Fisik jompo, yang kemudian dialami oleh banyak kawula muda atau remaja merujuk pada generasi Z, yang memang sebagian besar menjadi pelaku phubbing, mager, rebahan atau sibuk dalam diam. Ujung-ujungnya, berakhir bising dengan keluhan dan melalui otak kanannya, keluhan tersebut dinarasikan secara ekspresif dan kreatif dalam bentuk kata, frasa atau kalimat (quotes) baru.Â
Jam koma misalnya, merupakan salah satu bentuk frasa yang tidak terimplikasi datang dari kesungguhan yang terjadi atas istilah yang digunakan untuk menggambarkan kondisi kelelahan ekstrem yang sering dialami oleh Gen Z pada jam-jam tertentu akibat kelelahan bekerja, melainkan kondisi kelelahan akibat sibuk dalam diam.Â
Suatu bentuk keluhan diri yang cenderung berupaya menunjuk kambing hitam atas perilaku phubbing, mager atau sibuk dalam diam yang mereka lakukan dan menyebabkan kelelahan, lalu dengan cara mengeluh di media sosial melalui narasi frasa baru 'jam koma' agar kelelahan itu terbaca sebagai akibat dari kesibukkan kerja.Â
Berikutnya, narasi keluhan semacam keluar lagi melalui frasa baru 'remaja jompo' dengan kecenderungan mengkambinghitamkan waktu dan jarak tempuh atau aktivitas kesibukkan lain yang akar permasalahannya cenderung identik berasal dari atau berbasis perilaku phubbing, mager atau sibuk dalam diam.Â
Remaja jompo yang dimaknakan sebagai remaja yang mudah mengalami kelelahan, pegal, sakit punggung dan pinggang, badan lemas, serta sering pusing-pusing, akibat waktu dan jarak tempuh atau sibuk bekerja, hanya merupakan cara mengeluh secara ekspresif dan kreatif di media sosial dalam frasa baru dengan kecenderungan akibat dari kelelahan aktivitas sibuk dalam diam.
Berbagai keluhan yang lalu diungkap atau dicurhatkan melalui media sosial oleh umumnya generasi Z (dapat dipastikan ini ulah generasi topping/generasi ngonten), tetapi di balik keluhan itu sesungguhnya tersimpan akar masalah yang sebenarnya dan tidak diungkapkan oleh mereka, adalah bagian dari ketergantungan terhadap gawai dan fasilitas ketersediaan internet yang tidak mampu dikendalikan secara positif serta tidak ingin diakui sebagai kelemahannya.
Kenyataannya, keluhan-keluhan yang mereka ungkap melalui media sosial terindikasi sempurna masuk ke dalam kategori generasi strawbery, yaitu generasi yang disebut mudah menyerah, lunak, gampang sakit hati dan sebentar-bentar curhat. Indikasi ini pula yang kerap terjadi melalui media sosial dengan cara menarasikan kata, frasa  atau kalimat (quotes) yang di dalamnya terkandung unsur keluhan.
Indikasi fakta tersebut selaras dengan 3 (tiga) kecenderungan generasi Z yang terlalu suka ikut tren (FOMO), terlalu mudah menilai diri mengalami kondisi tertentu hanya berdasarkan searching by internet (self-diagnosed)Â dan merasa paling dimusuhi oleh generasi lainnya. 3 (tiga) fakta itulah yang kemudian ikut menumbuhkan generasi pendengung. Mengungkapkan rasa apa pun lewat konten. Â Â
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KKBI), pendengung adalah orang yang menyebarkan rumor atau gosip (terutama melalui media sosial) untuk menjadi perhatian banyak orang supaya hal tersebut menjadi perbincangan banyak orang. Sedangkan menurut definisi lain, pendengung adalah seseorang yang bekerja untuk mendengungkan (buzz) pesan atau pandangan tertentu mengenai persoalan, gagasan, atau merek, agar terlihat sealami mungkin.
Mengacu dari dua definisi pendengung tersebut, yang dimaksud generasi pendengung di sini berarti merujuk pada orang-orang  yang menyebarkan rumor, gosip, keluhan, curhat, persoalan, gagasan, merek atau perkara bidang apa pun melalui platform digital atau paltform media sosial dalam segala bentuk dan konteks, baik berdasarkan keresahan pribadi atau kelompok maupun atas perintah dengan mendapatkan sejumlah bayaran.
Dengan demikian, generasi pendengung lahir dari kesibukkan yang tidak memerlukan aktivitas fisik alias diam. Tetapi dalam fisiknya yang diam, mereka senantiasa akan memunculkan kebisingan berupa rumor, gosip, keluhan, curhat, persoalan, gagasan, merek atau perkara apa pun lainnya dalam aktivitas fisik mereka yang diam, yang dalam kesempatan ini berfokus pada keluhan.Â