Begitupun alasan si kaya. Daripada membuang waktu di sekolah, mendingan buat mengurus usaha atau bisnis keluarga. Supaya bisnisnya semakin maju. Kekayaan keluarga semakin bertambah dan perusahaan semakin membesar.
Hmmm. Â Begitulah pemikiran mereka. Keliru, jika tidak disebut salah. Namun, bisa jadi karena kondisi.Â
Tapi, mungkin kita bisa sepakat kalau lebih banyak orang yang sadar bahwa pendidikan itu penting.Â
Meskipun dengan berbagai alasannya. Alasan yang jika ditinjau dengan teori mutakhir zaman ini bisa jadi keliru.Â
Seperti alasan ini. Orang tua menyekolahkan anaknya tinggi-tinggi agar kelak mudah mencari kerja. Ijazahnya menjadi jaminan kemudahan melamar pekerjaan. Semakin tinggi ijazahnya, semakin besar pula daya tawarnya.
Nah, sekarang kan, bagi teori pendidikan kekinian, motivasi seperti ini perlu dikoreksi. Paradigma bahwa sekolah hanya untuk mengejar gelar atau ijazah agar dapat pekerjaan perlu diluruskan.
Sebab, banyak pula yang pada akhirnya bekerja yang tidak sesuai dengan pendidikannya. Misalnya, dia lulusan pertanian atau peternakan bekerja di bank. Masih banyak contoh lainnya.Â
Makna pendidikan bukan itu. Bahwa pendidikan merupakan sebuah usaha untuk mendapatkan pengetahuan, mengembangkan potensi, dan menyiapkan kehidupan di kemudian hari.Â
Lihat pada sistem pendidikan nasional kita, bahwa tujuan pendidikan adalah mencerdaskan kehidupan bangsa dan mengembangkan manusia Indoensia seutuhnya, yaitu manusia yang beriman dan bertaqwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa dan berbudi pekerti luhur, memiliki pengetahuan dan keterampilan, kesehatan jasmani dan rohani, kepribadian yang mantap dan mandiri serta rasa tanggung jawab kemasyarakatan dan kebangsaan.
Dewasa ini, pendidikan Indonesia mengarahkan agar seseorang itu berkarakter baik. Dengan berbagai keahliannya, seseorang diminta untuk memberikan sumbangsihnya bagi bangsa.
 Apapun Pendidikannya, Keluarga Yang Utama