Bismillah,Â
Saya teringat suatu saat menjadi petugas upacara penaikan bendera bulanan di kantor trmpat saya bertugas pertama kali. Saya belum begitu lama pulang dari menjalankan tugas belajar di luar negeri tepatnya di Inggeris selama 5 tahun. Alhamdulillah saya memperoleh tugas membaca pembacaan teks pembukaan UUD 1945.
Membaca luar kepala
Pembukaan itu saya hafalkan ternyata saya bisa hafal di luar kepala mungkin karena umur belum begitu tua yakni awal 30an tahun. Pembukaan itu diimulai dengan kata "Bahwa sesungguhnya kemerdekaan itu ialah hak segala bangsa". Pada alinea ketiga saya melanjutkan pembacaan pembukaan UUD 1945 itu yang berbunyi "Atas berkat rahmat Allah Yang Maha Kuasa". Kalimat ini berkesan sampai saya dewasa menjelang tua sekarang ini.
Jalan hidup saya semua berkat rahmat Allah
Saya dilahirkan dari keluarga miskin tapi kayasemangat. Ayah saya seorang petani dan tukang kayu tapi ringan tangan dalam menolong keluarga atau orang lain serta suka memberi apayang dia ada.Â
Punya sifat peduli pada orang lain, ramah. Dia yatim piatu sejak kecil. Ibu saya punya sifat yang mirip  dengan ayah. Bahkan pada waktu menikah dia tidak meminta maskawin berupa materi tetapi cukup membaca 100 kali "qulhu" atau surat al-ikhlas dalam alquran sebanyak 100 kali dan itupun bisa meminta pertolongan dari jemaah aqad nikah yang hadir.
Saya bersekolah di Madrasah Ibtidaiyah Muhammadiyah Tanjung Baru Air Nipis Bengkulu Selatan Bengkulu. Setelah itu diminta ayah bersolah di SMPN Manna dan SMAN Manna. Sekarang adalah SMPN 1 Bengkulu Selatan dan SMAN 1 Bengkulu Selatan. Sewaktu sekolah di kedua sekolah itu saya pernah jadi juara 1 di kelas dan di sekolah.
Hadiah ayah berupa sepeda buatan Inggeris adalah pelengkap dari motivasi kakek saya bahwa saya suatu saat akan sekolah ke Inggeris ketika dia selalu mengatakan pada saya "Li, nanti kalau kamu sudah besar kamu ke Inggeris.Â
Di sana kamu akan mikul tas naik tinggi". Rupanya mikultas itu adalah fakultas di Universitas. Dan itu betul terjadi bahwa saya berkuliah di salah fakultas pada Universitas Cranfield. Bidang saya adalah pengelolaan lingkungan.
Cerita dan nasehat
Kapan saja termasuk lagi makan ayah saya banyak cerita tentang orang hebat orang besar di mata ayah. Beliau banyak cerita tentang presiden Siekarno dan Soeharto. Beda lain dengan kakek saya Merinsan. Dengan kakek dan nenek ini saya banyak menghabiskan waktu libur jika libur kuliah atau sekolah. Kakek banyak cerita tentang para nabi, orang soleh dan perjalanan hidup beliau waktu zaman penjajahan dan merantau di negeri orang.
Menjalani hidup berumah tangga
Saya menikah dengan seorang gadis yang berprofesi sama dengan saya yakni asisten dosen, Nurhayati Damiri. Ketika saya memperoleh tugas belajar dia saya ajak dan minta dia berhenti dari CPNS dosen untuk menghindarkan berbohong. Modusnya: ikut suami sambil kuliah dengan biaya sendiri.
Nanti fikir saya kala itu, setelah tamat saya bisa ijinkan untuk bekerja kembali. Ternyata benar setelah kembali ke tanah air, istri saya bisa jadi dosen kembali padahal saat itu lagi moratorium PNS. Semua adalah atas berkat rahmat Allah yang Maha Kuasa.
Beasiswa hanya untuk 1 orang
Ketika saya sekolah di Inggeris saya nekad membawa anak istri padahal beasisea hanya untuk 1 orang. Dalam hati saya anak istri saya ada rezeki dari Allah bukan dari saya apalaghi dari beasiswa.Â
Bagi teman yang membawa anak istri itu memang ada beasiswa dari negara mereka atau dari instansi tempat mereka bekerja. Saya masih memakai prinsip "atas berkat rahmat Allah".
Saya jadi GB
Pada tahun 2001 saya jadi GB di kampus saya. Kehidupan keluarga saya mulai membaik karena jabatan itu membawa sejunlah rahnat Allah.  Demikian juga istri saya sejak pulang  ke tanah air terus secara pelan tapi pasti melanjutkan sekolah.Â
Pertama ke S2 lalu ke S3 dalam kurun waktu 12 tahun. Selanjutnya 8 tahun setamat S3 dua memperoleh kesempatan untuk memperoleh jabatan sebagai GB juga. Pada saat itu saya sudah tidak lagi bekerja di kantor di mana dia bekerja. Lagi-lagi semua terjadi atas berkatbrahmat Allah.
Giliran anak-anak
Anak-anak kami ada 5 orang. Si sulung ambil dokter gigi. Kini punya klinik sendiri. Yang keduq ambil Fasilkom kini jadi dosen di Mialaysia. Yang ketiga ambil Sekolah Hubungan Internasional kini PNS dosen di Unsri. Yang keempat ambil kedokteran kini jadi dokter internship. Yang kelima masih kuliah di FK gigi kini jelang tahap koas. Semua atas berkat rahmat Allah.
Cita-cita terakhir
Saya dan istri punya cita-cita yang sama yakni memgantarkan anak-anak jadi soleh soleha berumah tangga dan ingin mati husnul khotimah dan masuk surga. Tentu tulisan ini adalah untuk mengajak pembaca masuk surga semuanya.Â
Dunia ini hanya tempat berteduh sebentar guna menyiapkan perjalanan panjang yakni kubur dan alam akhirat. Semua itu hanya akan berhasil atas berkat rahmat Allah Yang Maha Kuasa dan didorongkan oleh keinginan yang luhur.
Jayalah kita semua
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H