Sekolah Penggerak. Pak Mukafik sebagai fasilitator, pagi hari Senin itu, Â habis melakukukan "pinjer" segera meluncur menuju TK di wilayah Kelurahan Lawe-Lawe itu.
Pada meja dekat gerobak soto ada dua staf ruang pengawas, yaitu mbak Dwi dan mbak Vivi yang duduk berdampingan. Di seberang meja mereka duduk seorang pengawas TK, Bu Any. Pengawas TK yang satu, Bu Tuti tidak ikut. Dia sedang mendampingi kepsek TK binaannya yang sedang menerima kunjungan dari fasilitatorPada meja di sebelahnya, ada Pak Tri Wahjoedi yang duduk berdampingan dengan Pak Agus. Pada sisi yang lain duduk Pak Mapijaling dan Pak Anas Baenana yang menutupi wajahnya dengan gawai.
Pada meja lain, ada Pak Sukma Widjaya, Pak Imam Mudin, dan Hj. Sri Kamariah. Ketiganya masih asyik menikmati soto dari mangkok masing-masing. Saya pun segera duduk di samping Hj. Sri Kamariah yang masih kosong.
Soto pesanan saya pun diantarkan pramusaji yang memakai seragam kaos merah bata. Saya perhatikan ada tiga karyawan warung soto itu yang memakai kaos merah bata. Pak Lik yang biasa menyajikan atau meracik soto tidak tampak. Saya tidak sempat menanyakan keberadaan Pak Lik soto itu.
"Kenapa nasinya dipisah?"
Pak Imam Mudin yang duduk di depan saya bertanya.
"Saya makan nasi sedikit. Khawatir tidak habis kalau nasi dicampur dalam mangkok soto, makanya nasi saya minta dipisahkan."
Ketika saya sedang memotret soto pesanan yang sudah disajikan di atas meja, rupanya ada orang yang memotret kejadian itu. Foto hasil jepretannya dibagikan (di-share) di WAG Pengawas SMP. Di bawah foto yang dibagikan itu ada kalimat pertanyaan.
"Pak Syafii di mana?"
Saat meninggalkan SMP 21 PPU, saya kira Pak Mokhamad Syafii dan Pak Habel mengikuti saya menuju warung soto DPR. Rupanya tidak. Entah ke mana mereka melanjutkan perjalanan.
Tidak ada jawaban dari Pak Mokhamad Syafii maupun dari Pak Habel. Keduanya sudah sibuk dengan aktivitas selanjutnya, tanpa sempat membuka gawai, barangkali.