Dalam hati saya membatin, mana bisa memilihkan buah yang manis atau tidak? Dalam kondisi masih ada kulitnya, buah jenis apa pun tidak dapat diketahui apakah rasanya manis atau asam. Memang, berdasarkan kebiasaan, buah dengan tekstur, warna, dan aroma tertentu dapat diprediksi terasa manis atau tidak. Namun, belum tentu seratus persen tepat prediksi tersebut.
"Empat puluh lima ribu!" kata penjual setelah saya tanyakan berapa total harga untuk dua jenis buah yang saya beli itu.
Sepeda motor segera saya arahkan menuju sisi lain di pinggir jalan. Penjual burjo (bubur kacang hijau) sedang melayani dua orang pembeli. Saat saya sampai di samping kanan sepeda motor sang penjual burjo, pembeli pertama sudah pergi dengan membawa pesanannya. Tinggallah satu pembeli di depan saya sedang dilayani.
"Satu saja, Pak Lik!" ucap saya setelah pembeli di depan saya selesai dilayani.
Ketika menunggu pesanan satu porsi burjo dibungkus, sudah ada pengantre di belakang saya. Untuk itu, saya pun segera meninggalkan lokasi itu. Dalam perjalanan menuju rumah, sudah terbayang dua agenda yang harus saya kerjakan.
Pertama, saya singgah di SPBU (pom bensin). Untung, pengantre tidak banyak. Hanya ada dua orang yang antre di depan saya. Udara terasa begitu panas. Tahun baru kali ini cuaca di kabupaten kami terasa sangat berbeda dengan tahun-tahun sebelumnya.
Satu lembar uang kertas dua puluh ribuan saya sodorkan kepada petugas SPBU. Tidak lama kemudian, satu lembar uang kertas satu ribuan sebagai uang kembalian diserahkan kepada saya. Isi tangki sepeda motor memang tidak banyak.
Tiba di samping rumah, dekat pintu dapur, barang belanjaan saya turunkan. Jaket hitam juga saya lepaskan. Agenda kedua segera saya laksanakan, yaitu membeli air minum isi ulang. Galon kosong segera saya ambil.
Begitulah tiga jadwal kegiatan setelah pukul delapan pagi. Sepulang dari membeli air minum isi ulang, barang belanjaan segera saya keluarkan dari tas kresek.
Satu bungkus burjo ketan hitam plus kacang merah saya letakkan di atas meja. Harga Rp 8.000 (delapan ribu rupiah). Saya memang hanya membeli satu bungkus. Istri dan anak bungsu kami tidak suka (lagi) makan burjo. Pernah beberapa waktu sebelumnya saya membeli tiga bungkus. Satu bungkus langsung saya makan dan dua bungkus disimpan ke dalam kulkas. Berhari-hari masih tersimpan di kulkas. Saat istri ingat, dua bungkus burjo itu langsung dipanaskan. Nah, saya ditawari untuk makan burjo itu lagi. Sejak saat itu saya tidak mau lagi membelikan burjo untuk istri dan anak bungsu di rumah. Kalau burjo sudah disimpan ke dalam kulkas, rasanya sudah berbeda.
Satu potong buah melon warna oranye saya keluarkan dari tas kresek. Harga Rp 20.000 (dua puluh ribu rupiah). Sengaja saya membeli sepotong, bukan satu buah utuh. Alasannya sederhana, agar cepat dimakan. Jika membeli satu buah utuh, belum tentu akan segera dikupas dan dipotong-potong. Pasti ada alasan, nanti saja mengupasnya.