Bismillah,
Mensyukuri Musibah. Semua manusia yang hidup di bumi Allah ini pasti akan diberi musibah. Karena musibah bersifat keniscayaan. Tak ada orang tanpa diberi musibah. Orang kaya orang miskin, orang kota orang desa, orang besar orang kecil semua diberi musibah. Apa saja musibah itu?Â
Musibah itu adalah sesuatu yang ditimpakan kepada manusia. Entah ketakutan, sakit, berkurangnya harta atau berkurangnya jiwa. Musibah berasal dari kata dasar shaba yang berarti baik. Tetapi jika ditambah alif menjadi ashaaba yang berarti menimpa. Jadi sebenarnya musibah itu adalah kebaikan.Â
Kok gitu?Â
Iya karena Allah memberi musibah itu untuk kebaikan manusia yang ditimpa musibah. Musibah itu adalah ujian apakah kita sabar dan syukur atau sebaliknya tidak sabar dan kufur. Apabila orang diberi musibah dia bersabar dan bersyukur maka dia akan melakukan hal-hal berikut.Â
Dia akan mengucapkan kalimat "innalilllahi wainna ilaihi rojiun". Kami ini adalah milik Allah, untuk Allah dan karena Allah. Kepada Allah jua kembali semua urusan. Maka jika dia sabar dan shalat menghadapi musibah maka dia atau mereka akan memperoleh empat hal.Â
Pertama, mereka yang sabar akan dapat Allah. Memperoleh Allah dalam hidup mencukupi walaupun kita ada kekurangan.Â
Kedua, mereka yang sabar jika ditimpa musibah akan tetap hidup walau mereka sudah mati. Karena kita tidak tahu bentuk kehidupan mereka. Hanya Allah yang tahu. Â Â
Ketiga, orang  yang sabar ketika diberi musibah akan diberi selawat dari Allah, akan diberi rahmat dan diberi petunjuk oleh Allah.Â
Sungguh beruntung sekali mereka mensyukuri musibah. Bagaimana mensyukuri musibah? Mensyukuri musibah sama saja dengan mensyukuri nikmat atau anugerah.
Pertama, kita melihat kepada mereka yang memperoleh musibah yang lebih berat dan lebih besar. Jika kita kita diberi musibah sakit. Maka lihatlah mereka yang lebih beratnya dari kita. Kita masih bisa berayukur. Alhamdulilah sakit kita lebih ringan dibandingkan si fulan atau fulana. Masyaa allah, terima kasih ya Allah.Â
Kedua, jika kita mau merenung sebentar bahwa musibah itu adakah kasih sayang Allah kepada kita. Saya pernah mau berangkat ke Surabaya pada tahun 2005. Sehabis shalat zuhur saya patah kaki sepulang dari masjid. Anak saya ingin membonceng saya. Ternyata Allah berika  hadiah yakni motor kami tabrakan. Saya tertimpa anak, motor dan 3 anak remaja yang sedang "mengukur" jalan komplek kami. Kaki kanan saya patah. Gagal berangkat padahal sudah siap semua tiket dan semuanya. Saya mensyukuri musibah itu karena bisa mengurangi dosa mata, dosa telinga dan hati saya. Dengan gagal berangkat maka ada rem untuk saya untuk mengurangi kenakalan orang tua. Maklum sebagai pejabat dan ada uang ditangan.Â
Ketiga, mensyukuri musibah merupakan waktu yang baik untuk merenungkan dan meminta ampun kepada Allah atas banyak dosa kita sebagai manusia.Â
Keempat, mensyukuri musibah karena dibalik musibah pasti banyak hikmah. Jika kita marah kepada anak kita dan anak kita sabar maka pasti kita akan menawarkan kebaikan kepada anak kita. Nak kau nak beli apa? Allah lebih baik dari itu memperlakukan orang yang sabar jika ditimpa musibah.
Demikian kupasan kita saat ini tentang mensyukuri musibah. Terima kasih karena anda sudah membaca. Jayalah kita semua.Â
Palembang, 11.9.2020Â
Alfakir,Â
Supli Effendi Rahim
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H