Pagi tadi saat berangkat kerja dengan mengendarai sepeda motor, saya melintasi rumah seorang teman. Tepat di teras depan pintu rumahnya, saya melihat tiga remaja laki-laki dan seorang laki-laki duduk bersama. Tak ada piring makanan dihadapan mereka. Tak ada sajian gelas-gelas kopi atau teh.
Saya mengenali keempat laki-laki itu. Dua remaja laki-laki adalah anak kembar dari teman saya, seorang remaja lainnya merupakan keponakan, dan yang seorang laki-laki dewasa adalah adiknya. Mereka berempat tidak sedang berdiskusi. Mereka sibuk dalam diam. Apa yang menyibukkan mereka dalam diam?
Apalagi kalau bukan telepon genggam alias smartphone. Keempatnya menunduk fokus ke layar telepon sementara jari-jari mereka tak berhenti bergerak. Kuat dugaan saya, dua anak remaja dan satu ponakan sibuk bermain game online sedangkan adik laki-lakinya sibuk dengan grup whatapps.
Bergerak menjauh dari rumah itu, di tengah perjalanan di tepian sebuah lintasan dekat pertokoan, tiga orang laki-laki sedang duduk dengan gelas-gelas yang mungkin berisi kopi atau teh. Ketiganya tidak sedang berbincang, melainkan sibuk dengan telepon cerdasnya masing-masing.
Di sudut-sudut restoran sebelum makanan disajikan, di ruang tamu, di aula, di ruang-ruang publik, di ruang tunggu atau di mana pun, hari ini, esok dan nanti entah sampai kapan, masih akan terlihat orang-orang yang sibuk dalam diam. Sendirian atau dalam kelompok tanpa bicara sepatah kata atau saling bercakap. Semua hanya sibuk pada satu alat yang ada di genggaman masing-masing.Â
Istilah beken perilaku sibuk dalam diam ini adalah phubbing. Perilaku phubbing dilakukan oleh hampir semua orang yang memiliki telepon genggam cerdas atau gawai. Perilaku tersebut menarasikan pula tentang generasi menunduk atau rebahan tapi sibuk dengan telepon genggamnya, biasa disebut juga perilaku males gerak atau mager.Â
Phubbing atau mager jika merujuk pada istilah medis identik dengan sedentary lifestyle, yakni pola hidup yang tidak sehat, dimana seseorang dengan gaya hidup tersebut cenderung malas bergerak atau malas melakukan aktivitas fisik. Pola hidup seperti inilah yang sedang melanda kaum remaja atau muda di banyak daerah hingga negara. Yaitu, sibuk dalam diam.
Kesibukkan mereka sangat cenderung pada aktivitas olah otak, hal ini pun jika melihat dampaknya, aktivitas otak yang mereka gunakan untuk sibuk dalam diam didominasi oleh bagian otak kanan. Sebab otak kanan memang berfungsi untuk mengerjakan tugas-tugas ekspresif dan kreatif.
Kelirunya, dominasi penggunaan otak kanan di ruang-ruang digital seringkali mengabaikan tugas dan potensi otak kiri. Sehingga pengolahan data dan informasi yang seharusnya diselesikan oleh otak kiri coba diselesaikan pula oleh otak kanan. Sebaliknya, otak kanan yang seringkali mengerjakan tugas untuk pekerjaan otak kiri jadi cenderung mati rasa dan mati daya, sampai daya nalar kritis logis orang-orang yang menggunakannya justru menjadi lumpuh.Â
Akibatnya, ketika fisik mulai digerogoti oleh kelelahan otak yang dijalankan tidak sesuai peruntukkannya dan tanpa disadari telah menyerang massa otot, yang pada gilirannya saat hal itu terjadi terus-menerus, serta tidak diimbangi oleh olah raga, istirahat yang cukup dan pola makan sehat, orang-orang yang sibuk dalam diam akan mengalami jompo.Â