Tahun pelajaran baru dimulai. Peserta didik langsung mengikuti rutinitas KBM. Tahu-tahu nanti ada orangtua dipanggil sekolah karena anaknya nakal, anaknya tertinggal mengikuti pelajaran, hal ini jauh dari harapan Mendikbud tentang vitalnya penguatan Tripusat Pendidikan (keluarga, sekolah, masyarakat).
Untuk itu, agar Tripusat Pendidikan sesuai harapan Mendikbud dapat terwujud, Kunjungan Sekolah/OH di sekolah di setiap awal tahun pelajaran baru memang perlu dibakukan. Perlu dibuat Permen-nya, agar sekolah dapat seragam menjalankan kegiatan yang sangat vital menjadi pondasi pembelajaran untuk sekolah, orangtua, dan peserta didik.
Tanpa adanya Permen dan keseragaman acuan dari pemerintah, banyak sekolah yang memang sengaja mau menutupi dapurnya demi amannya proses Kegiatan Belajar Mengajar (KBM) yang tidak perlu diketahui oleh orangtua.Â
Lalu sekolah yang nakal (semisal: di tingkat SMA), dalam rangka mencari nama, bekerjasama dengan lembaga bimbingan belajar demi peserta didiknya diterima di Perguruan Tinggi (PT) ternama, namun sejatinya, KBM di sekolah bersangkutan, guru hanya gemar memberi tugas peserta didik, sementara guru juga tidak mengajar di dalam kelas sibuk dengan kegiatan lain. Mengapa? Sebab orangtua tidak dapat ikut campur memantau KBM sekolah.
Buntutnya, kini kita dapati banyak lulusan PT, yang pada akhirnya tidak siap bersaing dalam kehidupan nyata, di bidang pekerjaan sesuai bidang pendidikannya/jurusannya, karena proses meraihnya di capai dengan instan/karbitan, yang dikejar hanya angka-angka.
Harus ada Kemitraan
Sedikitnya sekolah yang melakukan program Kunjungan Sekolah/OH, dibandingkan yang tidak menyelenggarakan kegiatan tersebut, cukup signifikan terhadap output (lulusan) peserta didik dari segi kemampuan akademik dan non-akademik. Banyak penelitian dan studi tentang dampak positif adanya program Kunjungan Sekolah/OH yang dilakukan sekolah sehingga melahirkan kemitraan orang tua dengan sekolah dalam mendukung keberhasilan siswa.
Ketika sekolah dan orangtua bekerja bersama, peserta didik memiliki kesempatan jauh lebih baik untuk tidak hanya sukses di sekolah tetapi juga sukses dalam kehidupan.Â
Di antara kunci dari kemitraan sekolah dan orang tua, seperti dikutip dari Sahabat Keluarga Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, yaitu dengan membangun 3R: yakni Respect atau rasa hormat, Responsibility atau tanggung jawab, dan Relationship atau hubungan. Apa yang dimaksud 3R tersebut?
Pertama, respect atau rasa hormat. Sekolah menghormati dan mempercayai keberadaan orangtua. Sekolah mengakui bahwa keluarga berperan penting dalam memberikan wawasan dan informasi tentang apa yang dibutuhkan anak. Orangtua adalah mitra bagi sekolah dalam proses pengambilan keputusan sehingga sekolah perlu mengembangkan kebijakan pintu terbuka.Â
Maksudnya, sekolah menciptakan iklim yang menyambut orang tua dan mengungkapkan kepedulian terhadap kebutuhan mereka, yakni kebutuhan orang tua serta kebutuhan anak. Atas kesadaran sekolah bahwa orangtua memiliki keterbatasan, baik keterbatasan waktu, tenaga, pemikiran, dan sebagainya.Â
Untuk menjembatani keterbatasan itulah, sekolah memberikan akses layanan, dukungan, sumber daya dan pertemuan di waktu dan tempat yang berfungsi untuk mempertemukan orang tua dan sekolah. Inti dari rasa hormat ini, baik sekolah maupun orang tua benar-benar menginginkan yang terbaik untuk anak. Karenanya, sekolah dan orangtua bersedia berbagi tanggung jawab atas keberhasilan si anak.