Menguak Boneka Labubu yang Sedang Viral
Belakangan ini boneka Labubu mencuri perhatian. Masyarakat rela mengantre panjang demi mendapatkan satu atau lebih seri 'The Monsters' boneka Labubu karya seniman asal Hongkong, Kasing Lung.Â
Dari tampilan fisik dan desainnya, boneka mungil berwujud monster ini memang tampak layak untuk mendapatkan atensi publik. Menarik, unik dan menantang ketimbang disebut menggemaskan karena ciri khas senyum yang diperlihatkan selalu menunjukkan barisan gigi runcingnya yang agak mengerikan. Tapi siapa sangka, boneka Labubu kini menggemparkan dunia maya?Â
Berdasarkan hasil penelusuran dari berbagai portal berita daring, karakter Labubu mulai digambar pada tahun 2013. Labubu terinspirasi dari hewan-hewan liar yang ada di cerita dongeng atau mitos. Sebab Kasing Lung menjelaskan bahwa dunia dongeng yang ia ciptakan dipengaruhi oleh masa kecilnya.
Ilustrasi coretan Labubu kemudian banyak yang suka hingga akhirnya karakter tersebut dikreasikan dalam bentuk produk boneka.Â
Pada 2015, Kasing Lung merilis buku seri The Monsters. Dalam buku ilustrasi tersebut dikisahkan tentang kumpulan karakter monster baik dan jahat bernama  Zimomo, Tycoo, Spooky dan Labubu. Rupanya selain buku, Kasing juga merilis seri figur dan boneka karakter The Monsters, termasuk Labubu.
Di tahun 2019 karakter Labubu semakin populer. Kasing Lung sampai menandatangani perjanjian lisensi eksklusif dengan Pop Mart. Sesudah seri The Monsters termasuk Labubu dijual di Pop Mart, kabarnya pendapatan yang dihasilkan dari peluncuran seri pertama memecah rekor penjualan dalam kategori mainan seni.
Lalu Labubu menjadi kian menarik dan populer sesudah berkolaborasi dengan seniman-seniman lain dalam menciptakan edisi khusus sampai melahirkan ide out fit yang bisa dipakaikan ke Labubu.Â
Di luar daya tarik tampilan produknya, ceritanya dan prosesnya hingga menjadi bagian dari produk yang dijual oleh Pop Mart, viralnya produk boneka Labubu dimulai sejak Lisa, salah seorang personel Blackpink mengunggah momen unboxing blind box Labubu ke Instagram story. Ia juga memamerkan gantungan kunci Labubu, yang menggantung di tas mewah miliknya.Â
Maka karena yang menunjukkan betapa Labubu memiliki karakter dan daya tarik untuk dimiliki adalah Lisa Blackpink, secara implisit terdapat kultus idola, yang memiliki andil besar dalam menciptakan fase viral dan sedang dialami oleh boneka Labubu.Â
Terlebih ketika kultus idola ikut menyasar tokoh-tokoh yang juga diidolakan oleh banyak orang. Sebab seperti diketahui bahwa banyak artis Indonesia telah memakai gantungan boneka Labubu sebagai pemanis atau aksesoris pelengkap di tas milik mereka.Â
Artis-artis itu antara lain; Citra Kirana, Ussy Sulistiawaty, Tya Ariestya, Felicya Angelista, Ririn Ekawati, Ayu Dewi, Rini Yulianti, Cathy Sharon, Nagita Slavina dan Ayu Ting Ting. Lantas sebagian dari mereka juga pernah terciduk menonton konser Blackpink bertajuk 'Born Pink World Tour'Â di tahun 2023 lalu.
Dari Sini Logika Kultus Berawal
Sekilas kisah perjalanan boneka Labubu yang mengalami fase viral sampai seorang artis kelas dunia, Lisa Blackpink memberi sentuhan, menunjukkan bahwa di dalam viralitasnya terdapat penghormatan secara berlebih-lebihan kepada orang dalam konteks kegilaan fandom terhadap tokoh idolanya.
Sehingga apa pun yang dilakukan fandom atau para pemuja untuk menampakkan kegilaannya terhadap tokoh idola, semua menjadi logis, rasional atau masuk akal. Demikianlah logika kultus terbangun atau dibangun.Â
Umumnya berawal dari kesukaan akan perilaku baik, keahlian, profesionalisme, kemampuan dan prestasi-prestasi sang tokoh idola hingga menjadi inspirasi atau motivasi bagi fandom.Â
Kemudian kesukaan fandom atau para pemuja bertumbuh dan berkembang pada kesukaan yang terkait pada hal pribadi atau identitas sampai menjadikan sang tokoh idola sebagai trendsetter dan behavior setter.Â
Bahkan bagi fandom atau para pemuja, yang cenderung menentukan baik atau buruk suatu perilaku bukanlah baik atau buruknya perilaku yang terlihat, melainkan kebaikan atau hal positif yang telah melekat pada diri sang tokoh idola.Â
Sehingga kultus yang kemudian terbangun atau dibangun juga cenderung menciptakan pikiran bahwa tak ada hal negatif yang melekat pada diri sang tokoh idola. Apalagi saat fandom atau para pemuja memiliki keterlibatan relasi kuasa, ideologi, ekonomi, budaya, sosial, politik atau lainnya, yang bisa saling memberi manfaat atau keuntungan.Â
Oleh karenanya perilaku negatif yang bisa saja atau terlihat dengan jelas dilakukan oleh sang tokoh idola, bagi fandom atau pemujanya tetap dinilai sebagai kebaikan atau perilaku positif. Di titik inilah hakikat logika menjadi bias, yang bagi fandom atau para pemuja, logika akan memusat atau berfokus pada tokoh idolanya.
Pemusatan logika di sini umumnya akan menghasilkan jalan pikiran yang hanya selalu masuk akal untuk apa pun yang mengarahkan penghormatan atau kesukaan fandom atau para pemuja atas tokoh idolanya. Perspektif inilah yang kemudian disebut 'logika kultus'.Â
Menggali Logika Fufufafa Milik SiapaÂ
Di sisi lain, salah satu unsur atau karakteristik yang dapat mengantarkan sebuah konten ke fase viral adalah jenis konten-konten magis.Â
Salah satu jenis konten magis adalah konten yang dikemas dalam perilaku, argumentasi atau pendapat yang membuat nalar kritis audiens pendukung atau lebih tepat pecinta kaum sebelah menjadi lumpuh, dan cara berpikir logisnya dijungkir balik oleh sebab yang terbangun atau dibangun adalah logika kultus. Dalam perspektif logika kultus netralitas dibuat mati.Â
Ketika nalar kritis menjadi lumpuh, cara berpikir logis dijungkir balik dan netralitas dibuat mati, konten magis yang sesungguhnya dibuat berdasar logika kultus ini, akan menciptakan suasana provokasi, kontroversi atau sensasi bagi kaum sebelah lainnya di ruang-ruang digital.Â
Sementara bagi pengikut, penonton atau penikmat sebuah kanal YouTube dengan tagline suara pembuka "Video ini hanya untuk mereka yang logika. Bagi yang tidak punya logika, skip aja", tentunya bermaksud hendak menunjukkan bahwa setiap konten yang dibuat dan disajikan di kanal YouTubenya mengandung kaidah berpikir yang masuk akal.Â
Terlebih tagline pembuka kanal selalu berupaya mengarahkan dan meminta pengikut, penonton atau penikmat apa pun tema konten yang dibahas dalam kanal YouTube untuk mempunyai logika. Dengan kata lain harus menggunakan kemampuan logisnya agar dapat mencerna setiap konten yang disajikan.Â
Catatan pentingnya, kelogisan seharusnya merupakan ide pikiran untuk bersikap netral. Tidak memihak. Karena ukuran kelogisan, logika, rasional atau masuk akal bukan milik salah satu kaum sebelah atau diklaim sebagai yang benar di satu pihak saja.Â
Kondisi saling klaim paling benar atau paling logis hanya untuk dipihaknya saja, justru akan melahirkan logika kultus. Sebuah logika yang terbangun dan dibangun berdasarkan kesukaan atau kecintaan fandom atau para pemuja pada tokoh idola atau sesuatu yang diyakininya saja.Â
Buktinya, belum lama ini di kanal YouTube tersebut ada salah satu konten yang diunggah dan lagi-lagi dipembuka kontennya terdengar barisan kalimat suara yang sama, dan memunculkan tagline berupa tulisan yang sama pula. Yaitu "Rasional. Logika. Akal sehat" dalam setiap konten yang disajikan oleh kanal YouTubenya.Â
Kali ini sebuah konten yang antara lain berisi respons atas informasi viral mengenai akun 'fufufafa' yang diungkap oleh netizen dan diduga milik Gibran. Mengapa akun fufufafa mengalami fase viral? Apakah argumentasi atau pendapat yang diuraikan dalam konten yang diberi judul "Gibran, Kaesang, dan Kebohongan Besar untuk Hancurkan Jokowi" masuk akal, logis, rasional, logika atau berasal dari akal sehat?Â
Akun fufufafa dikuak oleh netizen dari sekira bulan Agustus-September 2024, yang membuatnya viral adalah nuansa interaksi yang dibangun di dalamya beraroma provokasi, kontroversi atau sensasi karena mengandung unsur perbuatan tercela, ujaran kebencian, pelecehan, cabul hingga SARA yang memiliki sensitivitas tinggi di dunia digital.Â
Bagi logika, judul "Gibran, Kaesang, dan Kebohongan Besar untuk Hancurkan Jokowi" masih terbilang logis lantaran isi, maksud dan konteks kontennya perlu diselami.Â
Tetapi saat di dalam kontennya muncul pernyataan lewat dua baris kalimat pertanyaan, yang diucapkan oleh pembawa acaranya, "Kalau sekitar 10-11 tahun lalu Gibran memang pemilik akun fufufafa, memang kenapa? Adakah tindakan kriminal yang dilakukannya saat dia menggambarkan Prabowo sebagai misalnya perwira pecatan dan memiliki anak yang melambai?"
Menurut makna rasional, logika apalagi akal sehat, kalau memang Gibran pemilik akun fufufafa atau milik siapa pun, maka rasionalitas, kelogisan dan akal sehat tidak bisa membatalkan perbuatan tercela, ujaran kebencian, pelecehan, cabul hingga SARA oleh tenggat waktu.
Rasional, Logika, Akal Sehat dan Logika KultusÂ
Dalam konteks sosial, agama dan hukum, perbuatan tercela, ujaran kebencian, pelecehan, cabul hingga SARA, logisnya hanya bisa dibatalkan oleh permintaan maaf dan dimaafkan, pertobatan dan perbuatan baik, dan pertanggungjawaban sebagai konsekuensi hukum atas pasal ujaran kebencian, fitnah atau pencemaran nama baik. Â Â
Selain itu, rasional, logika dan akal sehat tidak dapat memberikan dispensasi atas perbuatan tercela, ujaran kebencian, pelecehan, cabul hingga SARA untuk dikecualikan sebagai perbuatan yang tidak beradab atau tidak bermoral hanya karena itu dilakukan satu dekade lalu.Â
Rasional; menurut pikiran dan pertimbangan yang logis; menurut pikiran yang sehat; cocok dengan akal. Logika; jalan pikiran yang masuk akal. Akal sehat; pikiran yang baik dan normal. Adakah makna dari ketiga kata tersebut membatalkan atau bisa memberikan dispensasi atas perbuatan tercela, ujaran kebencian, pelecehan, cabul hingga SARA cuma karena kejadiannya sudah berlalu 10-11 tahun silam?Â
Dengan pasti, rasional, logika dan akal sehat akan menjawab; tidak ada. Tetapi rasional, logika dan akal sehat akan menjawab; ada, untuk pertanyaan, "Adakah tindakan kriminal yang dilakukannya saat dia menggambarkan Prabowo sebagai misalnya perwira pecatan dan memiliki anak yang melambai?"
Kriminal berkaitan dengan kejahatan (pelanggaran hukum) yang dapat dihukum menurut undang-undang; pidana; kejahatan; penjahat. Kemudian salah satu makna kejahatan dalam KBBI berarti perilaku yang bertentangan dengan nilai dan norma yang berlaku yang telah disahkan oleh hukum tertulis.Â
Berdasarkan uraian makna tersebut jelas artinya bahwa apa yang dilakukan oleh akun fufufafa, siapa pun pemiliknya, dan berapa lama pun waktu yang telah terlewat adalah kriminal. Sebab perbuatan tercela, ujaran kebencian, pelecehan, cabul hingga SARA bertentangan dengan nilai dan norma yang berlaku.Â
Tetapi apabila jelas artinya timbul lagi pertanyaan, mengapa pembawa acara di kanal YouTube tersebut seperti hendak menafikan bahwa ada tindakan kriminal di dalam perbuatan tercela, ujaran kebencian, pelecehan, cabul hingga SARA lewat dalih waktu yang telah berlalu 10-11 tahun silam?
Jawabannya kembali sederhana; sebab rasional, logika dan akal sehat yang dibangun adalah 'logika kultus'.  Yaitu jalan pikiran yang masuk akal hanya jika mengarah pada penghormatan atau kesukaan berlebihan seorang fan, fandom atau para pemuja atas tokoh idola atau  pada sesuatu yang diyakininya saja.Â
Logika kultus sangat cenderung dibangun oleh orang-orang yang terlalu berlebihan mendukung, menyukai atau mencintai seorang tokoh (idola) atau pada sesuatu yang diyakininya. Orang-orang yang dengan rela mengorbankan segala-segalanya untuk membela tokoh idola atau sesuatu yang diyakininya bahkan tidak mau mengakui apa pun kebaikan, kebenaran, kelebihan, prestasi atau suatu hal yang sungguh masuk akal yang datang dari luar dirinya, tokoh idolanya dan keyakinannya. Â
Orang-orang yang membangun logika kultus adalah orang-orang yang dapat digolongkan sebagai kaum sebelah. Yaitu orang-orang yang dengan apologi dan keyakinan semu atas ego dirinya, yang terus-menerus dipertahankan membela dan tetap berada di satu posisi tanpa sedikit pun berkenan atau sudi mengubah sebagian atau sejumlah pandangan, apologi dan keyakinannya atau dengan kata lain tidak peka (tone deaf)Â terhadap kebaikan atau kebenaran sisi lainnya, walaupun sisi yang dipertahankannya telah menampakkan ketidakbaikan, ketidakbenaran, kecurangan atau penyimpangan secara terang benderang.
Kaum sebelah adalah mereka yang tidak memiliki netralitas terutama ketika sedang berargumentasai atau berinteraksi dengan seterunya, lawannya atau kaum sebelah lainnya sehingga sejalan dengan pendefinisian logika kultus, yang juga tidak mempunyai kandungan makna netralitas. Jadi bagaimana menurut pembaca, logika apa yang akan digunakan untuk menciptakan persatuan, kesatuan dan kedamaian?Â
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI