Pelajaran dari nasib burung heron
Manusia semestinya tidak seperti burung heron yang serakah. Tetapi dalam realita, manusia lebih rakus dari binatang. Manusia oleh Allah swt sudah diberitahu sejak 1400 tahun lalu melalui wahyu dari Allah swt agar memakan makanan yabg halal dan thayiban.Â
Halal itu luas pengertiannya. Ada halal yang bermakna cara memperoleh makanan. Apakah diperoleh dengan cara yang halal. Tidak hasil mencuri. Bukan dari hasil riba. Tidak dari hasil menipu. Tidak dari hasil menzalimi orang lain.Â
Halal juga bermakna bahwa makanan yang memang masuk dalam daftar yang tidak diharapkan oleh alquran seperti babi, darah, arak, dan makanan yang disembelih bukan dengan nama Allah.Â
Sedangkan thayiban atau baik bermakna makanan itu tidak basi, tidak rusak, tidak beracun, tidak tercemar.
Rezeki selain makanan
Rezeki selain makanan adalah kuasa, ilmu pengetahuan dan teknologi, harta dan pasangan. Kuasa, harta, iptek dan pasangan tidak jarang kita dapatkan secara tidak halal. Kuasa yang diperoleh hasil dari sogok menyogok adalah haram hukumnya, yang berarti tidak halal.Â
Demikian juga harta yang diperoleh dengan cara zalim juga tidak halal. Kekuasaan sejak zaman dulu hingga pada zaman sekarang jika diperoleh secara tidak halal akan menjadi sumber malapetaka bagi diri, keluarga dan rakyat yang mereka pimpin selama berkuasa.
Demikian juga Iptek jika digunakan untuk menzalimi orang lain tergolong iptek yanh haram karena mendatangkan kemudhoratan. Iptek untuk membuat bom misalnya sama dengan rezeki yang dimakan ikan belut tadi, mencelakakan yang membuat dan orang yang dibom. Yang membuat bom seperti itu akan dilaknati Allah, malaikat dan seluruh manusia.Â
Hamman adalah contoh orang yang salah menggubakan iptek pada zaman nabi Musa yakni menambah keingkaran firaun. Hamman membangun pencangkar langit untuk mengintip tuhan Musa, bentuk kesombongan.
Pasangan juga jika digunakan untuk beribadah kepada Allah akan menjadi sumber pahala dan keridhoaan Allah, bisa memgantarkam kita ke surganya Allah swt. Tetapi jika diajak untuk membakang kepada Allah, menzalimi orang lain maka pasangan itu menjadi sumber mala petaka. Â