Pada tahun 1994 Nur melanjutkan S2 di IPB yang kala itu sebagian melarangnya untuk kuliah di IPB karena khawatir drop out. Nur tak memperdulikan hal itu. Dia melanjutkan studi di jurusan HPT IPB walau harus berpisah dengan ketiga anak yang masih kecil dan suami. Alhamdulillah itu berkah dari dorongan suami dan mertuanya. Nur tamat tahun 1997.
Setamat S2 Nur kembali jadi dosen. Kgiatan tridharma PT ia jalani sebagai kegiatan rutin -meneliti, mengajar dan pengabdian kepada masyarakat. Nur juga melakukan penulisan di sejumlah jurnal ilmiah dalam negeri.
Suami jadi Guru Besar
Empat tahun setelah tamat Nur menyaksikan pengukuhan suaminya jadi Guru Besar. Tepatnya suaminya dikukuhkan jadi GB pada tahun 2002. Ini tertanam pada jiwanya bahwa saya juga mau jadi guru besar suatu hari, tetapi ia pendam dalam hati. Pada tahun yang sama S3 Ilmu Pertanian di PP UNSRI dibuka. Nur meminta kepada suami agar diizinkan ikut kuliah.Â
Suami dengan senang mengizinkan karena kuliah hanya di kampus Palembang yang berjarak 6 km dari rumah. Toh Nur juga bisa mengendarai mobil sendiri fikir suaminya. Kuliah berjalan sebagai mana biasa dan Nur masih fresh. Kuliah dan penelitian dia tekuni dengan sungguh-sungguh. Pada tahun kedua Nur dkk memperoleh bantuan SPP dari gubernur Sumsel kala itu. Tambahan biaya yang tak disangka itu menambah semangat Nur untuk belajar, meneliti dan mempublikasikan hasil penelitian.
Nur beruntung karena dosen pembimbing ketiga adalah staf peneliti di BPP Sembawa yang menekuni pemyalit gugur daun Corynespora sp. Selama 3 tahun Nur menekuni penelitian tentang upaya menentukan sistem monitoring penyakit tersebut menggunakan faktor cuaca pada dua kebun di Sembawa dan di Lampung. Alhamdulillah Nur berhasil menentukan sistem monitoring penyakit tersebut dengan baik dan tepatguna. Nur dinyatakan lulus "Cumlaude" pada saat yudisium dan merupakan alumni nomor dua tercepat dari teman-teman satu angkatan di S3 Ilmu Pertanian kala itu.
Berkah doa
Penulis menyelidiki apa rahasia dibalik lancarnya semua studi meskipun tak meninggalkan kewajibannya sebagai ibu rumah tangga dan seorang istri. Kepada wartawan Tribun Sumsel dan Sriwijaya Post, Nur pernah menceritakan bahwa semua prestasi yang ia capai adalah berkah doa orangtua, saudara dan suami.
Mengusulkan jabatan ke guru besar
Waktu suaminya bertugas di Malaysia selama 3 tahun, Nur manfaatkan untuk menulis jurnal dari penelitian yang ia geluti. Dia tidak membocorkan kegiatannya itu kepada suaminya. Setelah cukup baru ia beritahu suaminya tentang rencananya itu. Tentu saja banyak yang mendukung tetapi banyak juga yang menentang.Â
Mantan mahasiswa Nur yang sempat jadi dosennya di S3 terkejut dan tidak percaya dengan apa yang Nur lakukan yakni mengajukan kenaikan jabatan ke guru besar. Pada saat di komisi guru besar, ada yang mendukung ada yang tidak. Tetapi Nur tetap melengkapi apa yang dipandang kurang oleh Tim penilaian angka kredit (TPAK). Akhirnya berkas Nur dikirim ke Jakarta. Nur hanya pasrah saja. Toh tidak ada yang ia kenal di Diknas Jakarta itu.