Mohon tunggu...
Supli Rahim
Supli Rahim Mohon Tunggu... Dosen - Pemerhati humaniora dan lingkungan
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Menggugat Tujuan Pendirian Negara

26 April 2020   05:05 Diperbarui: 26 April 2020   07:59 203
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

🖊️Bismillah,

Alhamdulillah mari kita selalu mengucap syukur kepada Allah apapun keadaan kita. Mari kita mengucapkan Allhumma shaliala muhammad apapun dan dimanapun kita sebagai tanda kita cinta kepada nabi kita Muhammad, junjungan kita,pejuang kita. Dengan begitu insya allah kita akan tenang dan dalam lindungan dan rahmat Allah swt.

Tulisan ini mencoba mengajak kita melakukan introspeksi bersama tentang apakah tujuan pendirian negara sudah terwujud? Tulisan ini bukan untuk memojokkan siapa-siapa tetapi mengajak kita introspeksi bersama.

Tujuan pendirian negara

Dalam pembukaan UUD 1945 kita disuguhi kalimat yang luar biasa bagus dan komprehensif yakni "bahwa atas berkah rahmat Allah Yang Maha Kuasa Maka Bangsa Indonesia menyatakan  kemerdekaannya dst".

Lalu tujuan pendirian negara yang dinyatakan pembukaan UUD 1945 itu adalah: (1) Untuk melindungi segenap bangsa dan seluruh tanah tumpah darah Indonesia, (2)  mencerdaskan kehidupan bangsa,(3) memajukan kesejahteraan bangsa dan (4) ikut melaksanaan ketertiban dunia berdasarkan perdamaian abadi dst.

Pembangunan karakter bangsa

Sejak merdeka negara kita mestinya mewujudkan karakter bangsa yang bisa diakui dunia. Apa itu? Otu adalah karakter bangsa. Bagaimana caranya?

Caranya adalah kita melakukan kesepakatan bersama yakni kita mesti berkualitas dalam perkataan dan perbuatan dan itu kita tunjukkan dalam mutu hidup, mutu produk, mutu sistem berbangsa dan bernegara termasuk mutu mata uang, mutu kepercayaan dunia internasional dan mutu kepercayaan kepada sesama anak bangsa.

Dalam hal pembangunan karakter bangsa kita pubya rapor merah. Kita tidak atau susah dipercaya oleh sesama anak bangsa apalagi duni internasional. Apa contohnya? Produk kitabsusah diakui di dunia internasional tetapi yangbterjadi harus melalui negara lain misalnya Singapore.

Kita sejak lama menjadi olok-olokan masyarakat dunia bahwa sebelum pemilu hasilnya sudah tahu, bahwa uang kita sudah mengalami 3800 persen terdevaluasi sejak merdeka. Di sini jelas kita bermakna tidak dipercaya.

Kenapa kita tidak dipercaya?

Salah satu penyebab kita tidak dipercaya oleh dunia internasional adalah karena kita sendiri kurang atau tidak kompak dalam banyak hal. Ketidak kompakan itu yang paling nyata adalah karena kita tidak menerapkan sila kelima Pancasila yakni keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.

Dalam memanfaatkan sumberdaya alam strategis kita keliru. Kita membuat pembagian yang tidak adil. Pembagian terbesar adalah untuk pusat. Daerah mendapat porsi sangat sangat sedikit. Sebut saja minyak, gas, perkebunan, dan seluruh barang tambang lain. Akibatnya daerah penghasil kondisinya sangat memprihatinkan. Hampir seluruh daerah penghasil nasibnya sama.

Dalam hal kesempatan memperoleh akses untuk mendapatkan pekerjaan sebagai di pemerintahan dan perusahaan milik negara atau swasta sejak lama kita menganut  sistem kroni. Yang dimaksud kroni di sini bukan saja suku bangsa tetapi alumni universitas, sekolah tinggi, perguruan tinggi negeri dan swasta.

Alumni perguruan tinggi negeri mesti mendominasi pasar tenaga kerja, alumni dari pulau Jawa mendominasi pasat tenaga kerja, alumni sekolah di kota besar pasti mengalahkan alias mendominasi alumni sekolah dari desa dsb.

Jatah Daerah Penghasil 

Jatah daerah penghasil sejak lama ada dua jenis. Pertama, memperoleh sebagian kecil dana CSR (corporate social responsibility). Kedua, penduduk setempat yang diberi kesempatan sebagai tenaga keamanan, buruh kasar, pembantu rumah tangga, istri kontrak, pemberi jasa esek-esek alias sebagai pekerja seks komersial. Di beberapa daerah penghasil SDA strategis para peramu nikmat ini berasal dari banyak daerah di tanah air. Aneh tapi nyata.

Belakangan ada perubahan sedikit yakni jika investor pembangunan pertambangan, industri adalah mereka yang berasal dari luar negeri misal RRT maka hampir seluruh tenaga kerja berasal dari negeri tirai bambu itu.

Tidak sedikit kita memperoleh video yang memberitahu bahwa anak negeri harus menelan pil pahit berupa harus belajar bahasa asing di negeri sendiri dan bekerja hanya sebagai pengantar makanan untuk TKA. 

Unsur pimpinan pada perusahaan BUMN terkadang harus ada wakil dari parpol dan punya kedekatan dengan ketua parpol tertentu. Ini antara lain catatan untuk kita perbaiki bersama agar manajemen sektor apa saja ke depan menjadi baik dan bahkan terbaik agar terbangun kepercayaan sesama anak negeri dan kepercayaan dunia internasional.

Introspeksi terhadap tujuan pendirian negara

Apakah tujuan pendirian negara kita tercapai? Maka jawabannya mesti kita akui bersama bahwa kita belum berhasil mendirikan negara. Mengapa demikian?

Pertama, kita belum berhasil melindungi segenap bangsa dan tumpah darah Indonesia. Banyak  anak bangsa yang belum memperoleh atensi negara diindikasikan jalan buruk, rumah buruk, pasar buruk, gedung sekolah buruk dan bahkan masih ada yang mati kelaparan dan gizi buruk.

Kedua, kita belum berhasil mencerdaskan kehidupan bangsa secara menyeluruh, terbukti masih banyak yang belum cerdas terutama saat menjelang pemilu banyak anak bangsa yang mau disogok dan senang menyogok dsngan paket sembako dan uang yang sedikit. 

Ketiga, kita belum berhasil mensejahterakan sebagian besar rakyat terbukti yang jadi pejabat korupsi milyaran bahkan trilyunan rupiah belum lagi pegawai kecil dari pusat sampai ke daerah.

Keempat, kita tidak secara konsisten ikut melaksanakan ketertiban dunia karena di dalam negeri saja masih banyak dan sering tidak tertib. Pencurian kecil-kecilan dan korupsi besar-besaran serta sogok menyogok yang masih marak adalah bukti kegagalan kita mendirikan negara.

Tulisan ini hanya ingin dijadikan pecutan bagi kita semua termasuk penulis dalam upaya perbaikan secara mendasar untuk bangsa kita dan negara kita. Kebobrokan.ini adalah produk berpuluh puluh tahun bukan terjadi dalam dasa warsa belakangan saja tetapi sudah lebih dari 70 tahun yakni sejak kita merdeka.

Pemerintah sekarang berada di era di mana kebobrokan sudah menjadi budaya sebagai produk bersama sejak abad lalu. Karena itu kita mesti sadar bersama, bangun bersama, bangkit bersama. Pada zaman SBY kita dikenalkan istilah bersama kita bisa. Sayang itu hanya slogan belaka. 

Pendidikan agama dikurangi porainya, pendidka  budi kerti ditiadakan dan banyak lagi yang lain adalah bagian dari penyebab, walau banyak sebab lain, dari terbentuknya karakter bangsa (national character) yang tidak baik.

Pada hal kita punya predikat yang masih cukup memadai antara lain sebagai bangsa yang ramah, bangsa yang beragama, bangsa yang menganut gotong royong namun karena prilaku salah dari sebagian anak bangsa maka atribut buruk yang tercipta selama ini menjadikan semakin buruknya imej kita di mata bangsa lain apalagi di mata Sang Khalik. Semoga kita semua segera bangkit dari kebobrokan ini. 

Wallahualam bishawab.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun