Seiring dengan penjelmaan SUGBK menjadi stadion modern, megah, dan tetap mempertahankan cagar budaya Indonesia, serta fakta bahwa suporter sepak bola nasional adalah aset utama dalam bisnis dan industri sepak bola nasional, maka suporter wajib diberikan perhatian khusus.
Suporter harus mendapat pendidikan
Mengapa selama ini suporter terlihat sering berbuat anarkis, tidak etis, buat keributan dan sebagainya, yang akhirnya melegitimasi seolah suporter sama dengan objek negatif. Apakah ini sepenuhnya salah suporter? Â
Kita semua, selalu senangnya hanya menuntut agar suporter tertib dan beretika ketika mendukung tim atau klub kesayangannya, namun arahan dan pendidikan apa yang pernah stakeholder terkait berikan untuk suporter Indonesia secara khusus? Bahkan PSSI pun hanya bisa menghukum klub akibat ulah suporter.Â
Pertanyaannya, apa yang sudah dilakukan oleh PSSI untuk suporter? Apa yang dilakukan oleh negara untuk pendidikan suporter bahkan seluruh suporter olahraga?
Ijazah SD, SMP, SMA, Sarjana dan seterusnya yang ditempuh melalui jalur formal saja tetap belum menggaransi lahirnya lulusan yang sesuai dengan karakter bangsa ini perlukan, demi melanjutkan perjuangan bangsa hasil korban darah dan nyawa para pejuang. Elit politik dan kalangan elit bangsa pun masih lebih mementingkan diri dan golongannya.
Belum ada panduan suporter
Untuk itu, rasanya sudah menjadi barang wajib, bila suporter sepak bola nasional khususnya, dan umumnya suporter olahraga lain, diberikan tempat dan kesempatan untuk menerima pendidikan cerdas suporter Indonesia yang berlandas budaya lokal, tata krama bangsa Indonesia dalam wujud minimal berbentuk program edukasi suporter sepak bola Indonesia, agar seluruh suporter dapat memahami dirinya (jiwa, raga, kemampuan ekonomi), memahami wujud stadion sepak bola yang akan disinggahi dan bagaimana harus bersikap di dalamnya, memahami kelompok atau organisasinya, memahami kelompok suporter lainnya hingga terjadi kekeluargaan suporter Indonesia yang cerdas intelegensi dan personaliti dalam kedudukannya sebagai suporter dalam kondisi dan situasi apapun.
Hingga detik ini, belum ditemukan di jagad bumi ini, negara yang pernah secara khusus mengedukasi suporter sepak bola dengan program formal. Bila, Indonesia melakukannya melalui Pusat Pengelolaan Komplek Gelora Bung Karno di bawah Kementerian Sekretariat Negara Republik Indonesia, maka inilah program edukasi suporter sepak bola pertama di dunia.Â
Setali tiga uang, GBK sebagai stadion termegah resmi beroperasi, suporter yang kelak terdidik pun tetap menggaransi bisnis dan industri sepak bola nasional. Suporter terdidik dan cerdas, maka bisnis dan industrinya pun senantiasa akan mereguk keuntungan karena stadion-stadion selalu siap dan layak pakai bukan hanya dikelola oleh pengelola stadion, namun juga dirawat dan dilindungi oleh suporter terdidik.
Banyak rumah mewah yang dikelilingi tembok tinggi dan kokoh, namun tetap kemalingan. Tetapi banyak rumah-rumah mewah yang tanpa tembok keliling, justru aman dari maling. Mengapa? Banyak murid bersalah, siapa yang sebenarnya bertanggung jawab atas salahnya murid? Banyak guru berbuat salah, mengapa kepala sekolah tidak bertanggung jawab? Banyak orangtua menyalahkan anaknya. Mengapa anaknya berbuat salah? Suporter tidak etis? Apakah sepenuhnya salah suporter?