Bismillah,
Kita hidup di dunia ini diciptakan dan diatur oleh Sang Pencipta kita. Tulisan ini ditukukan untuk belajar dari nasib burun heron. Sebelum melanjutkan tulisan ini, penulis mengajak melakukan dua hal berikut.Â
Pertama, mari kita selalu bersyukur kepada Allah, asal usul kita, dan kepadaNya kita semua kembali. Kedua, mari jangan lupa berselawat kepada nabi Muhammad, Allahumma shaliala Muhammad waala ali Muhammad.Â
Dengan selalu berselawat kepada nabi, kita akan damai, tenang, senang dan bahagia, karena selawat kepada nabi adalah amalan Allah dan seluruh malaikat.
Burung heron
Burung heron adalah burung kuntul, yang banyak ditemui di sawah-sawah atau di daerah rawa atau lahan basah. Burung heton ini banyak dijumpai  di daerah tropika basah seperti negara-negara Asia Tenggara utamanya Indonesia, Malaysia, Filipina, Kamboja, Vietnam, Thailand, Laos Miyanmar dan Berunai Darussalam.Â
Burung heron ini memangsa ikan. Berbagai jebis ikan dia intai untuk dijadikan makananya hari-hati. Tapi nasib burung kuntul atau heron ini yidak selalu baik. Kadang dia memakan ikan jenis belut, kadang dia memakan jenis ikan kecil bersisik. Tidak jarang juga burung heron memakan ikan yang punya sirip yang tajam, atau ikan belut yang membahayakan dirinya.
Rezeki yang baik vs yang mencelakakan
Ketika burung heron memakan ikan yang biasa-biasa saja - ukurannya tidak terlalu besar, tidak membahayakan maka keselamatan burung heron menjadi terpelihara dengan baik. Tetapi pada saat lain burung heron menjadi serakah. Ia tidak lagi memperhatikan bahaya mengancam dirinya, yang penting dia makan.
Prinsip hidup burung heron yang memakan ikan jenis apa saja, ukuran apa saja menjadi ancaman hidup burung heron. Suatu hari ia memakan ikan belut hidup-hidup dalam ukuran yang tidak kecil. Â Burung heron dengan nafsu kebinatangannya tidak punya akal sehat. Ia memakan ikan belut dari kepalanya masuk ke dalam perutnya.Â
Tak ia fikirkan, tak ia perkirakan apa yang akan terjadi. Setelah ikan belut masuk kedalam tubuh burung heron ternyata dia tidak mati. Belut mencari cara untuk keluar dari dalam perut burung. Burung mengalami luka robek lambungnya. Terjadi pendarahan hebat. Burung heronpun mati.Â
Pelajaran dari nasib burung heron
Manusia semestinya tidak seperti burung heron yang serakah. Tetapi dalam realita, manusia lebih rakus dari binatang. Manusia oleh Allah swt sudah diberitahu sejak 1400 tahun lalu melalui wahyu dari Allah swt agar memakan makanan yabg halal dan thayiban.Â
Halal itu luas pengertiannya. Ada halal yang bermakna cara memperoleh makanan. Apakah diperoleh dengan cara yang halal. Tidak hasil mencuri. Bukan dari hasil riba. Tidak dari hasil menipu. Tidak dari hasil menzalimi orang lain.Â
Halal juga bermakna bahwa makanan yang memang masuk dalam daftar yang tidak diharapkan oleh alquran seperti babi, darah, arak, dan makanan yang disembelih bukan dengan nama Allah.Â
Sedangkan thayiban atau baik bermakna makanan itu tidak basi, tidak rusak, tidak beracun, tidak tercemar.
Rezeki selain makanan
Rezeki selain makanan adalah kuasa, ilmu pengetahuan dan teknologi, harta dan pasangan. Kuasa, harta, iptek dan pasangan tidak jarang kita dapatkan secara tidak halal. Kuasa yang diperoleh hasil dari sogok menyogok adalah haram hukumnya, yang berarti tidak halal.Â
Demikian juga harta yang diperoleh dengan cara zalim juga tidak halal. Kekuasaan sejak zaman dulu hingga pada zaman sekarang jika diperoleh secara tidak halal akan menjadi sumber malapetaka bagi diri, keluarga dan rakyat yang mereka pimpin selama berkuasa.
Demikian juga Iptek jika digunakan untuk menzalimi orang lain tergolong iptek yanh haram karena mendatangkan kemudhoratan. Iptek untuk membuat bom misalnya sama dengan rezeki yang dimakan ikan belut tadi, mencelakakan yang membuat dan orang yang dibom. Yang membuat bom seperti itu akan dilaknati Allah, malaikat dan seluruh manusia.Â
Hamman adalah contoh orang yang salah menggubakan iptek pada zaman nabi Musa yakni menambah keingkaran firaun. Hamman membangun pencangkar langit untuk mengintip tuhan Musa, bentuk kesombongan.
Pasangan juga jika digunakan untuk beribadah kepada Allah akan menjadi sumber pahala dan keridhoaan Allah, bisa memgantarkam kita ke surganya Allah swt. Tetapi jika diajak untuk membakang kepada Allah, menzalimi orang lain maka pasangan itu menjadi sumber mala petaka. Â
Demikian yang terjadi dengan pasangan nenek moyang manusia, Siti Hawa, adalah sumber mala petaka karena dibujuk iblis untuk mekanan buah kholdi. Buah kholdi ini diabadikan oleh Allah swt pada laki-laki sebagai jakun di leher mereka.Â
Jakun jika digunakan dengan baik akan menjadi barokah. Sebaliknya akan menjadi petaka. Sedangkan pada perempuan, buah kholdi nyangkut di dada perempuan. Buah dada jika digunakan dengan baik akan merupakan barokah, jika salah guna akan jadi sumber mala petaka.
Kesimpulan
Janganlah kita serakah seperti burung heron alias burung kuntul dengan mamakan ikan belut yang besar tanpa memahami dengan baik aapakah berbahaya atau tidak. Rezeki yang haram mirip dengan ikan belut yang dimakan oleh burung heron.Â
Satu tetes darah hasil dari makanan haram lebih pas untuk api neraka. Alhamdulillah kita dapat pelajaran dari burung heron yang serakah ini. Maka penulis berjanji untuk memperhatikan rezekinya, apakah haram apakah halal.Â
Penulis juga mengajak pembaca melakukan hal yang sama. Dengan selalu membaca alquran dan berdoa pada Allah agar dihindarkan  dari azab jahannam, azab kubur dan dari murka Allah, insyaa Allah akan selalu ditunjuki oleh Allah, cara hidup, jalan hidup yang istiqomah. Jalan yang diridhoi-Nya.
Jayalah kita semua.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H