Mohon tunggu...
Sunan Amiruddin D Falah
Sunan Amiruddin D Falah Mohon Tunggu... Administrasi - Staf Administrasi

NEOLOGISME

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Warning! Bencana Parenting Dibalik Ketiadaan Bonding di Era Daring

21 September 2024   11:26 Diperbarui: 25 September 2024   17:16 128
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber gambar: Our-team/ Freepik/lifestyle.kompas.com

Baru-baru ini mengemuka sebuah kasus pembunuhan yang membuat sejumlah argumentasi menyebut bahwa dunia sudah mau kiamat. Bagaimana tidak? Kasus pembunuhan yang menimpa seorang gadis berusia 13 tahun ternyata dilakukan oleh pelaku yang juga masih di bawah umur dan dengan cara yang bahkan sepertinya tidak pernah terpikirkan oleh orang dewasa sekalipun.

4 (empat) orang bocah mengelabui korbannya, salah seorang di antaranya mengajak bertemu untuk menyaksikan seni pertunjukkan kuda kepang. Tetapi bukan menyaksikan pertunjukkan, korban malah di bawa ke area pemakaman ke lokasi krematorium.

Berdasarkan keterangan portal berita online, salah seorang pelaku yang menyimpan rasa suka mengajak korban untuk berhubungan intim. Kemudian karena mendapatkan penolakan, korban dibekap hingga tak sadarkan diri lalu diperkosa secara bergiliran. Tidak sampai di situ, korban selanjutnya diseret ke lokasi kedua dan informasinya kembali diperkosa bergantian dengan cara masing-masing dalam keadaan korban sudah meninggal dunia.

Diberitakan kemudian bahwa 3 (tiga) pelaku sempat berada di tempat kejadian perkara (TKP) ketika warga menemukan jasad korban dan berkerumun hingga tiba aparat kepolisian mengamankan TKP, ketiganya pergi. Pelaku juga dikatakan sempat membanggakan diri atas perbuatannya kepada teman-teman lainnya. Apa yang sebenarnya membuat anak seusia mereka sebejat dan sesadis itu?

Tidak perlu waktu lama, petugas kepolisian telah menemukan suatu fakta yang bisa menjawab pertanyaan mengapa anak seusia mereka mampu melakukan perbuatan di luar akal sehat manusia. Ternyata mereka terdampak bahaya narkolema atau pornografi. Rupanya para pelaku sudah terpapar konten pornografi, bahkan di salah satu ponsel milik pelaku ditemukan video-video bermuatan pornografi.

Maka jelaslah sudah, atas dasar temuan tersebut bahwa dampak bahaya narkolema atau pornografi merupakan salah satu jenis bencana yang sudah sering terjadi di era daring. Jenis bencana yang asal muasalnya adalah kebebasan interaksi sosial digital anak di berbagai platform digital atau platform media sosial melalui genggaman tangan atau ponsel. Siapa yang salah?

Ketika bicara perilaku buruk anak dan beraneka macam kesalahan yang dilakukan oleh anak, pertanyaan pertama yang umumnya diajukan adalah siapa orang tua mereka. Menyusul pertanyaan selanjutnya, apakah mereka diajarkan agama, etika, adab, sopan santun, mana baik dan mana buruk, apakah mereka disekolahkan, di mana lingkungan tinggal mereka, bagaimana orang tua memperlakukan mereka atau pola asuh anak macam apa yang diterapkan pada mereka.

Pola asuh anak yang dalam bahasa kerennya dikenal sebagai parenting adalah orang yang sedang melakukan atau mengerjakan aktivitas sebagai orang tua. Berikutnya parenting diartikan sebagai ilmu tentang mengasuh, membimbing, serta mendidik anak dengan cara baik dan benar. Lantas sejauh mana ilmu parenting diterapkan pada anak terkait interaksi sosialnya di era daring?

Ilmu parenting merupakan proses pengasuhan yang mewajibkan orang tua hadir dan bertanggung jawab atas pertumbuhan dan perkembangan mereka. Tidak sekadar hadir secara fisik tetapi juga emosional, spiritual dan mental. 

Oleh karenanya, orang tua dituntut untuk bonding bahkan sejak anak masih dalam bentuk janin di dalam kandungan, juga untuk mempererat ikatan batin atau kejiwaan dengan anak dan agar orang tua mempunyai kestabilan mental dalam menghadapi ulah anak yang tentu saja bisa terjadi di tengah proses pengasuhan.

Ikatan emosi orang tua dan anak atau bonding yang terjalin baik, diyakini mempunyai banyak manfaat positif dan dapat membantu tumbuh kembang anak secara optimal. Termasuk bisa memperkuat ikatan spiritual dan mental antara orang tua dan anak. Maka melalui pola asuh anak (parenting) yang baik dan benar, membangun bonding yang kuat dan baik sangat dibutuhkan.

Tanpa adanya bonding, selain agak tak lazim bila hubungan orang tua dan anak disebut sebagai sebuah keluarga, ketiadaan bonding yang identik dengan membiarkan tumbuh kembang anak tanpa sedikitpun mendapatkan sentuhan pola asuh anak secara baik dan benar, akan menciptakan bencana parenting. Apa saja bencana parenting di balik ketiadaan bonding di era daring? 

Mengacu pada kasus pembunuhan gadis penjual balon berusia 13 tahun oleh pelaku anak, salah satu bencana parenting dibalik ketiadaan bonding yaitu dampak bahaya narkolema atau pornografi. Suatu dampak buruk yang saling berkelindan ketika anak dibiarkan berinteraksi sosial secara daring tanpa adanya pengawasan orang tua. 

Kasus itu menjadi pengingat sekaligus warning! bagi para orang tua akan terjadinya bencana parenting (pola asuh anak) yang dapat ditimbulkan akibat ketiadaan bonding di era daring terhadap anak-anak mereka. Pada dasarnya, dampak bencana parenting secara khusus mengarah pada kerusakan otak anak, yang antara lain akan menimbulkan bencana parenting lainnya, yakni:

1.  Bencana akibat narkolema atau pornografi, yaitu terjadinya kasus-kasus asusila, perkosaan, hamil di luar nikah hingga pembunuhan yang pelakunya usia anak. Bencana ini bahkan berpotensi merusak dalam rentang waktu jangka panjang. 

2. Bencana akibat kecanduan judi online (judol), data menunjukkan bahwa sebanyak 80 ribu anak di bawah usia 10 tahun terpapar judi online. Bencana ini selain bisa memunculkan generasi penghutang juga mengakibatkan rusaknya masa depan mereka karena akan sulit fokus untuk dapat melakukan aktivitas positif termasuk belajar demi meraih masa depannya.  

3. Bencana akibat adiksi konten-konten di platform digital dan media sosial termasuk di dalamnya game online, membuat anak kehilangan motivasi diri di dunia nyata sebab menganggap bahwa segala sesuatu dapat diraih secara instan dan mudah seperti apa yang digambarkan oleh dunia digital. Bencana di titik ini menciptakan generasi emosional, mudah marah, gampang menyerah, malas hingga ke perilaku putus asa sampai melakukan bunuh diri. 

4. Bencana rasa kesepian dan identitas anak, yang akan menilai bahwa ikatan emosional bagi mereka bukanlah orang tua atau orang-orang di lingkungan sekitar yang berada di dekatnya, melainkan orang-orang yang berinteraksi dengan mereka di platform digital atau media sosial. Akibatnya anak kehilangan arah, konsep diri sampai kontrol diri. Di sini kecenderungan rusaknya moralitas, nilai, norma dan spritual anak hingga terpapar gejala-gejala gangguan kejiwaan atau ke tingkat gangguan jiwa sangat kuat.

Maka selain merehabilitasi anak-anak atau generasi muda yang sudah terpapar, untuk mencegah, menghindari, meminimalisasi sampai menormalisasi keadaan bencana parenting yang telah terjadi diperlukan penerapan ilmu parenting yang baik dan benar serta bonding yang terjalin secara baik dan kuat dengan unsur-unsur berikut:

1. Menerapkan pola asuh authoritative (demokratis)

Ini merupakan contoh pola asuh orang tua yang paling ideal, karena adanya keseimbangan permintaan orang tua dibarengi tingginya respons yang diberikan orang tua terhadap anak. Orang tua dengan jenis pola asuh ini dapat mengarahkan anak secara rasional. Anak akan diberikan batasan dan konsekuensi yang konsisten ketika batasan tersebut dilanggar.

2. Menghadirkan peran ayah dan ibu secara maksimal dalam pertumbuhan dan perkembangan anak, baik secara fisik maupun emosional. Di sini istilah fatherless dan motherless di dalam keluarga berupaya keras untuk ditiadakan.

3. Selalu siap siaga untuk menyediakan quality time bagi anak-anak di tengah kesibukan ayah atau ibunya.

4. Secara khusus memerhatikan, membatasi, mengajak diskusi dan mengawasi interaksi sosial anak di dunia digital.  

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun