Assalamu 'alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh,Â
Salam dan bahagaia
kembali pada kesempatan ini, Saya Supriadi. Calon Guru Penggerak Angkatan 10 dari Kabupaten Bone Sulawesi Selatan. Saya akan berbagi tulisan terkait Koneksi Antar Materi modul 3.3 pada LMS Pendidikan Guru Penggerak yang sudah saya pelajari tentang Pengelolaan Program yang Berdampak Positif pada Murid.
Kreativitas hanyalah menghubungkan berbagai hal. Ketika Anda bertanya kepada orang-orang kreatif bagaimana mereka melakukan sesuatu, mereka merasa sedikit bersalah karena mereka tidak benar-benar melakukannya, mereka hanya melihat sesuatu. Sesuatu itu tampaknya jelas bagi mereka setelah beberapa saat. Itu karena mereka dapat mengkoneksikan pengalaman yang mereka miliki dan mensintesis hal-hal baru."
 -Steve Jobs-
Tujuan Pembelajaran Khusus:Â CGP dapat melakukan koneksi antarmateri yang telah dipelajari dari modul-modul sebelumnya untuk membuat sintesa pemahaman tentang program sekolah yang berdampak pada murid.
Pertanyaan Pemantik:Â Bagaimana saya dapat mengaitkan intisari dari materi modul-modul guru penggerak yang telah saya pelajari untuk menjadi landasan teori bagi rencana program/kegiatan yang berdampak pada murid yang saya buat? Â
Pada Kesempatan ini Saya akan melakukan kilas balik dan mereview kembali modul-modul sebelumnya serta mengaitkannya satu sama lain untuk kemudian membuat sebuah sintesa pemahaman.Â
Berikut ini adalah beberapa pertanyaan-pertanyaan yang dapat memandu Saya saat melakukan refleksi.
- Bagaimana perasaan Anda setelah mempelajari modul ini?
- Apa intisari yang Anda dapatkan dari modul ini?
- Apa  keterkaitan yang dapat Anda lihat antara modul ini dengan modul-modul sebelumnya?
- Setelah melihat keterkaitan antara modul ini dengan modul-modul lainnya jelaskanlah perspektif Anda tentang program yang berdampak positif pada murid. Bagaimana seharusnya program-program atau kegiatan sekolah harus direncanakan, dilaksanakan, dan dievaluasi agar program-program tersebut dapat berdampak positif pada murid?
Harapan Saya pengetahuan, konsep, keterampilan, dan berbagai nilai-nilai yang telah Saya pelajari di modul-modul lain dapat memperkaya tulisan reflektif tersebut.
1. Bagaimana Perasaan Saya Setelah Mempelajari Modul Ini?
 A. Refleksi pengalaman/materi pembelajaran yang baru saja Saya peroleh/pelajari pada modul 3.3
Pengalaman/materi yang baru saja saya peroleh saat mempelajari modul 3.3 mengenai pengelolaan program yang berdampak positif pada murid yakni mendapatkan ilmu, wawasan, dan pengetahuan baru, juga terinspirasi dari tayangan video yang telah saya simak. Pengalaman/materi ini merupakan hal yang benar-benar baru bagi saya. Setelah mempelajari modul ini, saya semakin memahami bahwa tugas guru tidak hanya sebatas mengajar namun juga mengarahkan, memimpin dan menuntun murid agar mereka dapat memimpin proses belajarnya secara mandiri sehingga tujuan pembelajaran dapat tercapai dengan baik. Saya juga semakin semangat untuk menerapkan ilmu yang saya peroleh dalam kegiatan yang berpusat pada murid dalam membentuk student agency (kepemimpinan murid), khususnya pada pembetukan karakter Profil Pelajar Pancasila. Untuk itu diharapkan murid dapat mengarahkan pembelajaran mereka sendiri, dapat menyuarakan pendapat (voice), menentukan pilihan (choice) dan melakukan kegiatan yang telah dipilih sebagai perwujudan dari rasa kepemilikan (ownership). Selain itu, saya juga mepelajari dan mengidentifikasi aset aset komunitas, dalam hal ini sekolah yang dapat dioptimalkan dalam mengembangkan kepemimpinan murid. Sayua juga mendapatkan pengalaman berharga dalam hal menganalisis tujuh lingkungan belajar yang dapat digunakan dalam menyusun program kegiatan yang berdampak positif bagi murid. Program-program kegiatan yang disusun selanjutnya dituangkan dalam canvas BAGJA sehingga terstruktur secara sistematis.
B. Emosi-emosi yang dirasakan terkait pengalaman belajar pada modul ini
Saya merasa sangat beruntung karena mendapat pengalaman dan pengetahuan baru, dapat berinteraksi dan berkolaborasi dengan fasilitator, pengajar praktik, dan  rekan-rekan CGP lainnya untuk berlatih menyusun kegiatan yang berdampak positif bagi siswa dengan memperhatikan voice, choice dan ownership serta aset-aset komunitas yang berperan. Saya juga merasa senang karena mendapat inspirasi baru mengenai kepemimpinan murid dari semua materi yang ada pada LMS.
C. Hal yang sudah baik berkaitan dengan keterlibatan Saya dalam proses belajar
Saya berusaha untuk dapat menyelesaikan tugas yang diberikan  sebaik mungkin, hadir secara penuh dalam setiap kegiatan pembelajaran terutama saat kegiatan di ruang kolaborasi dan elaborasi pemahaman, juga berpartisipasi dan berkolaborasi dengan baik dalam tugas kelompok.
D. Hal yang perlu diperbaiki terkait dengan keterlibatan Saya dalam proses belajar
Saya ingin lebih memperdalam lagi pengetahuan saya tentang pengelolaan aset yang berdampak positif bagi murid. Â Saya berharap pengetahuan ini tidak hanya saya peroleh dari LMS saja, namun juga dari sumber-sumber lain yang valid dan terpercaya.Â
E. Keterkaitan terhadap kompetensi dan kematangan diri pribadi
Saya menyadari bahwa murid merupakan mitra bagi guru dalam kegiatan pembelajaran, begitu pula bahwa murid adalah pusat pembelajaran, sehingga saya akan berusaha mewujudkan lingkungan sekolah yang benar-benar dapat mendukung tumbuhnya kepemimpinan murid guna mewujudkan karakter Profil Pelajar Pancasila.
2. Intisari yang saya dapatkan dari modul ini
Pada modul 3.3 tentang Pengelolaan Program yang Berdampak Positif pada murid, mencakup kepemimpinan murid (students agency) dan kaitannya dengan Profil Pelajar Pancasila, mendorong suara (voice), pilihan (choice), dan kepemilikan (ownership) murid dalam konsep kepemimpinan murid, mewujudkan lingkungan yang mendukung tumbuhkembangnya kepemimpinan murid, serta pentingnya melibatkan komunitas untuk mendukung tumbuhnya kepemimpinan murid.
Dalam menumbuhkembangkan kepemimpinan murid maka secara bersamaan kita sebenarnya juga sedang membangun karakter murid sesuai dengan profil pelajar pancasila yang merupakan visi pendidikan Indonesia. Untuk dapat menjadikan murid sebagai pemimpin bagi proses pembelajarannya sendiri, maka perlu memberikan kesempatan kepada murid untuk mengembangkan kapasitasnya dalam mengelola pembelajaran mereka sendiri, sehingga potensi kepemimpinannya dapat berkembang dengan baik.
Saat murid menjadi pemimpin dalam proses pembelajaran mereka sendiri (atau kita katakan: saat murid memiliki agency) , maka mereka sebenarnya memiliki suara (voice), pilihan (choice), dan kepemilikan (ownership) dalam proses pembelajarannya. Lewat suara, pilihan, dan kepemilikan inilah murid kemudian mengembangkan kapasitas dirinya menjadi seorang pemilik bagi proses belajarnya.
 Sebagai seorang guru, tugas kita sebenarnya hanya menyediakan lingkungan yang menumbuhkan budaya di mana murid memiliki suara, pilihan, dan kepemilikan dalam apa yang mereka pikirkan, niat yang mereka tetapkan, bagaimana mereka melaksanakan niat mereka, dan bagaimana mereka merefleksikan tindakan mereka.
Untuk itu, mengelola program yang berdampak pada murid hendaknya seorang guru harus mendorong suara, pilihan, dan kepemilikan murid di tiap tahapannya. Dalam merencanakan suatu program yang berdampak pada murid dapat dilakukan dengan Inkuiri apresiatif dengan menerapkan model BAGJA (Buat pertanyaan, Ambil pelajaran, Gali mimpi, Jabarkan rencana dan Atur eksekusi).
Dalam melaksanakan program sesuai strategi yang telah direncanakan, tentunya tidak menutup kemungkinan ada hal-hal yang dapat menjadi kendala atau hambatan di luar dari yang direncanakan. Â Selain itu, juga perlu memperhatikan manajemen resiko untuk meminimalisir resiko atau hal-hal yang diluar rencana. Sebagaimana padi yang hanya akan tumbuh subur pada lingkungan yang sesuai, maka kepemimpinan murid pun akan tumbuh dengan lebih subur jika sekolah dapat menyediakan lingkungan yang cocok. Lingkungan yang menumbuhkembangkan kepemimpinan murid adalah lingkungan di mana guru, sekolah, orangtua, dan komunitas secara sadar mengembangkan wellbeing atau kesejahteraan diri murid-muridnya secara optimal. Diantaranya:
- Lingkungan yang menyediakan kesempatan untuk murid menggunakan pola pikir positif dan merasakan emosi yang positif.
- Lingkungan yang mengembangkan keterampilan berinteraksi sosial secara positif, arif dan bijaksana
- Lingkungan yang melatih keterampilan yang dibutuhkan murid dalam proses pencapaian tujuan akademik maupun non-akademiknya
- Lingkungan yang melatih murid untuk menerima dan memahami kekuatan diri, sesama, serta masyarakat dan lingkungan di sekitarnya
- Lingkungan yang membuka wawasan murid agar dapat menentukan dan menindaklanjuti tujuan, harapan atau mimpi yang manfaat dan kebaikannya melampaui pemenuhan kepentingan individu, kelompok, maupun golongan.
- Lingkungan yang menempatkan murid sedemikian rupa sehingga terlibat aktif dalam proses belajarnya sendiri.
- Lingkungan yang menumbuhkan daya lenting dan sikap tangguh murid untuk terus bangkit di tengah kesempitan dan kesulitan.
3. Keterkaitan yang dapat Saya lihat antara modul ini dengan modul-modul sebelumnya:
Keterkaitan antara Modul 3.3 ini dengan modul-modul sebelumnya adalah bahwa pada modul-modul sebelumnya telah membahas bagaimana cara melakukan pengelolaan program sekolah yang berdampak pada murid. Dengan memahami isi modul-modul sebelumnya membantu kompetensi kita dalam mendesaian perencanaan dan pengelolaan program sekolah secara cermat dan tepat.
Keterkaitan dengan modul 1.1 mencakup Filosofi Ki Hajar Dewantara bahwa guru mempunyai peran strategis dalam menuntun kodrat anak agar dapat bahagia dan aman dalam masyarakat. Modul ini juga membahas bahwa siswa adalah individu yang unik dan utuh, sehingga guru harus mampu membimbing murid sesuai kodratnya. Guru memiliki peran menuntun segala kodrat pada murid, baik kodrat alam maupun kodrat zaman sehingga murid dapat selamat dan Bahagia sebagai masyarakat. Oleh karena itu, dalam mengelola aset agar berdampak posistif bagi murid maka guru hendaknya melibatkan murid dalam mengembangkan potensi untuk mewujudkan student agency.
Keterkaitan modul 1.2 membahas tentang Nilai dan Peran  Guru Penggerak yang meliputi; mandiri, reflektif, kolaboratif, inovatif dan suportif terhadap murid. Nilai dan peran tersebut sebagai Upaya mewujudkan cita-cita luhur profil pelajar Pancasila. Dalam memenuhi perannya, guru tidak cukup sebagai pemimpin di kelas, namun juga mempunyai tanggung jawab sebagai pemimpin dalam mengelola program sekolah yang mendukung siswa. Seorang guru penggerak harus mandiri, reflektif, kolaboratif, inovatif serta berpihak pada murid untuk mewujudkan Profil Pelajar Pancasila dan Merdeka belajar. Oleh karena itu, dalam kegiatan pembelajaran, selain berperan sebagai pemimpin pembelajaran, juga berperan sebagai pengelola program sekolah yang berdampak positif pada murid.
Keterkaitan modul 1.3 tentang Visi Guru Penggerak; ketika merencanakan dan mengelola program yang berdampak pada murid, BAGJA diterapkan sebagai model dari pendekatan Inquiri Apresiatif. Langkah yang dilakukan, pertama dengan memetakan aset atau sumber daya sekolah dan mengembangkan aset atau potensi yang dapat dikembangkan untuk merancang program sekolah yang berdampak pada murid. Guru harus memiliki Prakarsa perubahan dengan pendekatan Inkuiri Apresiatif.Â
Keterkaitan modul 1.4 berhubungan dengan Budaya Positif. Budaya positif tebentuk dari lingkungan yang mendukung pengembangan potensi, minat dan profil belajar murid. Hal pertama yang dilakukan adalah menemukan kekuatan diri anak. Guru harus mampu mengoptimalkan sumber daya lingkungan yang positif dan mengembangkan budaya positif sehingga anak dapat tumbuh sesuai kodrat alam dan kodrat zamannya. Lingkungan belajar sangat berpengaruh dalam pengembangan minat, bakat dan profil belajar murid. Oleh karena itu guru harus senantiasa menciptakan lingkungan dan budaya yang positif, keteladanan yang baik agar hal tersebut memberikan imbas positif dalam pembelajaran murid.
Keterkaitan modul 2.1 Pembelajaran untuk Memenuhi Kebutuhan Murid; sebagai seorang guru penggerak dapat menggunakan pembelajaran berdiferensiasi untuk memberikan pelayanan terbaik yang berpihak pada murid. Pembelajaran berdiferensiasi ini merupakan solusi atas beragamnya karakteristik dan kebutuhan belajar murid. Sebelum merencanakan pembelajaran berdiferensiasi, seorang guru hendaknya melakukan pemetaan terhadap kebutuhan belajar, minat dan profil belajar murid. Hal ini dilakukan untuk mengetahui aset atau kekuatan yang dimiliki oleh murid. Pembelajaran berdiferensiasi merupakan pembelajaran yang berpihak dan berpusat pada murid. Pembelajaran berdiferensiasi memberikan peluang bagi guru untuk mempromosikan suara, pilihan dan kepemilikan murid dalam mencapai tujuan pembelajaran.
Keterkaitan modul 2.2 Pembelajaran sosial Emosional; seorang guru dilatih untuk mampu mengembangkan kompetensi sosial pada diri murid. Tehnik mindfullness menjadi strategi pengembangan lima kompetensi sosial emosional yang didasarkan pada program yang berpihak pada murid dan mewujudkan merdeka belajar dan budaya positif di sekolah. Guru yang memiliki kompetensi sosial emosional yang baik akan dapat melakukan kegiatan pembelajaranjuga dapat merancang program-program kegiatan yang berpusat pada murid dengan baik. Demikian pula dengan murid yang memiliki well-being baik akan dapat menyampaikan suara, pilihan dan kepemilikan dengan penuh tanggung jawab.
Keterkaitan modul 2.3 tentang coaching untuk Supervisi Akademik; merupakan sebuah tehnik atau strategi seorang pemimpin pembelajaran untuk menuntun anak dan menggali potensi yang dimiliki oleh anak dan memberikan keleluasaan anak-anak berkembang dan menggali proses berpikir. Dalam pengelolaan program yang berdampak pada murid, coaching dapat digunakan sebagai strategi untuk mengembangkan sumber daya murid, mengembangkan kepemimpinan murid, menggali potensi murid untuk mencapai tujuan pendidikan yaitu keselamatan dan kebahagiaan anak setinggi-tingginya.
Coaching merupakan teknik yang dilakukan pemimpin pembelajaran untuk menuntun coachee mengggali potensinya dalam menyelesaikan permasalahan yang dihadapi. Dengan teknik coaching, guru dapat bermitra dengan murid dalam menyusun program-program yang berkenaan dengan kepemimpinan murid dengan mempaerhatikan lingkungan belajar yang mendukung dan interaksi dengan komunitas.
Keterkaitan modul 3.1 Pengambilan Keputusan Berdasarkan Nilai-nilai Kebajikan Seorang Pemimpin. Sebagai seorang pemimpin pembelajaran, seorang guru harus dapat mengambil keputusan secara bijak, yaitu keputusan yang berpihak pada murid. Dasar, prinsip serta paradigma atau nilai dalam pengambilan keputusan harus konsisten, terutama berkaitan dengan dilema etika atau bujukan moral. Guru sebagai seorang pemimpin pembelajaran harus dapat mengambil keputusan yang baik dan tepat ketika situasi yang dihadapi mengandung dilema etika maupun bujukan moral. Pengambilan keputusan untuk program yang berdampak positif pada murid harus memperhatikan prinsip pengambilan keputusan, termasuk sembilan langkah pengujian agar keputusan yang diambil benar-benar tepat.
Keterkaitan modul 3.2 Penglolaan Aset dalam Pengelolaan Sumber Daya. Bahwa seorang guru sebagai pemimpin pembelajaran maupun pengelola program sekolah harus dapat memetakan dan mengidentifikasi aset-aset yang ada di sekolah, baik aset fisik maupun non fisik. Hal tersebut dapat mengoptimalkan potensi yang dimiliki oleh sekolah sebagai komunitas belajar, apalagi jika dibandingkan dengan pendekatan berbasis masalah. Dengan berfokus pada aset yang dimiliki, maka pengelolaan program yang berdampak pada murid dapat terencana dengan baik. Ada 7 aset atau modal yang dapat dimanfaatkan untuk pengembangan sekolah, yaitu : modal manusia, modal sosial, modal fisik, modal lingkungan/alam, modal finansial, modal politik, modal agama dan budaya. Dengan mengatahui modal atau sumber daya yang ada di sekolah, maka sebagai pemimpin guru harus bisa memetakan 7 aset tersebut dan mengoptimalkan pengelolaannya untuk peningkatan pembelajaran di sekolah.Â
Guru sebagai seorang pemimpin pembelajaran harus senantiasa dapat mengidentifikasi, menganalisis dan menelola aset-aset komunitas/sekolah dengan pendekatan berbasis kekuatan (asset based thinking). Pengelolaan aset dengan pendekatan tersebut juga harus dilakukan dalam Menyusun kegiatan bagi kepemimpinan murid agar seluruh aset dapat termanfaatkan secara optimal.
4. Perspektif Saya terhadap program yang berdampak positif pada murid
Program yang berdampak pada murid adalah program yang mampu menumbuhkan kepemimpinan murid. Untuk dapat menyusun program tersebut maka diperlukan perencanaan yang cermat dan matang. Dalam perencanaan ini dapat menggunakan model BAGJA berdasarkan kebutuhan murid sesuai karakteristik lingkungan melalui pemetaan sumber daya (modal aset) sebagai kekuatan atau potensi.
Program yang berdampak positif pada murid juga dapat diadaptasi dari praktik baik sekolah lain maupun pihak lain. Sebagai guru, dalam perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi program berdampak pada murid haruslah mendorong suara, pilihan, dan kepemilikan murid, berusaha mewujudkan lingkungan dan keterlibatan komunitas yang mendorong tumbuh kembang kepemimpinan murid sehingga murid menjadi seorang pemilik bagi proses belajarnya sendiri.
Kolaborasi dalam bentuk kemitraan antara guru dan murid dengan memperhatikan aset-aset yang mendukung serta lingkungan belajar yang sesuai akan berdampak pada terbentuknya karakter Profil Pelajar Pancasila secara menyeluruh. Perencanaan program dilakukan dengan pendekatan Inkuiri Apresiatif (AI) dengan model BAGJA yang dikolaborasikan dengan aset, Tindakan kepemimpinan murid, waktu yang diperlukan serta pihak yang bertanggung jawab. Pelaksanaan program dilakukan secara bersama antar anggota komunitas yang terlibat. Monitoring dan evaluasi dapat dilakukan oleh kepala sekolah untuk memberikan feed back bagi keberlanjutan program positif tersebut.
Demikian koneksi antar materi Modul 3.3.
Salam dan Bahagia
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H