Mohon tunggu...
Supli Rahim
Supli Rahim Mohon Tunggu... Dosen - Pemerhati humaniora dan lingkungan
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Menggugat Tujuan Pendirian Negara

26 April 2020   05:05 Diperbarui: 26 April 2020   07:59 203
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Apakah tujuan pendirian negara kita tercapai? Maka jawabannya mesti kita akui bersama bahwa kita belum berhasil mendirikan negara. Mengapa demikian?

Pertama, kita belum berhasil melindungi segenap bangsa dan tumpah darah Indonesia. Banyak  anak bangsa yang belum memperoleh atensi negara diindikasikan jalan buruk, rumah buruk, pasar buruk, gedung sekolah buruk dan bahkan masih ada yang mati kelaparan dan gizi buruk.

Kedua, kita belum berhasil mencerdaskan kehidupan bangsa secara menyeluruh, terbukti masih banyak yang belum cerdas terutama saat menjelang pemilu banyak anak bangsa yang mau disogok dan senang menyogok dsngan paket sembako dan uang yang sedikit. 

Ketiga, kita belum berhasil mensejahterakan sebagian besar rakyat terbukti yang jadi pejabat korupsi milyaran bahkan trilyunan rupiah belum lagi pegawai kecil dari pusat sampai ke daerah.

Keempat, kita tidak secara konsisten ikut melaksanakan ketertiban dunia karena di dalam negeri saja masih banyak dan sering tidak tertib. Pencurian kecil-kecilan dan korupsi besar-besaran serta sogok menyogok yang masih marak adalah bukti kegagalan kita mendirikan negara.

Tulisan ini hanya ingin dijadikan pecutan bagi kita semua termasuk penulis dalam upaya perbaikan secara mendasar untuk bangsa kita dan negara kita. Kebobrokan.ini adalah produk berpuluh puluh tahun bukan terjadi dalam dasa warsa belakangan saja tetapi sudah lebih dari 70 tahun yakni sejak kita merdeka.

Pemerintah sekarang berada di era di mana kebobrokan sudah menjadi budaya sebagai produk bersama sejak abad lalu. Karena itu kita mesti sadar bersama, bangun bersama, bangkit bersama. Pada zaman SBY kita dikenalkan istilah bersama kita bisa. Sayang itu hanya slogan belaka. 

Pendidikan agama dikurangi porainya, pendidka  budi kerti ditiadakan dan banyak lagi yang lain adalah bagian dari penyebab, walau banyak sebab lain, dari terbentuknya karakter bangsa (national character) yang tidak baik.

Pada hal kita punya predikat yang masih cukup memadai antara lain sebagai bangsa yang ramah, bangsa yang beragama, bangsa yang menganut gotong royong namun karena prilaku salah dari sebagian anak bangsa maka atribut buruk yang tercipta selama ini menjadikan semakin buruknya imej kita di mata bangsa lain apalagi di mata Sang Khalik. Semoga kita semua segera bangkit dari kebobrokan ini. 

Wallahualam bishawab.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun