Mohon tunggu...
Supli Rahim
Supli Rahim Mohon Tunggu... Dosen - Pemerhati humaniora dan lingkungan
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Prof Dr Nurhayati Damiri, MSi, Guru Besar Pertanian Pertama bidang Penyakit Tumbuhan di Sumsel

18 November 2020   20:32 Diperbarui: 28 April 2021   23:39 440
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Guru Besar Pertanian Pertama bidang Penyakit Tumbuhan (timothy eberly/unsplash)

Bismillah,

Alhamdulillah, Allahumma shaliala Muhamamd.  Penulis mempunyai bahan yang banyak sekali berkenaan dengan dunia pendidikan, di mana banyak sekali orang yang tidak disangka-sangka alias tak masuk hitungan. 

Seorang yang hanya dosen biasa, banyak kerja di rumah, ke kampus naik bus, tiba-tiba jadi guru besar. Nomor ke berapa? Dia jadi profesor bidang penyakit di Sumatera Selatan. Tulisan ini mengungkap kiprah Dr Nurhayati Damiri menjadi Guru Besar di Fakultas Pertanian UNSRI.

Prof Dr Nurhayati Damiri, MSi (dokpri)
Prof Dr Nurhayati Damiri, MSi (dokpri)
Siapa Nurhayati?

Nur biasa dipanggil adalah alumni FP Unsri tahun 1985. Tahun 1986 diangkat jadi PNS asisten dosen di Jurusan HPT FP Unsri. Tahun 1987 berangkat ke Inggeris untuk menemani suami yang sedang belajar untuk program S2 dan S3. Nur diminta oleh pihak UNSRI kembali mengabdi. Sebagai respons dia mengundurkan diri jika tidak bisa cuti di luar tanggungan negara. Tentu saja tidak ada pilihan bagi Nur kecuali berhenti.

4,5 tahun ikut suami di LN

Selama mengikuti suami, Nur hanya mengurus anak yang dibawa satu orang yakni anak tertuanya. Selama di sana Nur diberi lagi amanah berupa dua anak lagi. Bila anak sulungnya perempuan, anak kedua laki-laki dan anak ketiganya perempuan. Nur banyak membantu suami mencari uang berupa mengetik Tesis mahasiswa dan bekerja di pabrik roti. Semua dia jalani dengan ikhlas. Di Inggris dia memperoleh hidayah untuk pakai jilbab.

Di Inggris Nur ditanya oleh Wakil Rektor kala itu apakah tertarik untuk kembali jadi dosen jika kembali ke tanah air. Nur tidak begitu memikirkan hal itu, dia hanya fokus kepada keutuhan keluarga. 

Ngambil S2 di IPB

Sepulang dari Inggris Nur masih ditawari oleh Wakil Rektor I kala itu untuk jadi dosen, kali ini ia mengiyakan tawaran tersebut. Kebetulan hanya satu peluang yakni menggantikan ada orang pensiun. 

Dengan bismlillah ia kembali setelah 5 tahun meninggalkan profesi tersebut. Tak lama setelah kembali jadi dosen, Nur ikut kursus singkat Bioteknologi di UGM kerjasama dengan Berbagai Universitas Luar Negeri. Nur seperti dicas kembali sebagai sarjana pertanian sehingga naluri untuk sekolah S2 tumbuh lagi.

Pada tahun 1994 Nur melanjutkan S2 di IPB yang kala itu sebagian melarangnya untuk kuliah di IPB karena khawatir drop out. Nur tak memperdulikan hal itu. Dia melanjutkan studi di jurusan HPT IPB walau harus berpisah dengan ketiga anak yang masih kecil dan suami. Alhamdulillah itu berkah dari dorongan suami dan mertuanya. Nur tamat tahun 1997.

Setamat S2 Nur kembali jadi dosen. Kgiatan tridharma PT ia jalani sebagai kegiatan rutin -meneliti, mengajar dan pengabdian kepada masyarakat. Nur juga melakukan penulisan di sejumlah jurnal ilmiah dalam negeri.

Suami jadi Guru Besar

Empat tahun setelah tamat Nur menyaksikan pengukuhan suaminya jadi Guru Besar. Tepatnya suaminya dikukuhkan jadi GB pada tahun 2002. Ini tertanam pada jiwanya bahwa saya juga mau jadi guru besar suatu hari, tetapi ia pendam dalam hati. Pada tahun yang sama S3 Ilmu Pertanian di PP UNSRI dibuka. Nur meminta kepada suami agar diizinkan ikut kuliah. 

Suami dengan senang mengizinkan karena kuliah hanya di kampus Palembang yang berjarak 6 km dari rumah. Toh Nur juga bisa mengendarai mobil sendiri fikir suaminya. Kuliah berjalan sebagai mana biasa dan Nur masih fresh. Kuliah dan penelitian dia tekuni dengan sungguh-sungguh. Pada tahun kedua Nur dkk memperoleh bantuan SPP dari gubernur Sumsel kala itu. Tambahan biaya yang tak disangka itu menambah semangat Nur untuk belajar, meneliti dan mempublikasikan hasil penelitian.

Nur beruntung karena dosen pembimbing ketiga adalah staf peneliti di BPP Sembawa yang menekuni pemyalit gugur daun Corynespora sp. Selama 3 tahun Nur menekuni penelitian tentang upaya menentukan sistem monitoring penyakit tersebut menggunakan faktor cuaca pada dua kebun di Sembawa dan di Lampung. Alhamdulillah Nur berhasil menentukan sistem monitoring penyakit tersebut dengan baik dan tepatguna. Nur dinyatakan lulus "Cumlaude" pada saat yudisium dan merupakan alumni nomor dua tercepat dari teman-teman satu angkatan di S3 Ilmu Pertanian kala itu.

Berkah doa

Penulis menyelidiki apa rahasia dibalik lancarnya semua studi meskipun tak meninggalkan kewajibannya sebagai ibu rumah tangga dan seorang istri. Kepada wartawan Tribun Sumsel dan Sriwijaya Post, Nur pernah menceritakan bahwa semua prestasi yang ia capai adalah berkah doa orangtua, saudara dan suami.

Mengusulkan jabatan ke guru besar

Waktu suaminya bertugas di Malaysia selama 3 tahun, Nur manfaatkan untuk menulis jurnal dari penelitian yang ia geluti. Dia tidak membocorkan kegiatannya itu kepada suaminya. Setelah cukup baru ia beritahu suaminya tentang rencananya itu. Tentu saja banyak yang mendukung tetapi banyak juga yang menentang. 

Mantan mahasiswa Nur yang sempat jadi dosennya di S3 terkejut dan tidak percaya dengan apa yang Nur lakukan yakni mengajukan kenaikan jabatan ke guru besar. Pada saat di komisi guru besar, ada yang mendukung ada yang tidak. Tetapi Nur tetap melengkapi apa yang dipandang kurang oleh Tim penilaian angka kredit (TPAK). Akhirnya berkas Nur dikirim ke Jakarta. Nur hanya pasrah saja. Toh tidak ada yang ia kenal di Diknas Jakarta itu.

Suatu hari, ada pemberitahuan secara resmi dari Jakarta bahwa ada kekurangan angka kredit bidang publikasi. Nur tidak putus asa dia menghubungi editor sejumlah jurnal di dalam dan di luar negeri. Melalui email dia kirim manuscript yang sudah ia siapkan. Setelah hampir 5 bulan jurnal yang ia tunggu-tunggu itu terbit. Nur gembira sekali lalu mengirimkan jurnal tersebut ke Jakarta. 

Setelah sekitar dua tahun sejak Nur mengusulkan, kenaikan jabatan yang loncat dari Lektor ke Guru Besar disetujui Menteri Diknas kala itu Prof M Nuh. Nur menangis dan hampir tidak percaya ketika kiriman dalam bungkus kertas kacang itu berisi SK Pengangkatannya sebagai guru besar bidang penyakit tumbuhan. Itu terjadi 6 tahun yang lalu yakni bulan September 2014. Jika diingat-ingat ternyata Nur adalah Guru Besar Pertama dalam bidang penyakit Tumbuhan di Sumsel. 

Pada tahun 2017 Prof Anies Saggaf, rektor UNSRI mempercayai Nur sebagai ketua program studi S3 Ilmu Lingkungan. Memang disertasi Nur sangat erat dengan lingkungan ketika dia meneliti faktor cuaca sebagai faktor lingkungan yang mempengaruhi epidemiologi penyakit gugur daun karet oleh jamur Corynespora sp.  Semoga barokah.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun