Terbukti berdasar laporan Badan Pusat Statistik (BPS) per Desember Tahun 2020 pada kuartal IV, pertumbuhan ekonomi Indonesia masih mengalami resesi.
Pertumbuhan ekonomi kuartal IV tercatat sebesar -2,19 persen secara year on year. Sedangkan pertumbuhan di kuartal iv secara q to q mengalami kontraksi -0,42 persen. Angka yang signifikan yang sebelumnya belum pernah terjadi di era reformasi.Â
Sektor pariwisata adalah sektor di luar komoditi yang berperan sebagai penyangga perekonomian serta penciptaan lapangan kerja bagi masyarakat di Indonesia. Selama setahun ini mengalami hantaman telak karena imbas pandemi global ini.
Pariwisata adalah suatu daya tarik destinasi yang mampu menggerakkan mayoritas aktivitas ekonomi di suatu negara atau wilayah yang berhubungan dengan transportasi, penciptaan lapangan kerja, perhotelan, properti dan menarik devisa Luar Negeri.
Berdasar data statistik kunjungan wisman yang melewati gerbang pintu bandara Sukarno -Hatta mengalami penurunan hingga -82,60 persen (Data Badan Pusat Statistik tahun 2020).
Ditambah dengan terbatasnya wisatawan lokal yang melaksanakan aktivitas konsumtif dalam bentuk berwisata karena adanya ketakutan dalam berpergian agar tidak tarpapar virus atau adanya kebijakan PSBB sehingga yang ingin berwisata pun akhirnya mengurungkan niatnya.Â
Hal tersebut bisa dibuktikan dengan situasi Bali saat ini, di jalanan Pantai Kuta, Sanur, Nusa Dua, dan destinasi wisata lainnya yang terlihat lengang seperti halnya perayaan Nyepi.
Ditambah keluh kesah para pedagang kaki lima di pasar seni Ubud yang mengeluhkan tidak adanya pembeli yang datang untuk melihat dagangan selama satu minggu, melihat saja tidak ada apalagi membeli. Jeritan itu juga diutarakan oleh pedagang nasi Jinggo yang mengatakan beruntung jika dagangannya terjual semalam 10 bungkus dari yang biasanya mampu menjual hingga 100 bungkus.
Gerai-gerai toko UMKM di sekitar tempat wisata yang tidak terurus, memberikan gambaran dahsyatnya perubahan serta imbas negatif dari wabah global covid-19.
Jika dilihat di iklan lelang, banyak sekali hotel-hotel yang dijual karena tidak mampu membiayai operasional selama satu tahun ini. Baik di Bali, Yogyakarta atau destinasi wisata nasional di Indonesia.
Situasi yang sangat memprihatinkan apabila dibandingkan dengan krisis moneter di tahun 1998. Karena krisis moneter tahun 1998 imbas negatif dirasakan hanya kepada pelaku ekonomi makro, sedangkan ekonomi mikro mesih bisa bertahan. Namun, untuk masa pandemi ini 'soko guru' ekonomi mikro pun juga ikut tersapu derasnya badai pandemi covid-19.