Kedua, responsibility atau tanggungjawab. Sekolah maupun orang tuanya tidak saling menyalahkan apabila ada masalah dengan si anak dan juga sekolah. Sebaliknya, keduanya harus bertanggung jawab atas keberhasilan sekolah.Â
Dalam bahasa lain, seperti dikatakan Joyce Epsteen, direktur Pusat Sekolah Orangtua dan Kemitraan Komunitas di John Hopskins University, "Terciptanya sekolah yang ramah bagi orangtua dan rumah yang ramah bagi sekolah". Sekolah yang ramah orangtua adalah sekolah yang menyambut semua anak dan menghargai perbedaan mereka.Â
Sedangkan rumah yang ramah sekolah adalah rumah yang menegakkan kembali pendidikan yang sudah diterima anak di sekolah. Sekolah dan orangtua masing-masing memiliki tanggung jawab untuk tetap terhubung satu sama lain.Â
Jadi, Komunikasi harus teratur, terus-menerus, dua arah, termasuk umpan balik dan bermakna. Komunikasi yang perlu ditularkan adalah tujuan pembelajaran, ruang lingkup dan urutan kurikulum dan tentang tanggung jawab pekerjaan rumah.
Ketiga, relationship atau hubungan. Atas rasa hormat dan tanggung jawab, sekolah dan orangtua membuka pintu untuk apa yang disebut hubungan yang bermakna, atau hubungan yang membangun kepercayaan yang mendukung kemitraan berkualitas. Hubungan memelihara kemitraan yang sangat diperlukan untuk kemitraan untuk bertahan hidup dan untuk membantu anak-anak berhasil di sekolah.Â
Orangtua adalah guru pertama bagi anak-anak mereka. Mereka memiliki tanggung jawab untuk berinteraksi secara positif dengan anak-anak mereka, untuk membangun hubungan yang sehat, untuk melayani sebagai teladan peran mereka dan untuk memberikan bimbingan. Sebab, orangtua juga merupakan mitra dalam proses pendidikan.
Jadi, bila semua sekolah melaksanakan program semacam Kunjungan Kelas/OH di setiap awal tahun pelajaran baru, dan didukung oleh peraturan pemerintah, maka ketika sekolah dan orangtua bekerja bersama, peserta didik akan memiliki kesempatan jauh lebih baik untuk tidak hanya sukses di sekolah tetapi juga sukses dalam kehidupan. Orangtua dan peserta didik tidak buta tentang program sekolah dan sebagainya karena sejak awal sudah bermitra.
Yang pasti, bagi sekolah-sekolah yang telah melaksanakan program Kunjungan Sekolah/OH, menjadikan sekolah bersangkutan terus dinamis mengikuti perkembangan zaman dunia pendidikan dan menggaransi peserta didiknya lulus bukan hanya peroleh nilai akademis, namun mumpuni dalam kecerdasan non-akademis.Â
Berkarakter, attitude baik, dan santun dan berbudi pekerti luhur karena sekolah bermitra dengan orangtua. Bukan begitu Bapak Menteri? Penguatan Tripusat Pendidikan (keluarga, sekolah, masyarakat) akan terwujud. Amin. Bagi sekolah yang belum melakukan program Kunjungan Sekolah/OH, belum terlambat, mumpung baru awal semester 2.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H