Mohon tunggu...
Supartono JW
Supartono JW Mohon Tunggu... Konsultan - Pengamat
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Untuk apa sembuhkan luka, bila hanya tuk cipta luka baru? (Supartono JW.15092016) supartonojw@yahoo.co.id instagram @supartono_jw @ssbsukmajayadepok twiter @supartono jw

Selanjutnya

Tutup

Bola Artikel Utama

Mengapa Harus Melawan Fiji?!

2 September 2017   10:33 Diperbarui: 2 September 2017   12:24 3291
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Timnas Indonesia. Kompas.com

Ironis! Mengapa sih, timnas senior harus melakukan uji coba melawan Fiji? Negara kepulauan di selatan Samudra Pasifik yang di catatan FIFA hanya berangking 181, sementara Indonesia di posisi 175.

Bukan persolaan meremehkan kekuatan timnas Fiji, namun uji coba persahabatan resmi yang masuk dalam daftar agenda FIFA memang bertujuan mendongkrak rangking FIFA. Bagi Fiji uji coba ini jelas lebih menguntungkan karena melawan tim yang memiliki ranking di atasnya.

Fiji bukanlah lawan asing bagi timnas Indonesia karena keduanya pernah bertanding dua kali. Pertemuan Indonesia dan Fiji terjadi dalam ajang kualifikasi Piala Dunia Spanyol 1982. Dalam laga pertama di Suva pada 31 Mei 1981, laga berakhir 0-0. Sedangkan pertandingan kedua di Senayan, Jakarta, pada 10 Agustus 1981, berakhir 3-3.

Secara rumus hitungan rangking FIFA, jelas Fiji lebih diuntungkan, kendati timnya nanti hanya menahan seri timas Garuda, apalagi bila Fiji sanggup melibas penggawa Garuda. Namun, bila akhirnya Fiji takluk oleh Boas dan kawan-kawan, juga bukan kerugian bagi Fiji.

Ke mana PSSI?

Pertanyaannya, ke mana saja PSSI? Bukankah agenda uji coba resmi FIFA sudah terjadwal pasti area pekan dan bulannya? Atau apakah karena timnas negara lain juga malas melakukan uji coba melawan timnas yang hanya berperingkat 175? Atau karena hal lain?

Menurut Sekjen PSSI, Ratu Tisha, PSSI sebenarnya sudah berusaha mengirim undangan ke sejumlah federasi sepakbola negara lain untuk mengajak mereka berlatih tanding. Namun ternyata kebanyakan dari mereka tak bisa memenuhi undangan tersebut.

"Kami sudah kirim ke banyak federasi, ternyata mereka pun banyak yang sudah punya persiapan atau agenda. Jadi pas yang kebetulan kosong itu Fiji dulu," ujar Tisha, Rabu (23/8/2017). Selain Fiji, sebenarnya sempat ada pula ajakan dari timnas Palestina. Akan tetapi, pertandingan itu sulit dilaksanakan karena faktor keterbatasan waktu.

Nah, mengapa timnas negara lain menjawab demikian? Sudah punya persiapan atau agenda! Berarti selama ini PSSI memang tidak melakukan persiapan dan agenda dong? Lalu, mengapa timnas justru menolak ajakan dari timnas Palestina yang berangking jauh di atas Indonesia? Berdasarkan rilis FIFA 10 Agustus 2017, Palestina berada di peringkat 93. Puluhan digit di atas Indonesia dan Fiji yang tercecer di 175 dan 181.

Peringkat Asia Tenggara

Sebenarnya, uji coba resmi FIFA ini sangat signifikan untuk turut mendongkrak ranking FIFA Indonesia. Setidaknya, dapat mengembalikan kejayaan sepakbola nasional di level atas negara-negara Asia Tenggara.

Di Asia Tenggara, hanya tingga negara yang berada di bawah Indonesia, yaitu Kamboja (176), Brunei Darussalam (188), dan Timor Leste (196). Sementara negara Asia Tenggara yang mengangkangi timnas adalah, Singapura (171), Laos (170), Malaysia (166), Myanmar (157), Vitenam (134), Thailand (130), dan Filipina (127).

Sungguh memiriskan hati, tatkala timnas tercecer, hasil SEA Games juga memilukan. Pertanyaanya, kapan para pemimpin kita memerhatikan sektor olahraga dan sepak bola? Zaman Presiden Soeharto, posisi ke-2 SEA Games saja merupakan aib. Kini, posisi ke-5, pemimpin kita biasa-biasa saja.

Dari dulu, timnas kita termasuk raja bersama Thailand, tapi sekarang, penggawa Garuda hanya mampu bertengger di atas Kamboja, Brunei, dan Timur Leste.

Bila pemimpin kita bermimpi, timnas Indonesia dapat meraih posisi empat besar di Asian Games 2018 saat kita menjadi tuan rumah, dan tim Asian Games Indonesia juga dapat meraih minimal 10 emas, tengok dulu keberadaan lawan-lawan kita di Asia Tenggara!

SEA Games kita hanya dapat posisi ke-5, sementara timnas hanya posisi ke-3. Nah, siapa lawan-lawan di Asian Games nanti? Apakah kurun waktu tidak lebih dari 1 tahun dapat menyulap atlet-atlet kita menjadi superman/superwomen? Belum lagi, kendala pendanaan juga menjadi hambatan, bahkan para pelatih dan atlet kita masih belum terbayarkan honor/gajinya.

Pendaanaan lain

Tunggakan honor/gaji atlet dan pelatih kita ternyata menjadi bumerang atas prestasi olahraga nasional. Jelas ini berbanding lurus. Apakah pemerintah malu? Bukankah di dalam tubuh yang sehat terdapat jiwa yang kuat? Nyatanya, keterpurukan atlet kita dalam SEA Games Malaysia, apakah mengindikasikan kebenaran bahwa atlet kita tidak sehat, karena jiwanya tidak kuat? Atau para pemimpin kita yang tidak sehat, karena jiwanya tidak kuat/sakit?

Atas permasalahan anggaran olahraga yang memang selama ini mengandalakan RAPBN, Kemenpora meluncurkan akan adanya model pendanaan lain untuk olahraga nasional, yaitu dengan menggandeng pihak swasta termasuk rakyat.

Bila model pendanaan ini bisa lulus izin dan berjalan, apakah tidak akan mengulang kasus lama pendanaa olaraga nasional yang menuai pro-kontra dan masalah? Belum lagi akan ada banyak pihak yang mencoba mengendalikan dan memanfaatkan dana-dana semacam ini dan menjadi sarang korupsi baru?

Timnas, bermainlah dengan cerdas!

Kembali ke persoalan timnas senior yang akan melakoni laga sore nanti di Stadion Patriot Candrbahaga Bekasi, meski yang di hadapi timnas Fiji yang hanya berperingkat 181, para penggawa timnas senior jangan jemawa dan membusungkan dada dulu sebelum, benar-benar menunjukkan ke publik sepakbola nasional kalian mampu menaklukan pasukan Fiji.

Meski berperingkat lebih rendah 6 tingkat dari Indonesia, tengok pengalaman saat timnas U-22 meladeni Timor Leste yang hanya berperingkat 196 di SEA Games lalu. Evan Dimas cs hanya mampu melesakan sebiji gol, itupun dengan susah payah dan lebih banyak memepertunjukkan permainan emosi.

Jadi, sore ini semoga Milla, kembali dapat meracik strategi yang dapat memenangkan timnas, sekaligus menjadi kemenangan kedua Milla bersama timnas senior, karena sebelumnya Milla baru mampu memepersembahkan masing-masing 1 kali menang, 1 kali seri, dan 1 kali kalah.

Bila para pemimpin kita  belum lah cerdas dalam menyiapkan pertandingan timnas, meski jelas-jelas hasilnya berpengaruh dalam ranking FIFA, maka para pemain tidak boleh terpengaruh. Melawan Fiji, kalah apalagi seri, jelas hanya akan menguntungkan timnas Fiji. Maka, menang menjadi kamus wajib.

Cerdaslah dalam teknik, cerdaslah dalam intelegensi, cerdaslah dalam personaliti, dan cerdaslah dalam fisik, maka menang permainan dan menang gol menggaransi kata unggul. Tidak egois dan sok individualis, maka timnas melibas Fiji. Meski saya tetap bertanya, mengapa Timnas senior bisa-bisanya harus melawan Fiji, bukan Palestina atau negara lain yang berperingkat lebih tinggi! 

Risikonya, saat publik sepakbola nasional haus prestasi, maka seri atau menang melawan Fiji, maka tak mungkin dihindari komentar publik yang bilang "Cuma melawan Fiji, pantas menang". Lalu bila kalah, apa kira-kira komentar publik ya? Karena dari dua laga yang telah dimainkan sebelumnya, skor Indonesia-Fiji draw. Yuk, kita buktikan!

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun