Ikatan emosi orang tua dan anak atau bonding yang terjalin baik, diyakini mempunyai banyak manfaat positif dan dapat membantu tumbuh kembang anak secara optimal. Termasuk bisa memperkuat ikatan spiritual dan mental antara orang tua dan anak. Maka melalui pola asuh anak (parenting) yang baik dan benar, membangun bonding yang kuat dan baik sangat dibutuhkan.
Tanpa adanya bonding, selain agak tak lazim bila hubungan orang tua dan anak disebut sebagai sebuah keluarga, ketiadaan bonding yang identik dengan membiarkan tumbuh kembang anak tanpa sedikitpun mendapatkan sentuhan pola asuh anak secara baik dan benar, akan menciptakan bencana parenting. Apa saja bencana parenting di balik ketiadaan bonding di era daring?Â
Mengacu pada kasus pembunuhan gadis penjual balon berusia 13 tahun oleh pelaku anak, salah satu bencana parenting dibalik ketiadaan bonding yaitu dampak bahaya narkolema atau pornografi. Suatu dampak buruk yang saling berkelindan ketika anak dibiarkan berinteraksi sosial secara daring tanpa adanya pengawasan orang tua.Â
Kasus itu menjadi pengingat sekaligus warning! bagi para orang tua akan terjadinya bencana parenting (pola asuh anak) yang dapat ditimbulkan akibat ketiadaan bonding di era daring terhadap anak-anak mereka. Pada dasarnya, dampak bencana parenting secara khusus mengarah pada kerusakan otak anak, yang antara lain akan menimbulkan bencana parenting lainnya, yakni:
1. Â Bencana akibat narkolema atau pornografi, yaitu terjadinya kasus-kasus asusila, perkosaan, hamil di luar nikah hingga pembunuhan yang pelakunya usia anak. Bencana ini bahkan berpotensi merusak dalam rentang waktu jangka panjang.Â
2. Bencana akibat kecanduan judi online (judol), data menunjukkan bahwa sebanyak 80 ribu anak di bawah usia 10 tahun terpapar judi online. Bencana ini selain bisa memunculkan generasi penghutang juga mengakibatkan rusaknya masa depan mereka karena akan sulit fokus untuk dapat melakukan aktivitas positif termasuk belajar demi meraih masa depannya. Â
3. Bencana akibat adiksi konten-konten di platform digital dan media sosial termasuk di dalamnya game online, membuat anak kehilangan motivasi diri di dunia nyata sebab menganggap bahwa segala sesuatu dapat diraih secara instan dan mudah seperti apa yang digambarkan oleh dunia digital. Bencana di titik ini menciptakan generasi emosional, mudah marah, gampang menyerah, malas hingga ke perilaku putus asa sampai melakukan bunuh diri.Â
4. Bencana rasa kesepian dan identitas anak, yang akan menilai bahwa ikatan emosional bagi mereka bukanlah orang tua atau orang-orang di lingkungan sekitar yang berada di dekatnya, melainkan orang-orang yang berinteraksi dengan mereka di platform digital atau media sosial. Akibatnya anak kehilangan arah, konsep diri sampai kontrol diri. Di sini kecenderungan rusaknya moralitas, nilai, norma dan spritual anak hingga terpapar gejala-gejala gangguan kejiwaan atau ke tingkat gangguan jiwa sangat kuat.
Maka selain merehabilitasi anak-anak atau generasi muda yang sudah terpapar, untuk mencegah, menghindari, meminimalisasi sampai menormalisasi keadaan bencana parenting yang telah terjadi diperlukan penerapan ilmu parenting yang baik dan benar serta bonding yang terjalin secara baik dan kuat dengan unsur-unsur berikut:
1. Menerapkan pola asuh authoritative (demokratis)
Ini merupakan contoh pola asuh orang tua yang paling ideal, karena adanya keseimbangan permintaan orang tua dibarengi tingginya respons yang diberikan orang tua terhadap anak. Orang tua dengan jenis pola asuh ini dapat mengarahkan anak secara rasional. Anak akan diberikan batasan dan konsekuensi yang konsisten ketika batasan tersebut dilanggar.