Mohon tunggu...
Sunan Amiruddin D Falah
Sunan Amiruddin D Falah Mohon Tunggu... Administrasi - Staf Administrasi

NEOLOGISME

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Kisah Kasih di Sekolah dan Penyalahgunaan Fungsi Toilet

20 Desember 2024   19:52 Diperbarui: 20 Desember 2024   19:52 34
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi (TOTO SIHONO)/regional.kompas.com

Sebanyak lima orang terduga perundungan di sebuah sekolah negeri di Jakarta bakal dikeluarkan per tanggal 20 Desember 2024 setelah pembagian raport semester ganjil di sekolah tersebut. Informasi tersebut sudah disampaikan kepada orang tua pelaku sebagai konsekuensi atas perbuatan mereka ke salah seorang teman kelas angkatan bawahnya. 

Dari berbagai informasi yang tersaji di berbagai portal berita online, kasus perundungan atau penganiayaan yang sedang disorot masyarakat tersebut, terjadi di dalam toilet sekolah. Kasus-kasus semacam, yang menyalahgunakan fungsi toilet sekolah terjadi di banyak sekolah di mana pun di banyak daerah dan belahan dunia. 

Tidak hanya terbatas pada sekolah-sekolah negeri atau swasta dengan fasilitas toilet kurang memadai tetapi juga menyasar sekolah-sekolah dengan failitas toilet kelas premium. Fenomena penyalahgunaan fungsi toilet bahkan tidak hanya dilakukan oleh peserta didik, para pendidik dan staf pendukung pendidikan di dalamnya pun seringkali menjadi pelaku penyalahgunaan fungsi toilet.

Salah satu penyalahgunaan fungsi toilet, yang dilakukan oleh hampir semua generasi mulai dari generasi silent, baby boomers, X, Y hingga Z adalah menggunakan toilet untuk tempat berkisah kasih, asmara, kencan, pacaran, ngedate atau apa pun istilah semacam itu. Gambaran penyalahgunaan toilet pernah terbaca dari sebuah lirik lagu berjudul "Kisah Kasih di Sekolah"lewat bait pertama:  

Resah dan gelisah

Menunggu di sini

Di sudut sekolah 

Tempat yang kau janjikan 

Ingin jumpa denganku 

Walau mencuri waktu

Berdusta pada guru

Bagi anak sekolah tahun 1987-1990an tentu masih ingat dengan sebait lagu di atas. Bait awal lagu berjudul Kisah Kasih di Sekolah ciptaan penyanyi lawas Obbie Mesakh, yang kembali dipopulerkan oleh Chrisye di sekira tahun 2002.

Sebuah lagu bertema cinta, tentang kisah kasih sepasang remaja yang pacaran di masa-masa sekolah dan sekaligus cerminan gaya pacaran anak sekolah pada masa itu. Janjian dengan pacar di salah satu sudut sekolah. Biasanya di lokasi-lokasi agak tersembunyi seperti kantin, sudut perpustakaan, aula, toilet atau sudut ruang lainnya di sekolah.

Oleh karenanya saat itu lagu Kisah Kasih di Sekolah menjadi lagu hit yang dinyanyikan oleh anak-anak sekolah, yang seringkali dinyanyikan dengan memelesetkan lokasi pertemuannya untuk menyesuaikan ke kisah masing-masing pasangan pada waktu itu. 

Kata 'sudut' yang menunjukkan lokasi pertemuan umumnya lebih sering diganti dengan kata 'kantin' atau 'toilet'. Kemudian entah mengapa kebanyakan mereka lebih memilih toilet sekolah. Begitu pun pengalaman yang pernah saya saksikan pada masa-masa itu. Para pelajar yang sudah pacaran, kerap janji bertemu di toilet sekolah. Ada apa dengan toilet sekolah? 

Di Sekolah Menengah Atas (SMA) tempat saya menimba ilmu, letak toilet terbilang sangat strategis terutama bagi murid-murid yang memiliki pikiran kotor. Toilet berada tepat di belakang kelas-kelas dan hanya bisa diakses melalui satu lorong yang letaknya juga berada di bagian belakang. 

Pikiran kotor di sini merujuk pada pengertian buang sampah sembarangan di sekitar dan di dalam toilet, corat-coret dinding toilet, tidak menjaga kebersihan toilet, dan pikiran kotor yang erat kaitannya dengan perbuatan asusila. Tetapi apakah benar pikiran pelajar sekotor itu? 

Berangkat dari cara bertemu dengan mencuri waktu dan melakukan dusta pada guru, bukan tidak mungkin perbuatan tercela lainnya akan dilakukan oleh mereka yang berani mencuri waktu dan berbohong. Tetapi saya tidak terlalu terburu-buru berprasangka. 

Sebab ketika dalam suatu kesempatan lomba membuat taman, dan selama beberapa hari sejak pagi sampai sore hari posisi saya berada dekat toilet, saya tak melihat pasangan kekasih yang janjian di toilet melakukan perbuatan tercela. Kecuali obrolan biasa yang sesekali mengandung gombalan. Saya juga tidak melihat para pelajar yang membuang sampah sembarangan, corat-coret, atau tidak menjaga kebersihan toilet.

Barangkali memang kebetulan saya tak melihat atau mereka tak berani melakukan karena keberadaan saya di situ. Mungkin juga karena di sekolah saya pendidikan agama diajarkan jauh lebih dominan. Tapi bila berkaca pada lagu Kisah Kasih di Sekolah bait kedua, sepertinya pada masa itu para pelajar memang masih cenderung menjunjung tinggi nilai, adab, norma atau agama. 

Malu aku malu 

Pada semut merah

Yang berbaris di dinding

Menatapku curiga

Seakan penuh tanya:

Sedang apa di sini?

Menanti pacar, jawabku

Bunyi bait kedua lagu Kisah Kasih di Sekolah menunjukkan kesan bahwa generasi muda kala itu masih mempunyai rasa malu yang tinggi. Artinya mereka masih menjunjung nilai, adab, norma dan agama. Setidaknya, kesan ini yang memang saya alami di sekolah ketika itu. Sama semut merah saja mereka malu dan mau menjawab rasa curiga yang sesungguhnya berasal dari rasa mereka sendiri.

Lalu sependek yang saya tahu, kenakalan atau perbuatan tercela yang teman-teman saya lakukan pada masa itu cenderung masih sebatas mencuri waktu atau membolos, berbohong, membangkang atau pelanggaran-pelanggaran kecil yang tidak bersifat tindakan kriminal. Meskipun demikian, di luar sepengetahuan yang panjang, saya tidak mengetahuinya.         

Namun yang patut saya dan teman-teman pahami, bahwa letak strategis toilet yang dimaksud sebenarnya cenderung bertujuan agar aroma bau yang bisa ditimbulkan dari toilet oleh hembusan angin tidak terbawa ke ruang-ruang kelas, dan kesan jorok serta kotor yang dapat diperlihatkan oleh toilet tidak sering dilihat oleh orang-orang yang lalu-lalang bila lokasi toilet diposisikan di depan bagunan sekolah.

Jauh berbeda dengan masa sekarang, ketika toilet sekolah disalahgunakan fungsinya dan menjadi sorotan masyarakat karena banyaknya berita negatif dan kasus-kasus yang lokasinya terjadi di toilet sekolah. Seperti menjadikan toilet sekolah sebagai titik kumpul perencanaan tawuran, perundungan, tempat merokok, memakai narkoba, bermanja-manjaan, pacaran tak sehat, pelecehan seksual,  berbuat mesum hingga berhubungan seksual bahkan membunuh dan membuang janin. 

Berdasarkan semua informasi itu, toilet sekolah seharusnya bukan lagi sekadar menjadi tolak ukur kebersihan dan kesehatan sekolah tetapi juga menjadi tolak ukur atau cerminan pergaulan, kapasitas psikis, mental dan perilaku murid-murid yang bersekolah di dalamnya. 

Termasuk kapasitas psikis dan mental para pendidik dan staf sekolah yang mendukung. Yang ujungnya akan menunjukkan bahwa sekolah dengan toilet penyalahgunaan semacam itu, muridnya, gurunya atau staf sekolah pendukungnya cenderung memiliki kapasitas psikis dan mental yang rendah secara keseluruhan.

Oleh karena itu, sebagian besar orang tua murid sekarang akan mengamati kebersihan dan kesehatan toilet sekolah sekaligus mencari tahu aktivitas lain yang pernah terjadi di toilet sekolah selain fungsi utamanya ketika hendak mendaftarkan anaknya di sebuah sekolah. . Ibarat tubuh, toilet sekolah merupakan bagian kecil dari jantungnya sekolah. 

Jadi mau pilih berkisah kasih di sekolah di sudut mana? Mau pilih romansa tempo dulu yang cukup bahagia dengan saling berjumpa, saling memandang, berbicara, bermanja dalam batasan dan senang mendengar gombalan atau rayuan serta masih punya rasa malu. Atau memilih fokus belajar untuk mencerdaskan diri. 

Tetapi yang pasti, jangan mau memilih berkisah kasih ala generasi masa kini yang cenderung memandang bahagia dari sisi kepuasan saling bersentuhan hingga melampiaskan kepuasan nafsu di toilet sekolah. Termasuk aktivitas perbuatan tercela lainnya dengan menyalahgunakan fungsi toilet sekolah, yang memiliki risiko hancurnya masa depan masing-masing individu dan juga merusak nama baik sekolah serta menghancurkan masa depan sekolah itu sendiri.        

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun