Meski berperingkat lebih rendah 6 tingkat dari Indonesia, tengok pengalaman saat timnas U-22 meladeni Timor Leste yang hanya berperingkat 196 di SEA Games lalu. Evan Dimas cs hanya mampu melesakan sebiji gol, itupun dengan susah payah dan lebih banyak memepertunjukkan permainan emosi.
Jadi, sore ini semoga Milla, kembali dapat meracik strategi yang dapat memenangkan timnas, sekaligus menjadi kemenangan kedua Milla bersama timnas senior, karena sebelumnya Milla baru mampu memepersembahkan masing-masing 1 kali menang, 1 kali seri, dan 1 kali kalah.
Bila para pemimpin kita  belum lah cerdas dalam menyiapkan pertandingan timnas, meski jelas-jelas hasilnya berpengaruh dalam ranking FIFA, maka para pemain tidak boleh terpengaruh. Melawan Fiji, kalah apalagi seri, jelas hanya akan menguntungkan timnas Fiji. Maka, menang menjadi kamus wajib.
Cerdaslah dalam teknik, cerdaslah dalam intelegensi, cerdaslah dalam personaliti, dan cerdaslah dalam fisik, maka menang permainan dan menang gol menggaransi kata unggul. Tidak egois dan sok individualis, maka timnas melibas Fiji. Meski saya tetap bertanya, mengapa Timnas senior bisa-bisanya harus melawan Fiji, bukan Palestina atau negara lain yang berperingkat lebih tinggi!Â
Risikonya, saat publik sepakbola nasional haus prestasi, maka seri atau menang melawan Fiji, maka tak mungkin dihindari komentar publik yang bilang "Cuma melawan Fiji, pantas menang". Lalu bila kalah, apa kira-kira komentar publik ya? Karena dari dua laga yang telah dimainkan sebelumnya, skor Indonesia-Fiji draw. Yuk, kita buktikan!
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H