Mohon tunggu...
Supartono JW
Supartono JW Mohon Tunggu... Konsultan - Pengamat
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Untuk apa sembuhkan luka, bila hanya tuk cipta luka baru? (Supartono JW.15092016) supartonojw@yahoo.co.id instagram @supartono_jw @ssbsukmajayadepok twiter @supartono jw

Selanjutnya

Tutup

Bola Artikel Utama

Apa Peruntukan Rubrik "Tanya Garuda" Buatan PSSI?

28 Maret 2018   11:32 Diperbarui: 29 Maret 2018   12:01 1723
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Persatuan Sepak Bola Seluruh Indonesia (PSSI) membuka sesi tanya jawab untuk para suporter. Sesi tanya jawab yang disebut "Tanya Garuda" itu dibuka melalui akun Instagram PSSI, @pssi__fai, tersiar pada Selasa sore, 27 Maret 2018.

Untuk apa PSSI membuat sesi tanya jawab "Tanya Garuda"? Bahkan PSSI mengadakan polling untuk mencari nama-nama pemain untuk mengisi rubrik tanya jawab. Didapatlah nama Aqil Savik, Rachmat irianto, dan Egy Maulana Vikri. Lalu, PSSI meminta para suporter bertanya kepada tiga nama, yaitu @aqil_savik, @rachmatirianto dan @egymaulanavikri dengan cara klik tautan yang ada di bio (emoji) #PSSI #GarudaNusantara. Aturan bertanya tersebut ditulis pada caption-nya, Senin (26/3/2018).

Sebenarnya dengan membuka rubrik tersebut dan menampilkan tiga pemain belia yang masih jauh dari asam garam persepakbolaan nasional, apa maksud dan tujuan sebenarnya PSSI? Apa harapan PSSI kepada tiga pemain tersebut sehingga disandingkan langsung dengan para suporter sepak bola nasional di media sosial secara terbuka.

Terlebih tiga pemain tersebut juga baru saja turut merasakan Timnas U-19 racikan Bima Sakti dipermak Jepang dengan jumlah kemasukan gol 4, sama seperti Timnas U-19 diracik Indra Sjafri dipermalukan Korea Selatan dan Malaysia yang sama-sama dibombardir 4 gol saat Kualifikasi Piala Asia U-19 di Korea Selatan November 2017 lalu.

Apakah PSSI memikirkan akibat dari caranya membuka rubrik "Tanya Garuda" yang diviralkan di media sosial?

Sudahlah PSSI, stop membuka intrik dan politik dalam sepakbola nasional yang selalu tidak lepas dari pengamatan dan penglihatan publik publik sepakbola nasional yang haus prestasi!

Alih-alih mendapat penyegaran dan adanya tanya jawab dengan tiga pemain yang masih bau kencur itu, rubrik malah menjadi ladang bagi publik sepak bola nasional yang merindukan Indra Sjafri, dan tidak percaya lagi kepada Bima Sakti.

Siapa yang memecat Indra Syafri? Siapa yang mengangkat Bima Sakti? Semua dilakukan oleh PSSI.

Apakah rubrik itu menjadi berhasil dan menyegarkan perasaan segenap publik pecinta sepak bola nasional yang kecewa kepada tampilan Timnas U-19 dan rindu prestasi? Faktanya, malah rubrik "Tanya Garuda" menjadi wadah kekangenan pencinta sepak bola nasional dengan #saveindrasjafri yang membanjiri instagram.

Indra memang gagal total dalam kualifikasi Piala Asia U-19. Andai Indonesia bukan tuan rumah, maka Egy dan kawan-kawan tidak akan tampil di putaran final di Indonesia November mendatang. Sebab kegagalan tersebut, PSSI memecat Indra.

Kini, di awal menukangi tim yang ditanggal Indra, Bima pun langsung dicap gagal oleh publik sepak bola nasional karena Bima masih belum berpengalaman dan konsentrasinya terbelah dengan rangkap tugas menjadi asisten pelatih juga di Timnas U-23.

Haruskah PSSI menjilat ludah sendiri, menarik kembali Indra dan mendepak Bima? Lalu, untuk apa PSSI membikin rubrik "Tanya Garuda" justru dengan menampilkan pemain yang menjadi subjek tanya jawab?

Indra sudah sarat pengalaman, namun terbukti gagal meloloskan Timnas U-19 secara wajar masuk putaran final. Setali tiga uang, Bima banyak kelemahan dan kekuarangan, pun gagal di ujian kinerja sebagai pelatih di partai awal.

Menurut saya, rubrik "Tanya Garuda" hanya menjadi blunder. Tidak penting, terlebih bukan bertanya kepada sosok praktisi maupun pihak berkompeten dalam sepakbola nasional maupun di PSSI.

Meninggalkan Indra atas sepakterjangnya, lalu memberikan kesempatan kepada pelatih muda lokal dalam rangka regenerasi juga tindakan cerdas. Namun, Piala Asia masih sekitar enam bulan lagi bergulir. Masih cukup waktu bagi PSSI memberikan kepercayaan kepada Bima dengan syarat Bima konsentrasi penuh ke U-19, atau PSSI memiliki cara sendiri berpikir mengganti Bima dengan pelatih lain. Atau menjilat ludah sendiri dengan mengembalikan Indra.

Tapi tidak perlu rubrik "Tanya Garuda"! Pecinta sepak bola nasional justru membutuhkan rubrik "Publik Bertanya Sepakbola Indonesia" dan tanya kepada PSSI, mengapa sepak bola nasional selalu "seperti ini".

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun