Alhamdulillah, saya secara berjenjang diberi rasa sukses dalam urusan pendidikan. Setelah tamat SMA saya sudah ada rasa ingin membantu orang tua. Dengan biaya yang mahal bagi otangtua saya yang hanya petani dan tukang kayu, saya punya rasa iba pada mereka. Waktu pulang kampung alhamdulillah saya selalu membantu kerja di sawah dan di kebun kopi.
Di sawah saya membantu ayah dan ibu menanam padi. Maklumlah saya anak tertua dari 7 bersaudara. Apa saja yang diminta bantu prang ayah dan ibu, pasti saya akan kerjakan dengan baik. Saya ingin "membalas" pengorbanan merela pada saya. Demikian juga pada musim lainnya jika libur saya membantu kakek dan nenwk bekerja di kebun. Sambil bercerita saya asyik  membersihkan rumput pada kebun kopi, memetik buah kopi atau mencari ikan untuk keluarga. Pendek kata saya ingin memberi manfaat kepada keluarga.
Mengajak adik ke kota
Merasa sukses dalam pendidikan di mana saya sudah menamarkan S1, saya bermaksud untuk membantu meringankan beban orangtua menyekolahkan adik-adik. Kala itu gaji saya sangat terbatas maklum masih sebagai asisten dosen honorer. Beserta saya ada dua adik, Â satu yang SMP dan satu SMA. Di kampung satu SMA dan yang lain masih SD. Kami menyewa rumah bedeng di kota.
Dengan berjalannya waktu saya mampu membeli rumah sederhana dengan lahan yang relatif luas walau di lahan basah alias rawa. Saya minta ayah datang ke kota untuk membangun rumah panggung. Alhamdulillah selesai dibangun dengan tiga kamar.Â
Mengajak keluarga ayah pindah ke kota
Walau masih CPNS dengan gaji alakadarnya plus kredit kendaran roda dua tapi saya diberi keberanian untuk mengajak ayak, ibu, kakek dan adik-adik untuk ke kota besar. Allah yang punya rencana. Kami hanya menjalaninya saja. Saya juga tidak ada rasa untuk memperkaya diri sendiri terlebih dahulu sebelum membantu keluarga saya.Â
Saya tahu ada orang lain yang membiarkan ayah dan ibunya serta adik-adiknya tetap di kampung sampai dia mapan. Tapi saya berfikir lain. Waktu itu yang saya fikirkan adalah rezeki ayah, ibu, kakek dan adik-adik saya ada. Jadi mereka diberi rezeki di mana saja mereka berada.
Ujian itu harus dijalani
Setelah pindah ke kota, dua bulan pertama kehidupan belum membaik. Ayah tidak dapat pekerjaan, bahan makanan menipis. Desakan untuk pulang ke kampung semakin kencang. Saya hanya menangis dan menangis dalam tahajud, salat malam - meminta Allah carikan jalan keluar dari semua kesulitan.Â
Singkat cerita setelah sering berdialog beberapa malam kepada pemilik alam semesta ini terbukalah peluang untuk meneruskan kehidupan bagi keluarga ayah di kota. Ayah dan ibu ada sumber pendapatan, saya ada gaji, adik-adik sekolah atau ada yang menikah.Â