Berdusta pada guru
Bagi anak sekolah tahun 1987-1990an tentu masih ingat dengan sebait lagu di atas. Bait awal lagu berjudul Kisah Kasih di Sekolah ciptaan penyanyi lawas Obbie Mesakh, yang kembali dipopulerkan oleh Chrisye di sekira tahun 2002.
Sebuah lagu bertema cinta, tentang kisah kasih sepasang remaja yang pacaran di masa-masa sekolah dan sekaligus cerminan gaya pacaran anak sekolah pada masa itu. Janjian dengan pacar di salah satu sudut sekolah. Biasanya di lokasi-lokasi agak tersembunyi seperti kantin, sudut perpustakaan, aula, toilet atau sudut ruang lainnya di sekolah.
Oleh karenanya saat itu lagu Kisah Kasih di Sekolah menjadi lagu hit yang dinyanyikan oleh anak-anak sekolah, yang seringkali dinyanyikan dengan memelesetkan lokasi pertemuannya untuk menyesuaikan ke kisah masing-masing pasangan pada waktu itu.Â
Kata 'sudut' yang menunjukkan lokasi pertemuan umumnya lebih sering diganti dengan kata 'kantin' atau 'toilet'. Kemudian entah mengapa kebanyakan mereka lebih memilih toilet sekolah. Begitu pun pengalaman yang pernah saya saksikan pada masa-masa itu. Para pelajar yang sudah pacaran, kerap janji bertemu di toilet sekolah. Ada apa dengan toilet sekolah?Â
Di Sekolah Menengah Atas (SMA) tempat saya menimba ilmu, letak toilet terbilang sangat strategis terutama bagi murid-murid yang memiliki pikiran kotor. Toilet berada tepat di belakang kelas-kelas dan hanya bisa diakses melalui satu lorong yang letaknya juga berada di bagian belakang.Â
Pikiran kotor di sini merujuk pada pengertian buang sampah sembarangan di sekitar dan di dalam toilet, corat-coret dinding toilet, tidak menjaga kebersihan toilet, dan pikiran kotor yang erat kaitannya dengan perbuatan asusila. Tetapi apakah benar pikiran pelajar sekotor itu?Â
Berangkat dari cara bertemu dengan mencuri waktu dan melakukan dusta pada guru, bukan tidak mungkin perbuatan tercela lainnya akan dilakukan oleh mereka yang berani mencuri waktu dan berbohong. Tetapi saya tidak terlalu terburu-buru berprasangka.Â
Sebab ketika dalam suatu kesempatan lomba membuat taman, dan selama beberapa hari sejak pagi sampai sore hari posisi saya berada dekat toilet, saya tak melihat pasangan kekasih yang janjian di toilet melakukan perbuatan tercela. Kecuali obrolan biasa yang sesekali mengandung gombalan. Saya juga tidak melihat para pelajar yang membuang sampah sembarangan, corat-coret, atau tidak menjaga kebersihan toilet.
Barangkali memang kebetulan saya tak melihat atau mereka tak berani melakukan karena keberadaan saya di situ. Mungkin juga karena di sekolah saya pendidikan agama diajarkan jauh lebih dominan. Tapi bila berkaca pada lagu Kisah Kasih di Sekolah bait kedua, sepertinya pada masa itu para pelajar memang masih cenderung menjunjung tinggi nilai, adab, norma atau agama.Â
Malu aku maluÂ