Keterkaitan modul 2.1 Pembelajaran untuk Memenuhi Kebutuhan Murid; sebagai seorang guru penggerak dapat menggunakan pembelajaran berdiferensiasi untuk memberikan pelayanan terbaik yang berpihak pada murid. Pembelajaran berdiferensiasi ini merupakan solusi atas beragamnya karakteristik dan kebutuhan belajar murid. Sebelum merencanakan pembelajaran berdiferensiasi, seorang guru hendaknya melakukan pemetaan terhadap kebutuhan belajar, minat dan profil belajar murid. Hal ini dilakukan untuk mengetahui aset atau kekuatan yang dimiliki oleh murid. Pembelajaran berdiferensiasi merupakan pembelajaran yang berpihak dan berpusat pada murid. Pembelajaran berdiferensiasi memberikan peluang bagi guru untuk mempromosikan suara, pilihan dan kepemilikan murid dalam mencapai tujuan pembelajaran.
Keterkaitan modul 2.2 Pembelajaran sosial Emosional; seorang guru dilatih untuk mampu mengembangkan kompetensi sosial pada diri murid. Tehnik mindfullness menjadi strategi pengembangan lima kompetensi sosial emosional yang didasarkan pada program yang berpihak pada murid dan mewujudkan merdeka belajar dan budaya positif di sekolah. Guru yang memiliki kompetensi sosial emosional yang baik akan dapat melakukan kegiatan pembelajaranjuga dapat merancang program-program kegiatan yang berpusat pada murid dengan baik. Demikian pula dengan murid yang memiliki well-being baik akan dapat menyampaikan suara, pilihan dan kepemilikan dengan penuh tanggung jawab.
Keterkaitan modul 2.3 tentang coaching untuk Supervisi Akademik; merupakan sebuah tehnik atau strategi seorang pemimpin pembelajaran untuk menuntun anak dan menggali potensi yang dimiliki oleh anak dan memberikan keleluasaan anak-anak berkembang dan menggali proses berpikir. Dalam pengelolaan program yang berdampak pada murid, coaching dapat digunakan sebagai strategi untuk mengembangkan sumber daya murid, mengembangkan kepemimpinan murid, menggali potensi murid untuk mencapai tujuan pendidikan yaitu keselamatan dan kebahagiaan anak setinggi-tingginya.
Coaching merupakan teknik yang dilakukan pemimpin pembelajaran untuk menuntun coachee mengggali potensinya dalam menyelesaikan permasalahan yang dihadapi. Dengan teknik coaching, guru dapat bermitra dengan murid dalam menyusun program-program yang berkenaan dengan kepemimpinan murid dengan mempaerhatikan lingkungan belajar yang mendukung dan interaksi dengan komunitas.
Keterkaitan modul 3.1 Pengambilan Keputusan Berdasarkan Nilai-nilai Kebajikan Seorang Pemimpin. Sebagai seorang pemimpin pembelajaran, seorang guru harus dapat mengambil keputusan secara bijak, yaitu keputusan yang berpihak pada murid. Dasar, prinsip serta paradigma atau nilai dalam pengambilan keputusan harus konsisten, terutama berkaitan dengan dilema etika atau bujukan moral. Guru sebagai seorang pemimpin pembelajaran harus dapat mengambil keputusan yang baik dan tepat ketika situasi yang dihadapi mengandung dilema etika maupun bujukan moral. Pengambilan keputusan untuk program yang berdampak positif pada murid harus memperhatikan prinsip pengambilan keputusan, termasuk sembilan langkah pengujian agar keputusan yang diambil benar-benar tepat.
Keterkaitan modul 3.2 Penglolaan Aset dalam Pengelolaan Sumber Daya. Bahwa seorang guru sebagai pemimpin pembelajaran maupun pengelola program sekolah harus dapat memetakan dan mengidentifikasi aset-aset yang ada di sekolah, baik aset fisik maupun non fisik. Hal tersebut dapat mengoptimalkan potensi yang dimiliki oleh sekolah sebagai komunitas belajar, apalagi jika dibandingkan dengan pendekatan berbasis masalah. Dengan berfokus pada aset yang dimiliki, maka pengelolaan program yang berdampak pada murid dapat terencana dengan baik. Ada 7 aset atau modal yang dapat dimanfaatkan untuk pengembangan sekolah, yaitu : modal manusia, modal sosial, modal fisik, modal lingkungan/alam, modal finansial, modal politik, modal agama dan budaya. Dengan mengatahui modal atau sumber daya yang ada di sekolah, maka sebagai pemimpin guru harus bisa memetakan 7 aset tersebut dan mengoptimalkan pengelolaannya untuk peningkatan pembelajaran di sekolah.Â
Guru sebagai seorang pemimpin pembelajaran harus senantiasa dapat mengidentifikasi, menganalisis dan menelola aset-aset komunitas/sekolah dengan pendekatan berbasis kekuatan (asset based thinking). Pengelolaan aset dengan pendekatan tersebut juga harus dilakukan dalam Menyusun kegiatan bagi kepemimpinan murid agar seluruh aset dapat termanfaatkan secara optimal.
4. Perspektif Saya terhadap program yang berdampak positif pada murid
Program yang berdampak pada murid adalah program yang mampu menumbuhkan kepemimpinan murid. Untuk dapat menyusun program tersebut maka diperlukan perencanaan yang cermat dan matang. Dalam perencanaan ini dapat menggunakan model BAGJA berdasarkan kebutuhan murid sesuai karakteristik lingkungan melalui pemetaan sumber daya (modal aset) sebagai kekuatan atau potensi.
Program yang berdampak positif pada murid juga dapat diadaptasi dari praktik baik sekolah lain maupun pihak lain. Sebagai guru, dalam perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi program berdampak pada murid haruslah mendorong suara, pilihan, dan kepemilikan murid, berusaha mewujudkan lingkungan dan keterlibatan komunitas yang mendorong tumbuh kembang kepemimpinan murid sehingga murid menjadi seorang pemilik bagi proses belajarnya sendiri.
Kolaborasi dalam bentuk kemitraan antara guru dan murid dengan memperhatikan aset-aset yang mendukung serta lingkungan belajar yang sesuai akan berdampak pada terbentuknya karakter Profil Pelajar Pancasila secara menyeluruh. Perencanaan program dilakukan dengan pendekatan Inkuiri Apresiatif (AI) dengan model BAGJA yang dikolaborasikan dengan aset, Tindakan kepemimpinan murid, waktu yang diperlukan serta pihak yang bertanggung jawab. Pelaksanaan program dilakukan secara bersama antar anggota komunitas yang terlibat. Monitoring dan evaluasi dapat dilakukan oleh kepala sekolah untuk memberikan feed back bagi keberlanjutan program positif tersebut.