBU. Tidak lama kemudian, satu lembar uang kertas satu ribuan sebagai uang kembalian diserahkan kepada saya. Isi tangki sepeda motor memang tidak banyak.
Tiba di samping rumah, dekat pintu dapur, barang belanjaan saya turunkan. Jaket hitam juga saya lepaskan. Agenda kedua segera saya laksanakan, yaitu membeli air minum isi ulang. Galon kosong segera saya ambil.
Begitulah tiga jadwal kegiatan setelah pukul delapan pagi. Sepulang dari membeli air minum isi ulang, barang belanjaan segera saya keluarkan dari tas kresek.
Satu bungkus burjo ketan hitam plus kacang merah saya letakkan di atas meja. Harga Rp 8.000 (delapan ribu rupiah). Saya memang hanya membeli satu bungkus. Istri dan anak bungsu kami tidak suka (lagi) makan burjo. Pernah beberapa waktu sebelumnya saya membeli tiga bungkus. Satu bungkus langsung saya makan dan dua bungkus disimpan ke dalam kulkas. Berhari-hari masih tersimpan di kulkas. Saat istri ingat, dua bungkus burjo itu langsung dipanaskan. Nah, saya ditawari untuk makan burjo itu lagi. Sejak saat itu saya tidak mau lagi membelikan burjo untuk istri dan anak bungsu di rumah. Kalau burjo sudah disimpan ke dalam kulkas, rasanya sudah berbeda.
Satu potong buah melon warna oranye saya keluarkan dari tas kresek. Harga Rp 20.000 (dua puluh ribu rupiah). Sengaja saya membeli sepotong, bukan satu buah utuh. Alasannya sederhana, agar cepat dimakan. Jika membeli satu buah utuh, belum tentu akan segera dikupas dan dipotong-potong. Pasti ada alasan, nanti saja mengupasnya.
Empat buah mangga harum manis berkulit hijau. Harga Rp 25.000 (dua puluh lima ribu rupiah). Biasanya satu kilogram dapat tiga buah. Berhubung ukuran mangga agak kecil, satu kilogram dapat empat buah.
Setelah semua barang belanjaan saya letakkan di atas meja, saya segera memindahkan burjo ke dalam mangkuk. Alhamdulillah, burjo hangat dengan santan yang gurih sangat nikmat. Sambil menyantap, saya pun sudah memikirkan agenda atau jadwal kegiatan berikutnya.
Hidup harus terus berjalan. Kita melakukan satu aktivitas perlu ada target, kapan akan dituntaskan. Setelah satu kegiatan selesai, aktivitas apa lagi yang harus dikerjakan. Begitu seterusnya. Jadwal hidup kita harus diri kita yang mengatur.
Jangan sampai diri kita dijadikan target untuk jadwal orang lain, misalnya ada teman yang hobi memancing ikan. Setiap pergi memancing kita selalu diajak. Padahal, belum tentu ada target memperoleh ikan sekian ons, sekian kilo, atau sekian kuintal dalam waktu tertentu, ya? Saya tidak melarang orang memancing ikan, lho. Sekali-sekali boleh juga dengan target untuk menghilangkan kejenuhan, bukan target memperoleh ikan sekian ekor.
Dengan mempunyai jadwal kegiatan yang tertata rapi, kita akan dengan mudah menolak ajakan orang lain untuk mengikuti selera mereka, misalnya  sekadar cuci mata jalan-jalan ke pasar swalayan atau pergi naik kendaraan yang tidak ada tujuan.
Banyak hal-hal positif yang dapat dijadikan target aktivitas kita. Kitalah yang menentukan harus melakukan apa di mana dengan target atau tujuan apa. Dengan cara itu, hidup akan terasa lebih berarti. Semangat untuk terus memperbarui jadwal kegiatan menunjukkan gairah untuk lebih maju bernilai positif.
Penajam Paser Utara, 1 Januari 2022
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H