Mohon tunggu...
Supli Rahim
Supli Rahim Mohon Tunggu... Dosen - Pemerhati humaniora dan lingkungan
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

.

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Benarkah Menteri Sri Mulyani bahwa Belanda Meninggalkan Utang?

2 November 2020   03:53 Diperbarui: 2 November 2020   04:05 155
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Ketiga, budaya kita dalam mengurus negara dengan menambah hutang adalah warisan dari pemerintah sebelumnya itu adalah benar. Hutang negara kita mulai membesar pada zaman pak Harto, dilanjutkan pada zaman  Habibie, Gusdur, Megawati, SBY dan Jokowi. 

Hutang negara kita menggila itu terjadi pada zaman pak Jokowi ini. Yang berhutang itu bukan saja negara tetapi juga swasta. Menurut informasi yang layak diterima bahwa negara juga banyak berhutang kepada swasta dalam negeri untuk membangun infrastruktur berupa jalan tol, bangunan dan jalan di sejumlah perbatasan dan lain sebagainya. Belum lagi untuk pembiayaan pengendalian pandemi covid 19.

Pelajaran yang bisa dipetik

Bahwasanya pemerintah sekarang memperoleh warisan hutang dari pemerintah sebelumnya yakni hutang pada zaman presiden sebelumnya bisa difahami. Tetapi hutang negara yang diwarisi oleh pemerintah kolonial Belanda itu adalah hal yang tidak logik. 

Yang logik adalah hutang negara pada zaman pemerintah Jokowi ini adalah menggunung. Semua BMUN berhutang. Semua BUMN hampir bangkrut. Pemerintah sebagai pengurus sentral dari hutang-hutang itu tentu yang tahu persis bagaimana yang terjadi sesungguhnya.

Jika terjadi resesi atau bahkan "great resession" maka rakyat RI semua akan ikut merasakan pahitnya. Pemerintah harus jujur dan segera mengkomunikasikan apa yang sedang dan akan terjadi biar rakyat bisa siap-siap untuk menghadapi semua kemungkinan. 

Jayalah kita semua.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun